Laman

Sabtu, 08 September 2012

Psikologi Agama B1 - ruang lingkup

Psikologi Agama B1 - ruang lingkup - word

Psikologi Agama B1 - ruang lingkup - ppt



MAKALAH
RUANG LINGKUP PSIKOLOGI AGAMA
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Psikologi Agama
Dosen Pengampu : Muhammad Ghufron M.Si




                                                             Disusun oleh:
                                                 Kelas PBA B

Zakia Nirmala                         (2022 111 071)
Ahmad Zaedun                        (2022 111 072)
Eli Rofita                                 (2022 111 073)
M. Aufa Siddiq                        (2022 111 074)

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
STAIN PEKALONGAN
2012

BAB I
Pendahuluan

            Para ilmuwan (Barat) menganggap filsafat sebagai induk dari segala ilmu. Sebab filsafat merupakan tempat berpijak kegiatan keilmuwan. Dengan demikian, psikologi termasuk ilmu cabang dari filsafat. Dalam kaitan ini, psikologi agama dan psikologi lainnya tergolong disiplin ilmu ranting dari fisafat.
Psikologi secara umum mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan pikiran (cognisi), perasaan (emotion), dan kehendak (conasi). Gejala tersebut secara umum memiliki ciri-ciri yang hampir sama pada diri manusia dewasa, normal dan beradab.
Psikologi agama sebagai disiplin ilmu, baru tumbuh sekitar abad ke 19. Berbeda dengan displin ilmu lainnya, ilmu ini meneliti hubungan manusia dengan kepercayaannya (agama) dari sudut kejiwaan. Menurut sudut pandang psikologi, hubungan manusia dengan kepercayaannya ikut dipengaruhi dan juga mempengaruhi faktor kejiwaan.
Sesuai dengan bidang dan kegunaannya, psikologi umum dibagi kedalam barbagai cabang. Dan psikologi agama adalah salah satu dari cabang psikologi umum. Dalam makalah ini, kami akan mencoba memaparkan tentang Ruang Lingkup Psikologi Agama yang meliputi:
a.       Pengertian Psikologi Agama
b.      Lapangan Penelitian Psikologi Agama
c.       Metode Psikologi Agama













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Psikologi Agama
Menurut asal katannya, Psikologi berasal dari bahasa yunani kuno Psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi psikologi adalah ilmu tentang jiwa. Para ahli psikologi modern saat ini tidak mengartikan psikologi sebagai ilmu tentang gejala dan aktifitas jiwa manusia. Apa yang dimaksud jiwa itu, tidak seorang pun tahu dengan sesungguhnya. Jiwa adalah sanagat abstrak dan tidak dapat diikuti oleh panca indra.[1]
Firman Allah dalam Q.S Al-Isra’ (17): 85 yang artinya “Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang jiwa (ruh) maka, katakanlah bahwa ruh itu urusan Tuhan. Dan kamu tidak diberi pengetahuan (tentang jiwa) kecuali sedikit.”
Pada hakikatnya, Manusia adalah makhluk yang spesifik, baik dilihat dari segi fisik maupun non fisiknya. Ditinjau dari segi fisik, tidak ada makhluk lain yang memiliki tubuh sesempurna manusia. Sementara dari segi non fisik manusia memilki struktur rohani yang sangat membedakan dengan makhluk lain.
Psikologi agama menggunakan dua kata yaitu psikologi dan agama. Kedua kata ini memilki pengertian yang berbeda. Psikologi merupakan suatu titik pandang para pemikir yaitu suatu cara bagaimana orang bijak memandang kehidupan. Sebagai gagasan-gagasan dari mereka yang mengetahui kehidupan secara lebih menyeluruh.
Dalam bukunya ‘Dimensi Spiritual Psikologi’ Inayat Khan mengatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang fitrah manusia, perkembangan manusia, pikiran-pikiran manusia. Dapat disimpulkan bahwa psikologi menurut Inayat Khan adalah suatu ilmu yang menjembatani antara ilmu material dan esoterisme.[2]
Menurut Harun Nasution pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al-Din, religi (relegere, relegare) dan agama. Al-Din (Semit) berarti  undang-undang atau hukum. Sedangkan dari kata (Latin) religi, relegere atau religare berarti mengumpulkan, membaca dan mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a= tidak; gam= pergi) mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun-temurun.[3]
Diriwayatkan dari sebuah hadits Nabi yang dikutip oleh Jalaluddin Rahmat diceritakan seorang lelaki menemui dan bertanya kepada Nabi, ‘Ya Rasulullah, apakah agama itu ?’ Rasulullah bersabda “akhlak yang baik”. Kemudian ia mendatangi Nabi dari sebalah kanannya dan berkata ‘Ya Rasulullah, apakah agama itu ?’ Nabi bersabda “akhlak yang baik”. Kemudian ia mendatangi Nabi dari belakang dan berkata ‘ apakah agama itu ?’ Rasulullah menoleh kepadanya dan bersabda, “belum jugakah engkau mengerti ?, Agama itu akhlak yang baik, sebagai misal janganlah engkau marah.” (At-Targhib wa Al-Taghrib 3:405)[4]
Selanjutnya Harun Nasution merumuskan ada empat unsur yang terdapat dalam agama, yaitu:
a.       Kekuatan gaib, yang diyakini berada diatas kekuatan manusia.
b.      Keyakinan terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib baik dan nasib buruk manusia.
c.       Respons yang bersifat emosionil dari manusia.
d.      Paham akan adanya yang kudus (sacred) dan suci.
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, psikologi agama meneliti dan menelaah kehidupan kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Disamping itu, psikologi agama juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut.[5]
Dalam bukunya ‘Psikologi Agama’ Jalaluddin mengatakan bahwa psikologi agama adalah cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya, serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.

B.     Ruang Lingkup Lapangan Penelitian Psikologi Agama
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat menyatakan bahwa lapangan penelitian psikologi agama mencankup proses beragama, perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat-akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan (terhadap suatu agama yang dianut). Oleh karena itu, Zakiah Daradjat mengemukakan ruang lingkup yang menjadi lapangan kajian psikologi agama meliputi kajian mengenai:
1.      Bermacam-macam emosi yang menjalar diluar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan beragama orang biasa (umum) seperti rasa lega dan tentram setelah sembahyang.
2.      Bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang secara individual terhadap Tuhannya.
3.      Mempelajari, meneliti dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup sesudah mati (akhirat) pada tiap-tiap orang.
4.      Meneliti dan mempelajari kasadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut memberi pengaruh terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan.
5.      Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat suci kelegaan batinnya.[6]
Semuanya itu menurut Zakiah Daradjat tercakup dalam kesadaran agama (religious counsciousness) dan pengalaman agama (religious experience). Yang dimaksud dengan kesadaran agama adalah bagian/segi agama yang hadir (terasa) dalam pikiran yang merupakan aspek mental dari aktifitas agama. Sedangkan, pengalaman agama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama, yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan tindakan (amaliyah).[7]
Psikologi agama tidak mencampuri segala bentuk permasalahan yang menyangkut pokok keyakinan suatu agama, termasuk benar salahnya atau masuk akal dan tidaknya keyakinan agama. Tegasnya psikologi agama hanya mempelajari dan meneliti fungsi-fungsi jiwa yang mematul dan memperlihatkan diri dalam kaitannya dengan kesadaran dan pengalaman agama manusia. Ke dalamnya juga tidak termasuk unsur-unsur keyakinan yang abstrak (gaib) seperti tentang Tuhan, surga dan neraka, kebenaran sesuatu agama, kebenaran kitab suci dan lainnya, yang tidak teruji secara empiris.
Dengan demikian, psikologi agama menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat adalah mempelajari kesadaran agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat dalam kelakuan dan tindak agama orang itu dalam hidupnya. Persoalan pokok dalam psikologi agama adalah kajian terhadap kesadaran agama dan tingkah laku agama, kata Robert H. Thouless.
Psikologi agama sejalan dengan ruang lingkup kajiannya telah banyak memberi sumbangan dalam memecahkan persoalan kehidupan manusia dalam kaitannya dengan agama yang dianutnya. Hasil kajian psikologi agama tersebut ternyata dapat dimanfaatkan dalam berbagai lapangan kehidupan seperti dalam bidang pendidikan, psikoterapi dan mungkin pula dalam lapangan lainnya dalam kehidupan.[8]

C.     Metode Penelitian Psikologi Agama
Metode yang digunakan dalam peneilitian-penelitian psikologi agama adalah metode ilmiah, yakni mepelajari fakta-fakta yang berada dalam lingkungannya, dengan cara yang objektif.
Psikologi agama berusaha untuk menjelaskan pekerjaan pikiran dan perasaan seseorang terhadap agama, baik ia orang yang tahu beragama, acuh tak acuh, maupun yang anti agama. Ini berarti bahwa yang diungkap dan dijelaskan dalam psikologi agama adalah proses mental orang tersebut sebagaimana dalam psikologi pada umumnya.
Agar penelitian dapat dilakukan secara netral, dalam arti tidak memihak atau menentang suatu keyakinan tertentu, diperlukan adanya sikap objektif. Oleh karena itu, menurut Jalaluddin dalam mengkaji psikologi agama perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1.      Memiliki kemampuan dalam meneliti kehidupan dan kesadaran batin manusia.
2.      Memiliki keyakinan bahwa segala bentuk pengalaman dapat dibuktikan secara empiris.
3.      Dalam penelitian harus bersikap filosofis spiritualistis.
4.      Tidak mencampuradukkan antara fakta dengan angan-angan atau perkiraan khayali.
5.      Mengenal dengan baik masalah-masalah psikologi dan metodenya.
6.      Memiliki konsep mengenai agama serta mengetahui metodologinya.
7.      Menyadari tentang adanya perbedaan antara ilmu dan agama.
8.      Mampu menggunakan alat-alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ilmiah.[9]
Di antara metode digunakan dalam mengkaji psikologi agama adalah sebagai berikut:
1.      Dokumen Pribadi
Metode ini digunakan untuk mempelajari bagaimana pengalaman dan kehidupan batin seseorang dalam hubungannya dengan agama. Untuk mengetahui informasi tentang hal ini maka dikumpulkan dokumen pribadi seseorang. Dokumen tersebut dapat berupa autobiografi, biografi, atau catatan-catatan yang dibuatnya.
Metode dokumentasi tersebut dalam penerapannya dapat digunakan beberapa teknik antara lain:
a.      Teknik Nomotatik
Yaitu pendekatan psikologis yang digunakan untuk memahami sifat atau tabiat dasar manusia dengan mencoba menetapkan ketentuan umum dari hubungan antara sikap dan kondisi-kondisi yang dianggap sebagai penyebab terjadinya sikap tersebut. Tokoh yang menerapkan teknik nomotatik tersebut antara lain Hartshorne dan Mark A. May yang mempelajari karakter alami manusia.
b.      Teknik Analisis Nilai (Value Analysis)
Teknik ini digunakan dalam kaitannya dengan statistik. Data-data yang telah terkumpul diklasifikasikan menurut teknik statistik dan dianalisis untuk dijadikan penilaian terhadap individu yang diteliti. Tokoh yang menerapkan teknik ini antara lain Carlson yang meneliti hubungan antara tingkat kecerdasan dengan kepercayaan.
c.       Teknik Ideography
Teknik ini hampir sama dengan teknik nomotatik, yaitu pendekatan guna memahami sifat dasar manusia. Bedanya teknik ini lebih menekankan antara sifat-sifat dasar manusia dengan keadaan tertentu dan aspek-aspek kepribadian yang menjadi ciri khas masing-masing individu dalam rangka memahami seseorang. Tokoh yang menerapkan teknik ini adalah Gordon W. Allport.

d.      Teknik Penilaian terhadap Sikap (Evaluation Attitudes Technique)
Teknik ini digunakan dalam penelitian biografi, tulisan atau dokumen yang ada hubungannya dengan individu yang akan diteliti. Dari dokumen tersebut kemudian ditarik kesimpulan, misalnya, tentang bagaimana pendirian seseoarang terhadap persoalan-persoalan yang dihadapinya kaitannya dengan pengalaman dan kesadaran agama.[10]
2.      Angket dan Wawancara
Metode angket dan wawancara digunakan untuk meneliti proses jiwa beragama pada orang yang masih hidup. Metode angket merupakan suatu rangkaian pertanyaan yang disusun sedemikian rupa, yang disuruh jawab oleh sejumlah besar orang.[11] Sedangkan metode wawancara ialah metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi langsung dengan subjek.
Metode angket dan wawancara tersebut dalam penerapannya dapat digunakan beberapa teknik, antara lain:
ü  Penegumpulan Pendapat Masyarakat (Public Oponion Polls)
ü  Skala Penilaian (Rating Scale)
ü  Tes
ü  Eksperimen
ü  Observasi melalui Pendekatan Sosiologi dan Antropologi
ü  Pendekatan terhadap Perkembangan
ü  Metode Klinis dan Proyektivitas
ü  Studi Kasus
ü  Survei[12]






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari makalah kami yang berjudul “Ruang Lingkup Psikologi Agama” di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi agama adalah cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, lapangan penelitian psikologi agama mencakup proses beragama, perasaan, dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat-akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan.
Metode yang digunakan dalam meneliti psikologi agama menggunakan metode ilmiah antara lain:
a.       Dokumen Pribadi
b.      Angket dan Wawancara
B.     Penutup
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun  sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.















DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah. 1996. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Khan, Inayat. 1918. Dimensi Spiritual Psikologi. New York: Pustaka Hidayah.
Makalah. 2010. Psikologi Agama kelas PBA B Semester III.
Muslim, Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 
Jalaluddin. 2000. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Jalaluddin. 2010. Psikologi Agama. Jakarta: Rajawali Pers.
Rahmat, Jalaluddin, 2003. Psikologi Agama Bandung: PT Mizan Pustaka.


[1] Sururin Muslim, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2004) hlm. 1                               
[2] Inayat Khan, Dimensi Spiritual Psikologi (New York: Pustaka Hidayah. 1918) hlm. 13
[3]Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: Rajawali Pers. 2010) hlm. 12
[4] Jalaluddin Rahmat, Psikologi Agama (Bandung: PT Mizan Pustaka. 2003) hlm. 14
[5] Jalaluddin, Op.Cit., hlm.14-15
[6] Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2000) hlm. 16
[7] Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang. 1996) hlm. 3-4
[8] Jalaluddin, Op.,Cit. hlm17
[9] Sururin Muslim, Op.,Cit,  hlm. 9
[10] Ibid, hlm. 9-11
[11] Zakiah Daradjat, Op.,Cit, hlm. 9
[12] Sururin Muslim, Op.,Cit,  hlm. 12-16