Laman

Sabtu, 19 November 2011

sbm (9) kelas B


MAKALAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
MANAJEMEN (PENGELOLAAN) KELAS
Disusun guna memenuhi tugas  :
Mata Kuliah                :  Strategi   Belajar Mengajar
Dosen Pengampu        : Muhammad Ghufron Dimyati, M.SI


 





Disusun Oleh  :

Indah Suci Aprilian                         202109060
Roatun damaeni                              202109074
Vina Oktavianty                             202109091
Ayu martiana                                   202109093

Kelas B
PRODI PAI
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2011



BAB I

                                                  PENDAHULUAN           
            Suatu kondisi yang optimal dapat tercapai jika seorang pendidik mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan, kondusif dan mendukung untuk mencapai tujuan pendidikan. Kondisi yang efektif dalam suatu proses pembelajaran tidak hanya dari eksternal mengenai fasilitas dan sarana prasarana tetapi termasuk didalamnya mengenai bagaimana seorang pendidik mampu mengoptimalkan hunbungan interpersonal antara pendidik dan peserta didik. Sehingga disini perlu kiranya seorang pendidik menguasai pengkondisian kelas atau yang kita sebut sebagai manajemen kelas. Seorang pendidik pada hakikatnya bukan saja seorang yang serba bisa kemudian mentransfer semua ilmu yang dimiliki kepada peserta didik. Artinya bukan transfer of knowledge tetapi transfer of value. Untuk itu sangatlah penting kemapuan interpersonal seorang pendidik  dalam memanajemen kelas sehingga menjadikan kelas sebagai ruang proses belajar mengajar  menjadi kelas yang aktif dan pembelajaran pun menjadi efektif.
            Oleh karena itu di dalam makalah ini, penulis ingin memaparkan bagaimana seorang pendidik  dalam memanajemen kelas, prinsip-prinsip manajemen kelas, permasalahan-permasalahan  yang sering timbul di dalam kelas, pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam mewujudkan manajemen kelas yang efektif  dan hal-hal yang terkait di dalam manajemen kelas.






BAB II
PEMBAHASAN MANAJEMEN KELAS

A.    Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Manajemen Kelas
1.      Pengertian
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan.
Pengelolaan dalam pengertian umum menurut Arikunto adalah “pengadministrasian pengaturan atau penataan suatu kegiatan.”
Menurut Hamalik ”kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru.”
Hadari Nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu:
a.       Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangan yang antara lain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing.
b.      Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan[1]
Arikunto juga berpendapat “bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agardicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar yang seperti diharapkan.”

2.      Tujuan Manajemen Kelas
Tujuan manajemen kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan manajemen kelas adalah untuk menyediakan fasilitas belajar bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.  Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi siswa.
Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien.[2]
Sehingga dari tujuan manajemen kelas secara umum tersebut dapat disimpulkan sebagai berirkut:
a.       Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
b.      Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
c.       Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan social, emosional dan intelektual siswa dalam kelas.
d.      Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya
3.      Fungsi Manajemen Kelas
Manajemen atau pengelolaan kelas selain memilki tujuan juga memilki fungsi memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal.
Fungsi dasar dari manajemen kelas meliputi :
a.       Mengelolah tingkah laku siswa dalam kelas
b.      Menciptakan iklim sosio emosional
c.       Mengelolah proses kelompok[3]
 Selain itu ada beberapa fungsi dari manajemen  kelas secara umum yaitu;
1)      Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti: membantu kelompok dalam pembagian tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat bekerjasama dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur kerja, merubah kondisi kelas.
2)      Memelihara agar tugas – tugas itu dapat berjalan lancar.[4]

B.     Aspek-aspek manajemen kelas.
Di dalam memanajemen kelas seorang pendidik harus memperhatikan aspek-aspek di dalam manajemen kelas. Aspek-aspek tersebut meliputi :
  1. Perencanaan Instruksional.
Perencanaan instruksional dimaksudkan sebagai media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi belajar mengarah pada kegiatan-kegiatan guru dan siswa dalam pelaksanaan pengajaran.
  1. Pengorganisasian Belajar.
Pengorganisasian belajar merupakan usaha guru dalam menciptakan wadah dan fasilitas atau lingkungan belajar yang serasi, sesuai dengan kebutuhan dan menunjang terciptanya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
3.      Pembinaan Siswa.
Pembinaan siswa merupakan usaha untuk membangkitkan dan mengarahkan motivasi belajar siswa.
4.      Supervisi.
Supervisi adalah usaha guru dalam mengamati, membantu, menugaskan dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan perencanaan instruksional yang telah di susun sebelumnya.
5.      Evaluasi.
Sedangkan evaluasi ditujukan terhadap keempat aspek yang telah disebut terdahulu, yaitu pelaksanaan kegiatan belajar dan hasil belajar siswa. Hasil evaluasi ini digunakan sebagai umpan balik untuk meninjau kembali segala perencanaan dan kegiatan yang telah dilaksanakan agar kekurangan yang ada dapat diperbaiki dan hal-hal yang sudah memadai bisa dipertahankan sehingga kegiatan belajar selanjutnya bisa lebih baik lagi.

Selain aspek-aspek tersebut diatas, Menurut Oemar Hamalik ada 7 aspek , yaitu:
a.       Aspek tujuan instruksional.
b.      Aspek materi pelajaran.
c.       Aspek metode dan strategi pembelajaran.
d.      Aspek ketenangan.
e.       Aspek siswa, waktu, tempat, perlengkapan.
f.       Aspek media instruksional.
g.      Aspek penilaian.
h.      Aspek penunjang fasilitas.
Semua aspek-aspek diatas memilki fungsi berbeda dalam proses belajar mengajar tetapi merupakan satu kesatuan yang saling terkait yang harus diperhatikan dalam manajemen kelas.[5]
C.    Masalah-masalah Manajemen Kelas
Dalam menangani tugasnya, guru-guru sering menghadapi permasalahan dengan kegiatan-kegiatan didalam kelasnya. Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan (individu) dan yang bersifat kelompok. Disadari bahwa masalah perorangan dan masalah kelompok seringkali menyatu dan amat sukar dipisahkan yang satu dari yang lain. Namun demikian, pembedaan antara kedua jenis masalah itu akan bermanfaat, terutama apabila guru ingin mengenali dan menangani permasalahan yang ada dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya.
1.      Masalah Perorangan/ Individu
a.    Tingkah laku menarik perhatian orang lain
Penggolongan masalah perorangan ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan.
b.    Tingkah laku mencari kekuasaan
Tingkah laku mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif, tetapi lebih mendalam. Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan secara pasif memperlihatkan ketidakpatuhan.
c.       Perilaku Untuk  Membalas Dendam.
Siswa yang menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak menyadari bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain.
d.      Peragaan ketidakmampuan.
Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya merasa amat tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang dikehendakinya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap menyerah terhadap tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa ini menganggap bahwa yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus. Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong lagi ini biasanya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau memencilkan diri. Sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu berbentuk pasif.[6]

2.      Masalah Kelompok
Selain masalah individu, di dalam pengelolaan kelas juga terdapat masalah kelompok. Menurut Made Pidarta masalah-masalah pengeloaan kelas  yang berhubungan dengan perilaku siswa secara kelompok adalah sebagai berikut :
a.       Kekurang-kompakan
b.      Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok
c.       Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
d.      Penerimaan kelas (kelompok) atau tingkah laku yang menyimpang
e.       Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja.
f.       Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes
g.      Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan[7]


Dayla memandang masalah manajemen kelas terdiri dari lima kategori, yaitu :
1)      Berdimensi banyak (multidimensionality)
2)      Serentak (simultaneity)
Pekerjaan harus diselesaikan dalam waktu yang serentak.
3)      Segera (immediacy)
Terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan berlangsung sangat cepat.
4)      Iklim kelas yang tidak bisa diramalkan terlebih dahulu.
Kondisi-kondisi yang tak terduga. [8]
D.    Prinsip – prinsip Manajemen kelas
Secara umum faktor yang mempengaruhi manajemen kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa.
1.      Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Perbedaan sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
2.      Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas.
Djamarah menyebutkan “Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat dipergunakan prinsip-prinsip pengelolaan kelas sebagai berikut :
a.      Hangat dan Antusias
Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar.
b.      Tantangan.
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
c.       Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa.
d.      Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
e.       Penekanan pada hal-hal yang Positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative.
f.       Penanaman Disiplin Diri.
Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas.[9]
E.     Berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas
Manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan motivasi siswa baik secara berkelompok maupun secara individual. Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Berbagai pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
2.    Pendekatan Ancaman.
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
3.    Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4.    Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas.
5.     Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah.
6.    Pendekatan Perubahan Tingkah Laku.
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik.
7.    Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar  pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa.
8.    Pendekatan Kerja Kelompok.
Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik.
9.    Pendekatan Elektis atau Pluralistik.
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien.[10].
10.  Pendekatan umum secara disiplin
            Pendekatan secara disiplin di kategorikan kedalam tiga hal yaitu:
a.       Humanisme
Pendekatan yang dilakukan guna memberikan keyakinan dalam rasionalitas para siswa serta kesediaan mereka untuk memperbaiki perilaku mereka sendiri tanpa harus merugikan pihak lain.
b.      Negoisasi
Pendekatan yang dilakukan dengan cara bernegoisasi dengan siswa, memberikan motivasi dan penjelasan akan konsekuensi-konsekuensi yang didapat dari perilaku siswa.
c.       Modifikasi perilaku
Merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip teori perilaku yang menekankan pada pentingnya konsekuensi positif dan negatif dalam mengendallikan perilaku dengan cara-cara humanisme.

F.     Tugas guru dalam manajemen kelas
1.      Pengaturan atau Pengkondisian fisik.
a.         Ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar.
Hendaknya siswa dapat bergerak leluasa pada saat beraktivitas.
Didalam penataan ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar terdapat hal-hal yang perlu di perhatikan:
1)        Ukuran dan bentuk  penataan kelas, Harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a)        Ukuran ruang kelas 8x7 m
b)        Dapat memberikan kebebasan bergerak
c)        Cukup udara dan sirkulasi udara
d)       Pengaturan perabot agar memungkinkan guru dan siswa bergerak bebas
2)        Bentuk serta ukuran bangku dan meja.
3)        Jumlah siswa
4)        Jumlah siswa dalam kelompok
5)        Komposisi siswa dalam kelompok
Dengan mempertimbangkan hal-hal diatas mampu menjadikan ruang tempat berlangsunngnya proses belajar mengajar lebih efektif. [11]
b.         Pengaturan  Tempat  Duduk
Menurut Sudirman N , di dalam melakukan pengaturan tempat duduk terdapat beberapa formasi yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar:
1)      Posisi berhadapan
2)      Posisi leter U
3)      Posisi berbaris ke belakang
c.         Ventilasi dan pengaturan cahaya
Ventilasi dan pengaturan cahaya berpengaruh terhadap ruang tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, sehingga  Seorang guru juga harus memperhatikan hal ini, karena dapat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar.
d.        Pengaturan alat-alat pengajaran
Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan ketika melakukan penataan alat-alat pengajaran:
1)   Penataan dianggap baik apabila menunjang efektivitas proses pembelajaran
2)     Penataan bersifat  fleksibel
3)     Tersedianya media-media penunjang pengajaran didalam kelas.
4)     Penataan pengaturan ala-alat pengajaran harus mampu meningkatkan motivasi siswa.
e.       Penataan keindahan dan kebersihan kelas.
1)      Hiasan dinding hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran.
2)      Penempatan lemari untuk buku di depan fan alat-alat peraga di belakang.
3)      Pemeliharaan kebersihan
Siswa bergiliran membersihkan kelas.
2.      Pengaturan peserta didik.
Di dalam pengaturan peserta didik akan terkait dengan pengaturan tempat duduk, pembagian kelompok di dalam kelas, komposisi siswa dimana dalam melaksanakan pengaturan kelas seorang guru harus mampu memperhatikan hal-hal berikut :
a. Postur tubuh anak  didik yang tinggi sebaiknya ditempatkan di belakang.
b. Anak diidk yang mengalami gsngguan penglihatan atau pendengaran sebaiknya ditempatkan di belakang.
c. Anak didik yang pandai bicara dikelompokan dengan anak didik yang pendiam.
d. Anak didik yang gemar membuat keributan dan mengganggu temannya lebih baik dipisah dan tidak terlepas dari pengawasan guru.

Pengelompokan tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi persaingan negatif tetapi sebaliknya, terciptanya suatu persaingan positif.
Dalam pengaturan anak didik ini ada dua macaam yaitu:
1)      Pembentukan organisasi
2)      Pengelompokan siswa.
Menurut Roestiyah N.K pengelompokan siswa terdiri dari beberapa pembagian:
a)      Berdasar waktu :
Kelompok jangka pendek dan kelompok  jangka panjang.
b)      Berdasar kecepatan :
Kelompok anak cepat dan anak lambat.
c)      Sifatnya:
(1)   Kelompok untuk mengatasi alat pelajaran
(2)   Kelompok atas dasar intelegensi individual
(3)   Kelompok atas dasar minat individual
(4)   Kelompok untuk memperbesar partisipasi
(5)   Kelompok untuk pembagian pekerjaan
(6)   Kelompok untuk belajar efisien menuju suatu tujuan.[12]
Pengelompokan siswa dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
a.       Pembentukan kelompok diserahkan kepada siswa
b.      Pembetukan kelompok diatur oleh guru
c.       Pembentukan kelompok diatur guru atas usul siswa[13]
G.    Manajemen kelas yang efektif
Lingkungan belajar yang efektif cenderung lebih sukses dari pada guru-guru yang memerankan diri sebagai figur otoritas atau penegak disiplin belaka.
Dalam mempersiapkan manajemen kelas yang efektif, dapat di organisasikan di seputar tiga topik utama :
1.      Menetapkan aturan prosedur
Kelas dalam beberapa hal serupa dengan bandara yang sibuk atau persimpangan jalan yang macet. Kelas juga membutuhkan aturan dan prosedur untuk mengatur berbagai kegiatan penting. 
Berikut ini adalah sembilan kategori aturan-aturan guru yang sering dilakukan :
a.       Mengenai Gerakan
b.      Mengenai Berbicara
c.       Mengenai pekerjaan
d.      Mengenai penyelesaian tugas
e.       Keselamatan
f.       Ruang
g.      Sarana
h.      Perilaku sosial
i.        Berpakaian[14]
2.      Mengajarkan aturan dan prosedur aturan dan prosedur tidak banyak artinya kecuali jika partisipasi-partisipasinya mengetahui dan menerimanya. Pengelolaan kelas yang efektif pada umumnya hanya menetapkan beberapa aturan dan prosedur saja, mengajrkannya dengan cermat kepada siswa dan menjadikannya sesuatu  yang rutin dengan menggunakannya secara konsisten.
3.      Menjaga konsistensi
Pengelolaan kelas yang efektif konsisten dalam menegakan aturan dan menerapkan  prosedur. Bila tidak ada aturan dan prosedur ap pun akan buyar dengan cepat.
Menjaga konsistensi bagi guru pemula akan sedikit mengalami kesulitan, biasanya disebabkan karena dua hal:
a.       Pelanggaran aturan biasanya terjadi bila ada kejadian yang berlangsung secara simultan.
b.      Dibutuhkan banyak energi dan bahkan keberanian personal untuk menegakkan aturan secara konsisten.
4.      Mencegah perilaku menyimpang dengan smoothness dan momentum.
Dalam proses belajar mengajar terkadang guru sendiri yang menyebabkan ketidakefektifan proses.
a.       Dangels (menggantung)
Misalnya seorang guru mungkin memulai sebuah kegiatan dan kemudian membiarkannya menggantung.
b.      flip-flop
Selain itu  hal yang terkadang dilakukan guru memulai kegiatan pembelajaran kemudian dihentikan sementara kegiatan lain dimulai dan setelah itu kegiatan yang pertama di mulai kembali.
c.       Fragmentasi
Terjadi bila guru memecah-mecah sebuah kegiatan pelajaran menjadi unit-unit yan terlalu kecil.
d.      Overdwelling
Guru mengulang-ngulang interuksi yang sudah dimengerti dengan jelas oleh siswa.
Hal-hal diatas merupakan  tipe perilaku yang memperlambat dan mengganggu smoothness (kelancaran) kagiatan  kelas mengakibatkan kebingungan di pihak siswa sehingga memberikan peluang untuk berperilaku buruk kepada siswa lain
5.      Memulai pelajaran
Pengelolaan kelas yang efektif merencanakan dan melaksanakan prosedur yang membantu agar segala sesuatu dapat dimulai dengan cepat dan pasti.
6.      Mengakhiri pelajaran
Akhir pelajaran juga merupakan waktu yang tidak stabil di kebanyakan kelas. Terkadang guru bergegas menyelesaikan pelajaran yang berjalan melampuai waktu yang telah dialokasikan.
7.      Mengembangkan tanggungjawab siswa.
Dengan memberikan tugas kepada siswa juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk praktik/latihan, dan ini juga merupakan aspek penting untuk mengembangkan tanggung jawab.
Dari ke tujuh hal-hal diatas merupakan dimensi-dimensi untuk menciptakan kelas yang efektif dengan pendekatan preventatif (penyelesaian masalah kelas dengan  perencanaa tujuan, pelajaran yang menarik dan relevan, dan pengajaran yang efektif) sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen preventif secara keseluruhan dibuat oleh guru:
a.       Komunikasi dengan jelas tugas-tugas dan persyaratan untuk menyelesikannya.
b.      Begaimana cara kerja prosedur untuk memantau pekerjaan siswa
c.       Konsisten dalam memerikasa pekerjaan yang telah selesai di kerjakan.
d.      Memberikan umpan balik yang tepat pada hasil pekerjaan siswa.[15]


BAB III
KESIMPULAN
Manajemen kelas atau pengelolaan kelas adalah suatu keterampilan yang harus dimiliki seorang pendidik. Seorang pendidik tidak saja bertugas memberikan ilmu dan pengetahuan secara teoritis semata kemudian selesai. Tetapi perlu adanya keharmonisan antara materi-materi yang diberikan, metode, teknik evaluasi, dan scope pendidikan lainnya. Di dalam scope pendidikan yang bermacam  hal yang tidak boleh terlupakan dari seorang pendidik adalah  kemampuan untuk memanajemen kelas. Suasana dan kondisi belajar akan sangat berpengaruh terhadap berjalannya proses belajar mengajar.
Peserta didik yang terdiri dari berbagai variasi individu akan sangat memungkinkan munculnya permasalahan-permasalahan baik itu secara individu ataupun kelompok yang menyebabkan munculnya permasalahan-permasalahan di dalam kelas. Sehingga disinilah posisi manjemen kelas sangat berperan untuk menjadikan proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif. Dengan mengetahui prinsip-prinsip, komponen-komponen manajemen kelas, kemudian permasalahan-permasalahan yang seringnya muncul di dalam kelas, dan pendekatan-pendekatan apa saja yang bisa diterapkan seorang pendidik dalam memanajem kelas, hingga bagaimana menciptakan manajemen kelas yang afektif semua itu kembali kepada posisi seorang pendidik itu sendiri. Seorang guru yaang kreatif dan inovatif akan selalu belajar mengembangkan diri untuk mencapai kelas yang aktif sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal.








Daftar Pustaka

Mustakim Zaenal. 2011. Strategi  & Metode Pembelajaran, Yogyakarta:  Stain Press

Djamarah Syaiful Bahri, Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar , Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Wragg  E.C. 1997. Keterampilan Mengajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Gramedia

Usman  Moh. Uzer. 2011. Menjadi  Guru  Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya Ofset

Richard I. Arends. 2008. Learning  to Teach, Yogyakarta: Pustaka Pelajar


http://www.manajemenkelas.Meilanikasim.Blog.htm/ di akses/jumat/04 November 2011/13:08.




[2]Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar , (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2006)Hal.177-178.
[3] Zaenal Mustakim,  Strategi & Metode Pembelajaran, (Yogyakarta: Stain Press, 2011),Hal 203.
[4]http://www.manajemenkelas.Meilanikasim.Blog.htm/ di akses/jumat/04 November 2011/13:08.

[5] Zaenal Mustakim,op.cit, hal 204
[7] Syiful bahri,op.cit,hal  195.
[8] Zaenal Mustakim,op.cit, hal  206

[9] Moh. Uzer Usman. Menjadi  Guru  Profesional. (Bandung : Remaja Rosdakarya Ofset, 2001),hal 97-98.
[10] Syiful bahri,op.cit,hal 179-184
[11] Ibid. hal 204


[12] Zaenal Mustakim,op.cit, hal 206-209
[13] Syaiful Bahri,op.cit,hal. 212-213
[14]  E.C Wragg. Keterampilan Mengajar di Sekolah Dasar. (Jakarta: Gramedia, 1997.) hal 59-61.
[15] Richard I. Arends. Learning  to Teach.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008) Hal 183-194