Laman

Jumat, 11 Mei 2012

Tugas Pengajian, B, MAUSUFAH HASANAH, Keutamaan Belajar dan Mengajarkan Al-quran

Nama Majlis Ta’lim  : Majlis Qiro’ati
Pengasuh/pembicara : Drs. KH. Khumaedy
Hari/tanggal               : Ahad, 22 April 2012
Waktu                                    : 07.00-09.00
Alamat                        : Jl. Yudha Bakti, Medono, Pekalongan
Tema                          : Keutamaan Belajar dan Mengajarkan Al-quran 
Dalam kitab Shahihnya, Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.” 
Dalam hadits di atas, terdapat dua amalan yang dapat membuat seorang muslim menjadi yang terbaik di antara saudara-saudaranya sesama muslim lainnya, yaitu belajar Al-Qur`an dan mengajarkan Al-Qur`an.  Tentu, baik belajar ataupun mengajar yang dapat membuat seseorang menjadi yang terbaik di sini, tidak bisa lepas dari keutamaan Al-Qur`an itu sendiri.  Al-Qur`an adalah kalam Allah, firman-firman-Nya yang diturunkan kepada Nabi-Nya melalui perantara Malaikat Jibril Alaihissalam. Al-Qur`an adalah sumber pertama dan acuan utama dalam ajaran Islam.  
Maksud dari belajar Al-Qur`an di sini, yaitu mempelajari cara membaca Al-Qur`an. Bukan mempelajari tafsir Al-Qur`an, asbabun nuzulnya, nasikh mansukhnya, balaghahnya, atau ilmu-ilmu lain dalam ulumul Qur`an. Meskipun ilmu-ilmu Al-Qur`an ini juga penting dipelajari, namun hadits ini menyebutkan bahwa mempelajari Al-Qur`an adalah lebih utama. Mempelajari Al-Qur`an adalah belajar membaca Al-Qur`an dengan disertai hukum tajwidnya, agar dapat membaca Al-Qur`an secara tartil dan benar seperti ketika Al-Qur`an diturunkan. Karena Allah dan Rasul-Nya sangat menyukai seorang muslim yang pandai membaca Al-Qur`an. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ . (متفق عليه)
“Orang yang pandai membaca Al-Qur`an, dia bersama para malaikat yang mulia dan patuh. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur`an dengan terbata-bata dan berat melafalkannya, maka dia mendapat dua pahala.” (Muttafaq Alaih)
Dan dalam Al-Qur`an disebutkan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk membaca Al-Qur`an dengan tartil,
ورتل القرءان ترتيلا . (المزمل : (4)
“Dan bacalah Al-Qur`an dengan setartil-tartilnya.” (Al-Muzzammil: 4)
Al Hafiz Ibnu Katsir dalam kitabnya Fadhail Quran halaman 126-127 berkata: [Maksud dari sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkan kepada orang lain" adalah, bahwa ini sifat-sifat orang-orang mukmin yang mengikuti dan meneladani para rasul. Mereka telah menyempurnakan diri sendiri dan menyempurnakan orang lain. Hal itu merupakan gabungan antara manfaat yang terbatas untuk diri mereka dan yang menular kepada orang lain. 
“Orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan dia mahir melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam Syurga bersama-sama dengan rasul-rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an, tetapi dia tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan nampak agak berat lidahnya (belum lancar), dia akan mendapat dua pahala.” (Riwayat Bukhari & Muslim)
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti buah Utrujjah yang baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma yang tidak berbau sedang rasanya enak dan manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah seperti raihanah yang baunya harum sedang rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti hanzhalah yang tidak berbau sedang rasanya pahit.” (Riwayat Bukhari & Muslim)
“Barangsiapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, Allah memakaikan pada kedua orang tuanya di hari kiamat suatu mahkota yang sinarnya lebih bagus dari pada sinar matahari di rumah-rumah di dunia. Maka bagaimana tanggapanmu terhadap orang yang mengamalkan ini.” (Riwayat Abu Dawud)
Adapun maksud dari mengajarkan Al-Qur`an, yaitu mengajari orang lain cara membaca Al-Qur`an yang benar berdasarkan hukum tajwid. Sekiranya mengajarkan ilmu-ilmu lain secara umum atau menyampaikan sebagian ilmu yang dimiliki kepada orang lain adalah perbuatan mulia dan mendapatkan pahala dari Allah, tentu mengajarkan Al-Qur`an lebih utama. Bahkan ketika Sufyan Ats-Tsauri ditanya, mana yang lebih utama antara berjihad di jalan Allah dan mengajarkan Al-Qur`an, dia mengatakan bahwa mengajarkan Al-Qur`an lebih utama. Ats-Tsauri mendasarkan pendapatnya pada hadits ini.
Namun demikian, meskipun orang yang belajar Al-Qur`an adalah sebaik-baik orang muslim dan mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain juga sebaik-baik orang muslim, tentu akan lebih baik dan utama lagi jika orang tersebut menggabungkan keduanya. Maksudnya, orang tersebut belajar cara membaca Al-Qur`an sekaligus mengajarkan kepada orang lain apa yang telah dipelajarinya. Dan, dari hadits ini juga dapat dipahami, bahwa orang yang mengajar Al-Qur`an harus mengalami fase belajar terlebih dahulu. Dia harus sudah pernah belajar membaca Al-Qur`an sebelumnya. Sebab, orang yang belum pernah belajar membaca Al-Qur`an, tetapi dia berani mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain, maka apa yang diajarkannya akan banyak kesalahannya. Karena dia mengajarkan sesuatu yang tidak dia kuasai ilmunya.


                                Mengetahui
    Saksi I                                                                    Saksi II

Maria Rosyida                                                            Shilfiana
(2021110088)                                                           (2021110054)

Tugas Pengajian, F, HARTINI "Mewujudkan Generasi Berkualitas Islami"


TUGAS HADITS TARBAWI II
PENGAJIAN RUTINAN


Disusun Guna Memenuhi Nilai
Mata kuliah : Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati, M.ag




                                                  Description: G:\images (1).jpg




Disusun Oleh :

HARTINI
NIM. 2021110237
KELAS F






SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
PEKALONGAN
2012




1.        Nama Majlis Ta’lim                 : As-Salam      
2.        Pengasuh/Pembicara                : Abdul Aziz, Spd
3.        Hari/Tanggal                            : Sabtu /24 Maret 2012
4.        Waktu                                      : 20.00 WIB - selesai
5.        Alamat                                     : Ds. Rowosari Kec. Ulujami
6.        Tema Pengajian                       : Mewujudkan Generasi Berkualitas Islami
7.        Ringkasan Pengajian               :


Perputaran waktu dan pergantian zaman merupakan sesuatu yang tidak bias dipungkiri, karenanya merupakan sunnatullah kalau dalam kehidupan kita ini terjadi pergantian generasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Masa depan agama, bangsa dan Negara salah satunya sangat tergantung pada bagaimana kondisi generasi muda pada hari ini, karena itu setiap kita punya tanggung jawab untuk mempersiapkan generasi muda kita guna menghadapi hari esok yang bias jadi zamannya sangat berbeda dengan zaman yang kita alam, bahkan tantangan, masa depan bisa jadi amat berbeda dengan yang kita hadapi sekarang.
Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم bersabda     خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku ( para sahabat ) kemudian generasi berikutnya (tabi’in) kemudian generasi berikutnya ( tabiu’t tabi’in )” (Hadits Bukhari & Muslim)
Imam Malik رحمه الله telah berkata : كُلُّ خَيْرٍ فِي إتِباَعِ مَنْ سَلَف وَ كُلُّ شَرٍّ فِي إبْتِداَعِ مَنْ خَلَفِ
“Setiap kebaikan adalah apa-apa yang mengikuti para pendahulu (salaf), dan setiap kejelekan adalah apa-apa yang diada-adakan orang kemudian (kholaf)" dan “Tidak akan baik akhir dari umat ini kecuali kembali berdasarkan perbaikan yang dilakukan oleh generasi pertama”.




8.        Analisa isi Pengajian   :
kenyataan sejarah bahwa sebuah generasi sangat menentukan eksistensi dan perjalanan sebuah bangsa atau umat. Kejayaan dan kehancuran suatu bangsa tergantung kepada kualitas generasi yang mengembannya. Hal mendasar yang sangat menentukan kualitas sebuah generasi adalah pemikirannya. Pemikiran yang cemerlang akan mengantarkan suatu bangsa untuk dapat memimpin umat manusia dan mensejahterakan kehidupan dunia. Sejalan dengan hal tersebut Islam pun telah menempatkan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan pada derajat yang lebih tinggi.
Faktor yang paling menentukan kualitas generasi Islam adalah keimanan dan keilmuannya. Pembentukan generasi dalam pandangan Islam tidak hanya ditargetkan untuk mencapai ketinggian teknologi dan ilmu pengetahuan semata. Target utama pembentukan generasi adalah untuk mencetak generasi yang memiliki keimanan yang kokoh, lalu dengan dorongan keimanan tersebutlah teknologi dan ilmu pengetahuan dikaji dan dikembangkan. Artinya, keimanan menjadi dasar bagi keilmuan seseorang. Lebih jelasnya, gambaran generasi berkualitas dalam pandangan Islam adalah sebagai berikut:
Pertama, generasi yang berkepribadian Islam (Syakhshiyyah Islamiyah).
Sosok generasi yang bersyakhshiyyah Islam adalah generasi yang memiliki keimanan kuat terhadap Islam (Aqidah Islam), lalu aqidah Islam tersebut dijadikan sebagai landasan dan standar satu-satunya dalam pola berpikir (Aqliyah) dan pola bersikapnya (Nafsiyah). Semua aktivitas dan problem dalam kehidupan, baik di keluarga, masyarakat maupun negara ditata dan diselesaikan berdasarkan petunjuk yang datang dari Islam (Syari’at Islam).

Kedua, generasi yang berjiwa pemimpin.
Islam datang dengan membawa seperangkat aturan yang sempurna yang menjamin terselesaikannya seluruh problematika kehidupan manusia sampai akhir zaman. Pemikiran-pemikiran yang bersifat mendasar (menyingkap hakikat penciptaan dan kehidupan manusia dan hubungannya dengan Sang Pencipta) dan menyeluruh (meliputi seluruh jenis interaksi manusia) menjadikan Islam bersifat universal. Penerapan Syari’at Islam tidak hanya dikhususkan untuk umat Islam saja, tetapi merupakan rahmat bagi seluruh manusia dan mensejahterakan kehidupan dunia.

Ketiga, mampu mengarungi hidup berdasarkan aqidah islam.
Seseorang yang memahami Islam secara jernih dan mendalam akan menemukan jawaban, bahwa hanya dengan aqidah Islam semua persoalan baik persoalan pribadi, keluarga maupun masyarakat dan dunia seluruhnya akan dapat diselesaikan dengan baik. Dengan memahami bahwa tujuan hidup manusia adalah semata-mata untuk beribadah kepada Allah swt, Sang Pencipta manusia dan alam semesta, maka sudah selayaknyalah manusia harus mengatur segala aktivitas dan menyelesaikan semua problem hidupnya dengan tuntunan Syari’at Allah yang sempurna yaitu Islam. Karena Islam telah menyediakan solusi yang akan mengantarkan kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat kelak.
Generasi yang mendapatkan pembinaan untuk mengokohkan aqidah Islam dalam dirinya, akan mampu mengarungi medan kehidupan dengan penuh keberanian.