Laman

Sabtu, 14 April 2012

(C)-08 Anita Handayani


MAKALAH HADITS VIII
LEMBAGA PENDIDIKAN
“ Memperluas Tema Kajian di Masjid”
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah          : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu : M. Ghufron Dimyati, M. S.I
Kelas                     : C


Description: STAIN
 







Di susun oleh ;
Anita Handayani
202109210

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
HADITS VIII
LEMBAGA PENDIDIKAN
“ Memperluas Tema Kajian di Masjid”

A.    PENDAHULUAN
            Masjid di samping menjadi tempat untuk berdakwah, beribadah, serta tempat umat berkumpul, sejak awal masjid berfungsi sebagai tempat pengajaran agama dan penerapanya dalam kehidupan sehari – hari. Menurut riwayat, Nabi Muhammad biasa mengajar dan menjawab berbagai pertanyaan di Masjid Madinah. Sepanjang sejarah Islam, kajian agama terus digalakkan.
            Masjid – masjid yang berdiri setelah penaklukan Arab merupakan tempat alami untuk mempelajari agama. Pada tingkat dasar, hal ini berarti belajar ayat – ayat Al – Qur’an dan hadis nabi dengan cara menghafal. Pada tingkat pradasar, masjid – masjid juga merupakan tempat mencari ilmu agama, berdiskusi dan berdebat, di samping merupakan tempat untuk menyelanggarakan ibadah komunal dan pertemuan, belajar mandiri, serta melakukan iktiqaf.  
            Dengan demikian, sejak awal Islam, masjid berfungsi sebagai pusat pendidikan keagamaan, baik dalam hal pengajaran (ta’lim) maupun membentuk moral kepribadian para santri yang merupakan anggota terpadu  masyarakat terpadu (tarbiyah).

B.     TEKS HADITS
عَنْ جَابِر بن سَمُرة قَال : جَالَسْتُ النَّبِي صلى الله عليه وسلم أَكْثَرَ مِنْ  
مِائَة مَرَّة فِي الْمَسَجِدِ يَجْلِسُ أَصْحَابُهُ يَتَنَا شَدُوْنَ الشِّعْرَ وَرُبَّمَا تَذَاكَرُوْا أَمْرَ الْجَا هِلِيَّة فَيَبْتَسِمُ النَّبِيُ صَلى الله عليه وسلم مَعَهُمْ
 (وراه التر مذي فى الجامع, كتاب الأد ب عن رسول الله, باب ما جاءفي إنشاد الشعر, ورواه الطبراني في الكبير,۲ / ۲۳۷)
C.    TERJEMAHAN
Dari sahabat Jabir bin Samurah beliau berkata “suatu ketika aku duduk bersama Nabi Muhammad SAW di dalam masjid lebih dari seratus kali dan bersamanya dengan para sahabatnya mereka telah melantunkan sebuah syair – syair dan terkadang para sahabat selalu mengingat permasalahan – permasalahannya kaum jahiliyah kemudian nabi tersenyum kecil bersama para sahabatnya.
( Hadits diriwayatkan dari Imam Thirmidzi di dalam kitab Jami’, kitab yang menerangkan akhlaq dengan rasul. Bab yang mengulas tentang lantunan syair dan diriwayatkan dari Imam Thabrani, didalam kitab Al – Qhobir)[1]

D.    MUFRODAT

Arti
Teks
Seratus kali
مِائَة مَرَّة
Duduk
يَجْلِسُ
Telah melantunkan
شَدُوْنَ
Syair – syair
الشِّعْر
Terkadang
رُبَّمَا
Mengingat
تَذَاكَرُوْا
Terenyum kecil
فَيَبْتَسِمُ





E.     BIOGRAFI PERAWI
Jabir bin Samuroh wafat pada usia 74 tahun. Nama lengkapnya ialah Jabir bin Samuroh bin Janadah AS Sawai al Madani, seorang yang dijuluki Abu Abdullah. Ibunya bernama Khalidah binti Abu Waggas, saudara kandung Sa’ad dan Utbah beliau wafat pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwah.  

F.     KETERANGAN HADITS
Masjid merupakan tempat untuk bersujud. Dan fungsi masjid sebagai tempat khusus untuk melakukan aktivitas ibadah. Tetapi masjid juga tidak hanya untuk tempat bersujud saja. Dalam hadits di atas dijelaskan bahwa Rasulullah saw. bersama para sahabatnya duduk didalam masjid mereka melantunkan sebuah syair – syair. Selain itu juga tekadang para sahabat selalu mengingat permasalah – permasalah kaum jahiliyah dan Nabi pun tersenyum kecil. Selain itu juga masjid berfungsi sebagai tempat pendidikan. Disamping menjadi tempat untuk berdakwah, beribadah, serta tempat umat berkumpul, sejak awal masjid berfungsi sebagai tempat pengajaran agama dan penerapannya dalam kehidupan sehari – hari.

G.    ASPEK TARBAWI
Masjid dalam arti sempit merupakan tempat yg mulia di sisi Allah SWT. Karena itu Allah memberikan perhatian yg sangat khusus terhadap tempat tersebut. Hal itu terbukti dengan banyaknya janji yang disebar oleh Allah SWT terhadap orang-orang yg mau memelihara dan membangun tempat itu. Salah satu di antara sekian banyak janji itu adalah bahwa Allah akan membuatkan rumah di surga bagi orang yg menggunakan hartanya untuk membangun masjid. Janji ini sesuai dengan sabda Nabi saw “Barangsiapa membangun dari harta yg halal sebuah masjid untuk Allah maka Allah mesti membangunkan rumah untuknya di Sorga.” Namun masjid dalam arti yg sangat luas adl semua bumi Allah SWT ini. Hal ini sesuai dgn sabda Rasul saw “.. dan dijadikan bagiku semua bumi ini sebagai masjid dan sebagai sesuatu yg suci- mensucikan .”




Beberapa Fungsi dan Peran Masjid
Masjid memiliki fungsi dan peran yang dominan dalam kehidupan umat Islam, beberapa di antaranya adalah:

1. Sebagai tempat beribadah
Sesuai dengan namanya Masjid adalah tempat sujud, maka fungsi utamanya adalah sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana diketahui bahwa makna ibadah di dalam Islam adalah luas menyangkut segala aktivitas kehidupan yang ditujukan untuk memperoleh ridla Allah, maka fungsi Masjid disamping sebagai tempat shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran Islam.

2. Sebagai tempat menuntut ilmu
Masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar mengajar, khususnya ilmu agama yang merupakan fardlu ‘ain bagi umat Islam. Disamping itu juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora, keterampilan dan lain sebagainya dapat diajarkan di Masjid.

3. Sebagai tempat pembinaan jama’ah
Dengan adanya umat Islam di sekitarnya, Masjid berperan dalam mengkoordinir mereka guna menyatukan potensi dan kepemimpinan umat. Selanjutnya umat yang terkoordinir secara rapi dalam organisasi Ta’mir Masjid dibina keimanan, ketaqwaan, ukhuwah imaniyah dan da’wah islamiyahnya. Sehingga Masjid menjadi basis umat Islam yang kokoh.

4. Sebagai pusat da’wah dan kebudayaan Islam
Masjid merupakan jantung kehidupan umat Islam yang selalu berdenyut untuk menyebarluaskan da’wah islamiyah dan budaya islami. Di Masjid pula direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan da’wah dan kebudayaan Islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat. Karena itu Masjid, berperan sebagai sentra aktivitas da’wah dan kebudayaan.

5. Sebagai pusat kaderisasi umat
Sebagai tempat pembinaan jama’ah dan kepemimpinan umat, Masjid memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan Islam secara istiqamah dan berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti. Karena itu pembinaan kader perlu dipersiapkan dan dipusatkan di Masjid sejak mereka masih kecil sampai dewasa. Di antaranya dengan Taman Pendidikan Al Quraan (TPA), Remaja Masjid maupun Ta’mir Masjid beserta kegiatannya.

6. Sebagai basis Kebangkitan Umat Islam
Abad ke-lima belas Hijriyah ini telah dicanangkan umat Islam sebagai abad kebangkitan Islam. Umat Islam yang sekian lama tertidur dan tertinggal dalam percaturan peradaban dunia berusaha untuk bangkit dengan berlandaskan nilai-nilai agamanya. Islam dikaji dan ditelaah dari berbagai aspek, baik ideologi, hukum, ekonomi, politik, budaya, sosial dan lain sebagainya. Setelah itu dicoba untuk diaplikasikan dan dikembangkan dalam kehidupan riil umat. Menafasi kehidupan dunia ini dengan nilai-nilai Islam. Proses islamisasi dalam segala aspek kehidupan secara arif bijaksana digulirkan.

Umat Islam berusaha untuk bangkit. Kebangkitan ini memerlukan peran Masjid sebagai basis perjuangan. Kebangkitan berawal dari Masjid menuju masyarakat secara luas. Karena itu upaya aktualisasi fungsi dan peran Masjid pada abad lima belas Hijriyah adalah sangat mendesak (urgent) dilakukan umat Islam. [2]


H. PENUTUP

Masjid merupakan tempat untuk bersujud. Dan fungsi masjid sebagai tempat khusus untuk melakukan aktivitas ibadah, sebagai lembaga pendidikan islam yaitu: mendidik anak untuk tetap beribadah kepada Allah SWT, menanamkan rasa cinta kepada ilmu pengetahuan dan menanamkan solidaritas sosial, serta menyadarkan hak-hak dan kewajiban sebagai insan pribadi, sosial dan warga negara dan lain sebagainya.
Beberapa masjid, terutama masjid yang didanai oleh pemerintah, biasanya menyediakan tempat belajar baik ilmu keislaman maupun ilmu umum. Sekolah ini memiliki tingkatan dari dasar sampai menengah, walaupun ada beberapa sekolah yang menyediakan tingkat tinggi. Beberapa masjid biasanya menyediakan pendidikan paruh waktu, biasanya setelah subuh, maupun pada sore hari. Pendidikan di masjid ditujukan untuk segala usia, dan mencakup seluruh pelajaran, mulai dari keislaman sampai sains
“Barangsiapa keluar untuk mencari ilmu, maka ia berada di jalan Allah sampai ia kembali” (HR Tirmidzi nomor 2323).
           
           
                       




                                        







DAFTAR PUSTAKA

Al Munawi. Kitab Fidhul Qhadir. Juz 2
Ensiklopedi oxford. 2002. Dunia Islam Modern. Bandung : mizan.  


[1] . Al Munawi. Kitab Fidhul Qhadir. Juz 2 hlm 35.

G9-58 Dewi Zulaikha


MAKALAH
BIJAKSANA MENGKONSUMSI DAN MENGELOLA HARTA
HASDITS NO. 58

Disusun guna memenuhi  tugas:
Mata Kuliah  :  Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu   : Ghufron Dimyati, M.S.I
Disusun Oleh:

DEWI ZULAIKHA                    2021110330

( Kelas G )

                                         
JURUSAN TARBIYAH ( PAI )
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012

 KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang sudah melimpahkan rahmat , nikmat serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “ Bijak Mengkonsumsi dan Mengelola Harta ”.
            Kesulitan – Kesulitan maupun Hambatan- hambatan yang ada dalam penyusunan Makalah ini dapat diatasi berkat bantuan , bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak . Namun semua ini tidak dapat terlepas dari campur tangan Allah SWT , sehingga Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik .
            Kami  menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini belum sempurna dikarenakan terbatasnya  kemampuan dan penggetahuan yang kami miliki . Karena itu kami mohon kritik dan saran demi penyempurnaan Makalah  ini semoga bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca umumnya .





           














DAFTAR ISI

1.      Sampul Makalah…………………………
2.      Kata Pengantar…………………………..
3.      Isi
·         Pendahuluan……………………...
·         Permasalahan…………………….
·         Pembahasan………………………
4.      Kesimpulan……………………………….
5.      Penutup ……………………………….. …
6.      Daftar Pustaka…………………………….
















                      


















I.    PENDAHULUAN


Dalam menggunakan harta dan membelanjakan harta hendaknya tidaklah berlebih- lebihan dan tidak kikir, dan dalam membelanjakan harta itu ditengah- tengah keduanya, yakni menggunakan harta secara seimbang, karena perbuatan boros maupun kikir dilarang oleh Allah SWT.
Kita sebaiknya menjaga dalam keseimbangan dalam menggunakan harta, dan didalam harta yang kita miliki juga terdapat hak orang lain untuk dikeluarkan zakatnya apabila telah mencapai Nisab dan kita juga dianjurkan untuk bersodaqoh kepada orang yang berhak menerimanya.

II.   PERMASALAHAN

             Permasalahan yang akan kita angkat dalam Makalah  ini adalah :
Mengenei “ Bijak Mengkonsumsi dan Mengelola Harta ”





























III.       PEMBAHASAN

A.      Teks Hadits ( bijak mengkonsumsi dan mengelola harta )

عن أنس بن ما لك قال : قال رسول الله صلّ الله عليه وسلّم ( من بن بن ء أ كثر مماّ يحتا ج إ ليه لا ن عليه وبا لاّ يوم القيامة )
( رواه ابيهقي في بعب ا لإ يمان )


B.       Terjemahan

عن أ نس بن ما لك قال: قال رسول الله صلّ الله عليه وسلّم

Dari Anas Bin Malik berka
Rasullullah SAW bersabda:

من لبن بناء أ كثر مماّ يحتا ج أليه

Artinya : barang siapa yang membangun bangunan yang melebihi sesuatu yang dibutuhkan seseorang
كا ن عليه وبا لا يو ما لقي مه
Artinya : maka orang itu akan celaka dihari kiamat.[1]

C.      Mufrodat

Siapa
مَنْ
Membangun
بَنَ
Bangunan
بَنَءً
Lebih Banyak
أَكْثَرَ
Membutuhkan / Memerlukan
اِجْناَ جَ
Celaka
وَبَلاً
Dihari kiamat
يَوْمَ لْقِيَا مَةِ
          [2]
D.      Biografi Perawi

Anas adalah seorang sahabat nabi muahammad SAW, nama lengkapnya ialah Anas Malik lbn Nadhr lbn Dhamdham an najjari al Anshari dan biasa juga disebut dengan Abu Hamzah/ Abu Tsumamah,lahir pada tahun 10 sebelum hijrahnya nabi SAW. Kemadinah 612 M setelah nabi SAW tiba dimadinah, ibunya ( bernama ummu sulaim yang juga banyak meriwayatkan hadits nabi ) menyerahkan anas kepada nabi SAW menjadi pembantu dan pelayan nabi SAW, Selama 10 tahun. Anas bin malik seorang sahabat dan pelayan nabi SAW yang sangat rajin dan tekun ibadah serta pendiam, sedikit bicara.Anas bin Malik termasuk sahabat urutan yang ke 3 yang terbanyak meriwayatkan hadits setelah Abu hurairah dan Ibnu Umar. Ia meriwayatkan 2. 286 hadits dan ada 318 hadits diriwayatkan oleh bukhori dan muslim,168 haditsnya disepakati oleh keduanya, 80 diantaranya diriwayatkan oleh Bukhori sendiri termasuk hadits diatas. Murid- murid beliau sangat banyak hingga mencapai sekitar 200 oarang yang meriwayatkan haditsnya.
                        Ia hidup lama setelah wafatnya nabi SAW sampai menjelang abad 1 H, dimana sahabat yang masih hidup pada saat itu sudah sangat sedikit. Dialah sahabat yang palinga akhir wafat, khususnya sahabat yang ada dibasrah pada tahun 93 H ( 912 M ) dalam usia 100 tahun.[3]
E.       Keterangan Hadits

“ barang siapa yang membangun bangunan yang melebihi sesuatu yang dibutuhkan seseorang maka orang itu akan celaka dihari kiamat ” dalam hadits diatas, dalam islam dianjurkan agar manusia tidak bersikap berlebih- lebihan karena Allah SWT sendiri tidak menyukai sikap berlebih- lebihan dan Allah SWT menganjurkan agar manusia selalu bersikap sederhana terutama dalam hal pembelanjaan hartanya. Harta sebaiknya digunakan sesuai dengan kebutuhan .







F.       ASPEK TARBAWI

-          Bijak mengkonsumsi harta
Dalam menggunakan harta, kita terlebih dahulu harus tau mana barang ( kebutuhan ) yang benar- benar dibutuhkan dan barang kebutuhan mana yang sekedar keinginan kita saja, agar penggunaanya tidak boros. Selain itu kita juga tidak kikir karena dalam harta yang kita miliki ada hak orang lain[4]
-          Bijak dalam mengelola harta
Sebagaimana islam mengikat semua cara- cara, usaha mendapatkan harta, maka islam juga mengikat cara pengeluaran dan penggunaan harta, dalam mengelola harta hendaknya diatur supaya tidak berlebihan, islam melarang pengeluaran harta yang berlebihan, pemborosan dan kemewahan. Didalam hadits apabila melebihi sesuatu yang dibutuhkan maka akan celaka besok dihari kiamat. Dalam harta yang Allah SWT  berikan kepada manusia dapat dipergunakan untuk  mensejahterakan dirinya, keluaganya, masyarakat sekitar. Sejahtera artinya hidup dengan harta yang berkah.
Salah satu harta yang berkah adalah baik dan halal cara mendapatkannya baik dan halal memenfaatkannya, baik dan halal menggunakan serta menyalurkannya.[5]
-          Analisis mengkonsumsi harta diantaranya yaitu agar kelak berguna bagi kita dan kelak berguna bagi kita diakhirat
1)      Hidup hemat dan tidak bermewah- mewahan
2)      Dikeluarkan zakat 2,5 %
3)      Tidak memakan harta riba
4)      Menjalankan usaha- usaha yang halal
5)      Tidak berlaku zalim
6)      Tidak dengan cara- cara yang zalim[6]
Aspek tarbawinya/ pendidikan dan hadits yaitu dalam menyikapi harta tidak dengan berlebih- lebihan, karena apa yang dimiliki manusia hanyalah amanah dari Allah SWT, islam memandang segala yang ada diatas bumi adalah milik Allah SWT. Harta bukanlah tujuan, ia hanya sekedar alat untuk memupuk pahala demi tercapainya falan ( kebahagiaan didunia dan diakhirat ).

IV.  KESIMPULAN

Dalam mengelola harta dan mengkonsumsi serta mengelola harta bisa dilakukan dengan seimbang, tidak berlebih- lebihan dan pemborosan dalam mengeluarkan harta,
Jadi sebagaimana seorang islam kita dituntt agar menjaga keseimbangan dalam menggunakan harta kita agar kita terhindar dari sifat kikir/ boros.


V.PENUTUP

   Allah ta’ala berfirman :” Sesungguhnya orang – orang yang beriman dan mengerjakan amal –amal soleh , mereka diberi petunjuk oleh tuhannya karena keimananya , di bawah mereka mengalir sungai –sungai didalam surga yang penuh kenikmatan . Doa mereka didalamnya ialah “ Subhanakallahumma ( maha suci engkau wahai allah ) Dan salam penghormatan mereka ialah “ assalam ( sejahtera dari segala  bencana ) Dan penutup Doa mereka ialah “ Alhamdullilahirobil’alamin “ ( Segala puji bagi tuhan semesta alam ) .
( Q.S Yunus 9- 10 )

  Segala puji bagi Allah yang telah member petunjuk kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini, dan kami tidak akan mendapatkan petunjuk seandainya allah tidak memberikan petunjuk kepada kami wahai allah limpahkan rahmat kepada nabi Muhammad yang hambamu dan utusanmu, nabi yang ummi: serta limpahkanlah kepada keluarga, istri- istri dan anak cucu Muhammad sebagaimana engkau telah melimpahkan rahmat kepada Ibrahim. Limpahkanlah barokah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Di alam semesta ini sesungguhnya engkaulah dzat terpuji lagi maha agung.Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam
Demikianlah makalah dari kami susun. Kami yakin masih banyak kekurangan disana sini, baik materi maupun teknis penulisan. Untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Akhirnya kami mohon maaf yang sebesar- besarnya dan berharap semua tulisan ini bisa bermanfaat. Amien.




VI.       DAFTAR PUSTAKA

·      http:/danyhadiwijaya.blogspot.com. bijak mengkonsumsi harta.html diakses tanggal 15-02-2012
·      arabik ali ahmad zuhdi muhdlor.kamus konteporer arab Indonesia.Jogjakarta:2012
·      Dr. Wajidi sayadi, M.Ag. hadits tarbawi. Jakarta :PT pustaka firdaus, 2011, hlm 152-153
·      http:/danyhadiwijaya.blogspot.com. bijak mengkonsumsi harta.html diakses tanggal 15-02-2012
·      Dr ahmad Muhammad al assal .sistem prinsip dan tujuan ekonomi islam.Bandung: CV Pustaka setia, 1999
·      Prof.DR.KH. didin Hifidhudin.agar harta berkah dan bertambah. Jakarta:Gema insani, 2007, hlm. 40

















[1] http:/danyhadiwijaya.blogspot.com. bijak mengkonsumsi harta.html diakses tanggal 15-02-2012
[2]arabik ali ahmad zuhdi muhdlor.kamus konteporer arab Indonesia.Jogjakarta:2012

           [3] Dr. Wajidi sayadi, M.Ag. hadits tarbawi. Jakarta :PT pustaka firdaus, 2011, hlm 152-153


[4] http:/danyhadiwijaya.blogspot.com. bijak mengkonsumsi harta.html diakses tanggal 15-02-2012
[5] Dr ahmad Muhammad al assal .sistem prinsip dan tujuan ekonomi islam.Bandung: CV Pustaka setia, 1999
         [6] Prof.DR.KH. didin Hifidhudin.agar harta berkah dan bertambah. Jakarta:Gema insani, 2007, hlm. 40