Laman

Minggu, 05 April 2015

L-08-c: Rizqi Dwi Muharisma



HUBUNGAN MANUSIA DENGAN PENCIPTA
Pertanyaan Jibril Kepada Nabi SAW Tentang Iman,Islam, Ihsan, Hari akhir
dan Pejelasan Nabi Kepadanya      

Mata kuliah                 : Hadits Tarbawi II


Disusun Oleh :
Rizqi Dwi Muharisma               (2021213070)


KELAS PAI L (RE)


JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2014
KATA PENGANTAR


Bismillahirohmanirrohim,. Alhamdulillah,Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah- NYA sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Tak lupa sholawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad yang syafa’atNya kita nantikan di hari akhir nanti. Penyusun juga panjatkan kehadiran ALLAH SWT, karena hanya dengan kerido’an-NYA Makalah Hadits Tarbawidengan judul “Hubungan Manusia dengan Pencipta” ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari betul sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah ini tidak akan terwujud dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis berharap saran dan kritik demi perbaikan-perbaikan lebih lanjut.

Penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk peserta didik khususnya diri Saya sendiri dalam memenuhi tugas Hadits Tarbawi.
                                                                                                            Penulis











BAB I
PENDAHULUAN

            Sesungguhnya makhluk istimewa yang diciptakan oleh Allah adalah manusia karena berbeda dengan makhluk lain, manusia dibekali oleh akal fikiran berbeda dengan makhluk lain yang tidak diberikan akal dan fikiran.Dan dibalik semua itu semua dimuka bumi ini ada dzat yang maha Agung Dialah Allah SWT.
           
            Alangkah seringnya manusia berdiskusi dan berbincang tentang berbagai ilmu pengetahuan, tentang kemajuan teknologi, tentang perkembangan ekonomi dan perdagangan dan tentang kesejahteraan material. Namun di sisi lain, manusia jarang sekali mengetahui apa lagi mendiskusikan tentang dirinya, boleh dikata contoh kecil introfeksi diri, dan menjulur ke hakikat manusia, dan ingin tahu siapa dirinya, dan apa tujuan dia hidup, dan bagai mana cara dia berhubungan dengan sesama, dan sampai-sampai manusia lupa akan tujuan hidupnya sebagai manusia yang tahu akan jati dirinya atau hakikatnya yaitu makhluk Allah. Sebagai makhluk Allah , kita harus tahu kalau sesungguhnya manusia mempunyai hubungan dengan Allah sang pencipta yang telah menghidupkannya, yang telah menciptakanya.

            Ketika kita ingin dekat dengan pencipta ( Allah ) maka kita harus dekat pula dengan agamaNya, Agama di dunia ini yang diridhoi Allah adalah agama islam. Maka kemudian akanterbesit pertanyaan apakah agama islam itu dan bagaimana bisa dikatakan sebagi islam? Untuk lebih memahami dan mengerti apa itu islam kita akan mencoba menggali pengertian islam yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan pencipta dari sebuah hadits Rasulullah merupakan sumber pedoman yang ke dua setelah Alquran. Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah berikut merupakan penjelasan dari Nabi terkait dengan islam dan apasaja yang berhubungan dengannya seperti iman, ihsan dan lainnya yang sudah selayaknya kita sebagai muslim dapat mengetahuinya.

            Berdasarkan latar belakang permasalahn di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah pembahasan hadits tentang klafisikasi ilmu “Manusia” yang berjudul “Hubungan Manusi dengan Pencipta” dalam makalah ini akan dibahasa mengenai hadits yang berkaitan tentangkitab iman, bab pertanyaan jibril kepada Nabi Muhammad SAW tentang iman, islam, ihsan, hari akhir dan penjelasan Nabi kepadanya. Berikut pembahasanya.
BAB II
PEMBAHASAN
1.    PENGERTIAN
a.      Hakekat Manusia

            Sebelum kita melangkah jauh ke pokok pembahasan tentang hubungan antara manusia dengan Tuhan, sebaiknya kita tahu dulu siapa kita.Jika kita berbicara mengenai hakikat manusia berarti kita berbicara mengenai apa manusia itu. Di sini penulis hanya mengambil sedikit dari beberapa sisi tentang hakikat manusia,yaitu :

1)      Manusia dalam persepsi islam
2)      Manusia dalam persepsi umum

1)   Manusia dalam persepsi islam

            Dalam islam, Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang lemah, dimana manusia harus tetap bergantung kepada sang penciptanya sebagai rasa ta’at dan syukur kepada-Nya atas kehidupan yang telah diberikan oleh Allah SWT.       
            Al Qur’an menegaskan kualitas dan nilai manusia dengan menggunakan tiga mcam istilah yang satu sama lain saling berhubungan, yakni Al Insan, An Naas, Al Al Basyar, dan Bani Adam. Manusia disebut Al Insan karena dia sering menjadi pelupa sehigga diperlukan teguran dan peringatan. Sedangkan kata Al Naan (terambil dari kata An Naws yang berarti gerak; dan ada juga yang berpenapat bahwa ia berasal dari Unaas yang berarti nampak) digunakan untuk menunjukan sekelompok manusi baik dalam arti jenis manusia atau sekelompok tertentu dari manusia. Manusia disebut Al Basyar, karena dia cenderung perasa dan emosional sehingga perlu disabarkan dan didamaikan. Manusia disebut Bani Adam karena dia menunjukan pada “Ushul” yaitu asal usul yang bermula dari nabi adam as. Sehingga dia bisa tahu dan sadar akan jati dirinya sebagai manusia yang sejati. Misalnya, dari mana dia berasal, untuk apa dia hidup, dan ke mana ia akan kembali.



            Penggunaan istilah bani Adam menunjukan bahwa manusia bukanlah merupakan hasil evolusi dari makhluk anthropus. Hal ini diperkuat lagi dengan panggilan kepada adam dalam Al Qur’an oleh Allah dengan huruf nidaa (Yaa Adam).
Demikian juga penggunaan kata ganti yang menunjukan kepada Nabi Adam, Allah selalu menggunakan kata tunggal (anta) dan bukan jamak (antum) sebagaimana terdapat dalam surat al Baqarah ayat 35.
وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلا مِنْهَا رَغَداً حَيْثُ شِئْتُمَا وَلا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِيْنَ
Artinya: “Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang zalim”.(Q.R. Al Baqarah: 35).
            Timbal balik antara Tuhan dan manusia ada dua tipe utama pemahaman.Yang pertama bersifat linguistik atau verbal, yakni melalui penggunaan bahasa yang dipahami oleh kedua belah pihak, sedangkan yang lainya bersifat non-verbal, yakni melalui penggunaan tanda-tanda alam oleh tuhan, isyarat dan gerakan tubuh oleh manusia.[1]Manusia pada kenyataanya juga mengalami perkembangan dalam akidahnya sebagaimana ia mengalami perkembangan dalam lapangan ilmu dan teknik.[2]











2)   Manusia Dalam Persepsi Umum

Manusia secara umum dalam bahasa inggris disebut Man (asal kata dari bahasa Anglo-saxon yaitu Mann), arti dasar dari kata ini tidak jelas tetapi pada dasarnya dapat dikaitkan dengan Mens (latin), yang berarti “ada yang berfikir”. Demikian halnya arti kata anthropos (yunani) tidak begitu jelas. Semula anthropos berarti “seseorang yang melihat keatas”. Sekarang kata ini dipakai untuk mengartikan “wajah manusia”. Dan akhirnya homo bahasa Latin yang artinya “orang yang dilahirkan diatas bumi”  (Loren Bagus, 2000: 565).
            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2005: 714) manusia diartikan sebagai “makhluk yang berakal budi” (mampu menguasai makhluk yang lain). Sedangkan menurut Endang Saifudin Anshari yang dikutip oleh Mahmud dan Tedi Priatna (2005: 62) manusia adalah hewan yang berfikir. Berfikir dan bertanya. Bertanya adalah mencari jawaban. Mencari jawaban adalah mencari kebenaran. Mencari jawaban tentang tuhan yang menciptakan manusia, alam, dan manusia, artinya mencari kebenaran tentang Tuhan, Alam, Manusia. Jadi dapat penulis menyimpulkan bahwa pada akhirnya manusia adalah pencari kebenaran.
            Namun dari segi biologis, hampir tidak dapat dibedakan antara manusia dan hewan. Perbedaan terdapat pada sisi rohani yang dimiliki manusia, dan akal budinya. Dengan akal inilah manusia melahirkan kebudayaan dan peradaban. Dengan akalnya tersebut, manusia dapat berimajinasi dan memiliki tujuan.
            Jadi demikian tentang hakikat manusia ini.Intinya hakikat manusia dapat dilihat dari berbagai perspektif, mulai dari perspektif ilmu-ilmu ilmiah sampai perspektif religius.Paling tidak pembahasan tadi dapat memberikan deskripsi tentang hakikat manusia.Sampai saat ini, pembahasan tentang hakikat manusia tetap menarik dan terus berkembang.Manusia adalah makhluk istimewa.Manusia juga diberikan oleh Allah SWT kelebihan. Kelebihan manusia misalnya dijadikan khalifah dimuka bumi, dimuliakan Allah dan diberikan kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk yang lain, diberi alat indera dan akal, dan keistimewaan lainya. Denga kelebihan tersebut,Manusia harus bekerja keras demi keselamatan abadi mereka, tahu bahwa akhirnya Allah lah yang akan memutuskan apakah kita akan masuk surga atau tidak.[3] Untuk itu sepatutnya kita menjaga hubungan baik dengan pencipta dengan memperbaiki amal dan ibadah dan pastinya selalu bersyukur dengan segala nikmatNya.

2.    TEORI PENDUKUNG

            Dalam kehidupan manusia sebagai makhluk yang berakal, manusia tentunya saling berhubungan dan saling berinteraksi, demikian macam hubungan yang berpengaruh pada kehidupan manusia, antara lain :

a.      Hubungan manusia dengan Allah

Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan manusia sebagai hamba.Tujuan hubungan manusia dengan Allah adalah dalam rangka pengabdian atau ibadah. Dengan kata lain, tugas manusia di dunia ini adalah beribadah. Semua ibadah yang kita lakukan tidak lain dalam rangka pencarian kita terhadap cahaya Allah. Jika kita merasa bahwa semangat (iman) kita melemah dan jiwa dalam kegelapan, maka kita berlindung kepada pancaran sinar-Nya.[4]Cahaya inilah yang dapat mengembalikan keseimbangan iman.Secara garis besar, ibadah kepada Allah itu ada dua macam, yaitu.Ibadah jenis pertama adalah Mahdhoh, yaitu ibadah dalam arti ritual khusus, dan tidak bisa diubah-ubah sejak dulu hingga sekarang, misalnya sholat, puasa, dan haji: cara melakukan ruku’ dan sujud dan lafal-lafal apa saja yang harus dibaca dalam melakukan sholat telah ditentukan oleh Allah SWT. Jenis ibadah keduaadalah ibadah ghairu mahdoh atau ibadah dalam pengetahuan umum, yaitu segala bentuk perbuatan yang ditujukan untuk kemaslahatan, kesuksesan, dan keuntungan.Contoh dari ibadah semacam ini adalah menyingkirkan duri dari jalan, membantu orang yang kesusahan, mendidik anak, berusaha, bekerja, menjenguk orang sakit, memaafkan dan sebagainya.Semua perbuatan tersebut, asalkan diniatkan karena Allah SWT dan bermanfaat bagi kepentingan umum, adalah pengabdian atau ibadah kepada Allah SWT.Jika inti hubungan manusia dengan Allah adalah pengabdian atau ibadah, maka inti hubungan Tuhan dengan manusia adalah aturan, yaitu perintah dan larangan.Manusia diperintahkan berbuat menurut aturan yang telah ditetapkan Allah.




b.      Hubungan manusia dengan sesama

Pada hakikatnya, tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan orang lain. Manusia memiliki naluri untuk hidup berkelompok dan berinteraksi dengan orang lain. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan.Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.

c.       Hubungan manusia dengan alam

Manusia dapat hidup di bumi karena Allah telah menetapkan keadaan bumi yang ada pada posisi sekarang.Pemikiran yang murni yang berdasarkan kenyataan dan tanpa prasangka dapat dengan mudah memahami alam semesta diciptakan dan dikendalikan oleh Allah yang semuanya diperuntukkan pada manusia.Segala keperluan manusia di bumi ini telah disediakan oleh Allah, dan segalanya telah ditundukkan oleh Allah untuk kita.Alam adalah kesatuan (sistem), bahkan tubuh kita saja merupakan suatu sistem. Jika ada satu anggota tubuh kita yang sakit maka seluruh tubuh akan sakit. Alam pun juga begitu, misalnya teman kita membuang sampah sembarangan di sungai dekat rumah, kita tidak mengingatkan maka kita juga akan kena dampaknya, seluruh rumah di sekitar sungai akan terendam banjir. Maka dari itu berusahalah untuk mencapai kesempurnaan hidup kita dengan berbuat yang terbaik di dalam segala hal sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah dalam menjaga dan memanfaatkan alam ini.




3.    MATERI HADITS
a.    Hadits Hubungan Manusia dengan Pencipta
40- عن ابي هريرة  قال: { كان النبي صلي الله عليه و سلم بارزا يوما للناس فأتاه جبريل فقال: ما الإيمان قال: الإيمان أن تؤمن بالله وملائكته و كتبه و بلقائه و رسله و تؤمن بالبعث قال: ما الإسلام قال: الإسلام أن تعبد الله ولاتشرك به شيئا و تقيم الصلاة و تؤدي الزكاة المفروضة و تصوم رمضان قال: ما الإحسان قل: أن تعبد الله كأنك تراه فأن لم تكن تراه فإنه يراك قال متى الساعة قال: ما المسئول عنها بأعلم من السائل و سأخبرك عن أشراطها إذا ولدت الأمة ربها وإذا تطاول رعاة الإبل البهم في البنيان في خمس لا يعلمهن إلا الله ثم تلا النبي صلى الله عليه وسلم (إن الله عنده علم الساعة) الآية ثم أدبر فقال ردوه فلم يروا شيئا فقال هذا جبريل جاء يعلم الناس دينهم قال أبو عبدالله جعل ذلك كله من الإيمان } .     (رواه البخارى فى الصحيح, كتاب الإيمان, باب سؤال جبريل النبى عن الإيمان و الإسلام   و الإحسان)

b.   Terjemah Hadits

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa suatu hari Nabi Muhammad SAW sedang tampak di hadapan orang-orang. Tiba-tiba datang kepadanya seorang pria dan bertanya” apakah arti iman?”. Rasulullah menjawab” iman ialah percaya kepada Allah, kepada malaikatnya, rasulnya dan kepada kebangkitan”. Kemudian orang tersebut kembali bertanya” apa artinya Islam?” Nabi menjawab.” Islam yaitu menyembah Allah dan tidak mempersekutukannya, menegakkan sholat dan membayar zakat dan puasa ramadhan”. Lalu dia kembali bertanya”apakah ari ikhsan?” Ihsan adalah menyembah Allah seolah-olah engkau melihat dia. Biarpun engkau tidak melihatnya, maka sesungguhnya dia melihat engkau”. Orang tersebut bertanya lagi,”kapankah hari kiamat? Nabi menjawab”orang yang ditanya tidak lebih tahu dari orang yang bertanya. Tapi akan kuterangkan tanda-tandanya, yaitu apabila budak perempuan melahirkan majikannya apabila pengembala domba telah termegah-megahan dalam gedung yang indah mewah, dan kiamat adalah salah satu dari lima rahasia Allah, dan hanya dia yang mengetahuinya”. Kemudian Rasulullah membaca” hanya dia yang mengetahui hari kiamat”, setelah itu orang tersebut pergi. Maka nabi bersabda”panggillah dia kembali”. Akan tetapi mereka tidak melihatnya lagi. Kemudian Rasul bersabda” itulah jibril, dia yang mengajarkan agama kepada umat manusia”.
(HR. Abu Hurairah, kitab iman, bab pertanyaan jibril kepada Nabi MuhammadSAW tentang iman, islam, ihsan, hari akhir dan penjelasan Nabi kepadanya)









c.    Mufrodat

a.    الإيمان                                = iman
b.    أن تؤمن                        = beriman
c.    و بلقائه                              = bangkit,  lafadz ini ditemukan diantara kata “ kutup                                          dan Rasul.Ada pendapat yang mengatakan bahwa                                                 yang dimaksud denganbangkit adalah bangkit dari                                                kubur,sedang yang dimaksuddengan kata لقاء                                                            “bertemu” setelah dibangkitkan.
d.   بالبعث                                 =hari kebangkitan
e.    أن تعبد الله                          =untuk menyembah Allah
f.     ما المسئول عنها=bukankah orang yang ditanya
g.    بأعلم                            = lebih mengetahui
h.    سأخبرك عن أشراطها      = akan kuberitahukan kepadamu tanda-tandanya
i.      إذا ولدت الأمة ربها           = apabila budak melahirkan tuannya
j.      رعاة الإبل                     = pengembala intan


d.   Biografi Perowi Hadits

Nama asal Abu Hurairah adalah Abdurrahman bin Shakhr Ad-Dawsi (salah satu kabilah Yaman), nama islam yang diberikan Nabi Saw sebagai pengganti nama masa jahiliahyaitu Abdusyams bin Shakhr. Kemudian dipanggil Abu Hurairah oleh Rasulullah yang juga berati bapaknya kucing pada saat beliau melihatnya membawa kucing kecil. Memang ia sangat menyayangi kucing , setiap hari ia selalu membawanya kemana ia pergi.
Abu Hurairah masuk islam pada tahun ke-7 Hijriyah pada tahun perang Khaibah dan meninggal dunia pada 57 H di Al-Aqiq. Dia adalah komandan penghuni Shuffah, yang menghabiskan waktunya untuk beribadah. Abu Hurairah juga pernah diangkat menajadi gubernur Bahrain pada masa Umar bin Al-Khathab dan pada masa Ali juga pernah akan diangkat menjadi Gubernur Madinah.

Abu Hurairah memiliki sifat yag terpuji diantaranya wara’, takwa,dan Zuhud. Ia juga seorang yang suka bercanda dan humoris yang bermanfaat. Ia suka bercerita cerita yang menghibur. Tetapi pada malam hari ia selalu melaksanakan shalat tahajud sepanjang malam secara khusyu’.
Abu Hurairah adalah sehabat yang terbanyak dalam periwayatkan hadits. Menurut Baqiq bin Mukholaq  Ia telah meriwayatkan hadits sebanyak 5374 Hadits. Dia mengambil hadits dari sekitar 800 orang para sahabat dan tabi’in. Kemudian diriwayatkan oleh para perawi dalam buku induk 6 Hadits dan Imam Malik dalam Al-Muwatta dan Imam Ahmad dalam kitab suci Musnadnya, Imam Bukhari meriwayatkan dari padanya sebanyak 93 hadits dan Muslim sebanyak 189 hadits.

e.  Keterangan Hadits

            Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah tersebut bercerita tentang pertanyaan Jibril kepada Rasulullah tentang iman, islam, ikhsan dan apa itu hari kiamat, serta penjelasan Rasulullah terhadap hal tersebut. Dalam Hadits tersebut Rasulullah menjelaskan iman adalah percaya (adanya) Allah SWT, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan pertemuanya dengan Allah, para Rasul-Nya, serta percaya pada hari berbangkit dari kubur.Islam diartikan menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat yang difardhukan dan berpausa di bulan Ramadhan. Ihsan diartikan menyembah Allah seakan akankita melihat-Nya, atau setidaknya kita merasa selalu diawasi oleh Allah.Hendaknya kita malu terhadap telinga, mata, dan kulit yang selalu menyertaimu.Karena Allah menciptakan semua itu untuk mengawasi gerak-gerik kita berada.[5]Cahaya inilah yang dapat mengembalikan keseimbangan iman.Rasulullah juga menjelaskan tentang tanda-tanda hari kiamat dimana munculnya seorang budak yang melahirkan majikanya.







f.  Refleksi Hadits Dalam Kehidupan
           
            Diatas telah dibahas tentang ketiga hal tersebut, disini, akan dibahas hubungan timbal balik  antara ketiganya yang diterapkan dalam kehidupan. Iman yang merupakan landasan awal,  bila diumpamakan sebagai pondasi dalam keberadaan suatu rumah, sedangkan islam merupakan entitas yang berdiri diatasnya. Maka, apabila iman seseorang lemah, maka islamnya pun akan condong, lebih lebih akan rubuh. Dalam realitanya mungkin pelaksanaan sholat akan tersendat-sendat, sehingga tidak dilakukan pada waktunya, atau malah mungkin tidak terdirikan. Zakat tidak tersalurkan, puasa tak terlaksana, dan lain sebagainya. Sebaliknya, iman akan kokoh bila islam seseorang ditegakkan. Karena iman terkadang bisa menjadi tebal, kadang pula menjadi tipis, karena amal perbuatan yang akan mempengaruhi hati. Sedang hati sendiri merupakan wadah bagi iman itu. Jadi, bila seseorang tekun beribadah, rajin taqorrub, maka akan semakin tebal imannya, sebaliknya bila seseorang berlarut-larut dalam kemaksiatan, kebal akan dosa, maka akan berdampak juga pada tipisnya iman.           Adapun ihsan, bisa diumpamakan sebagai hiasan rumah, bagaimana rumah tersebut bisa terlihat mewah, terlihat indah, dan megah.Sehingga dapat menarik perhatian dari banyak pihak. Sama halnya dalam ibadah, bagaimana ibadah ini bisa mendapatkan perhatian dari sang kholiq, sehingga dapat diterima olehnya. Tidak hanya asal menjalankan perintah dan menjauhi larangannya saja, melainkan berusaha bagaimana amal perbuatan itu bisa bernilai plus dihadapan-Nya.Sebagaimana yang telah disebutkan diatas kedudukan kita hanyalah sebagai hamba, budak dari tuhan, sebisa mungkin kita bekerja, menjalankan perintah-Nya untuk mendapatkan perhatian dan ridlonya.Disinilah hakikat dari ihsan.

g. Aspek Tarbawi

Hakekat manusia sebagai makhluk yaitu untuk beribadah kepada Allah
1)      Sesungguhnya agama yang paling benar adalah agama islam.
2)      Untuk menjadi manusia yang sempurna dihadapan Allah maka sempurnakanlah iman, islam dan ikhsanpada diri Kita.
3)      Muliakanlah orang tua, khususnya ibu karna salah satu tanda hari kiamat adalah seorang budak yang melahirkan majikanya,
4)      Iman tidak hanya diucapkan oleh lisan tapi ditanamkan dalam hati dan di amalkan lewat perbuatan.
BAB III
PENUTUP
            Dari Hadits Abu Hurairah di atas dapat diartikanbahwa hubungan manusia dengan pencipta adalah bagaimana manusia itu bisa menyempurnakan sikap akhlaq dan amalan dengan iman, islam dan ikhsan. Ketika kita menginginkan sesuatu dari sang pencipta maka kita harus lebih dekat dengan pencipta.Hadis di atas mengetengahkan 4 (empat) masalah pokok yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu iman, Islam, ihsan, dan hari kiamat. Pernyataan Nabi saw. di penghujung hadis di atas bahwa “itu adalah Malaikat Jibril datang mengajarkan agama kepada manusia” mengisyaratkan bahwa keempat masalah yang disampaikan oleh malaikat Jibril dalam hadis di atas terangkum dalam istilah ad-din (baca: agama Islam). Hal ini menunjukkan bahwa keberagamaan seseorang baru dikatakan benar jika dibangun di atas pondasi Islam dengan segala kriterianya, disemangati oleh iman, segala aktifitas dijalankan atas dasar ihsan, dan orientasi akhir segala aktifitas adalah ukhrawi.
            Atas dasar tersebut maka seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, makna Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah.  Keterkaitan antara ketiga konsep di atas (Islam, iman, dan ihsan) dengan hari kiamat karena hari kiamat merupakan terminal tujuan dari segala perjalanan manusia tempat menerima ganjaran dari segala aktifitas manusia yang kepastaian kedatangannya menjadi rahasia Allah swt.









DAFTAR PUSTAKA

Abu Syadi, Khalid.2003. Ketika Allah Berbahagia.Jakarta : Gema Insani Press.
Asy Sya’rawi, Mutawalli. 1996. Esensi Hidup dan Mati.Jakarta : Gema Insani Press.
Al-Akad, Abbas Mahmoud.1981.KETUHANAN Sepanjang ajaran Agama-Agama dan     pemikiran Manusia.Jakarta : N.V. Bulan Bintang.
Sudarminta.2008. Dunia Maanusia & Tuhan.Yogyakarta : Kanisius.
Izutsu, Toshihiko. 1997. Relasi Tuhan dan Manusia. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.



















AUTOBIOGRAFI
Nama saya  Rizqi Dwi Muharisma, Saya lahir di Pekalongan pada tanggal 15 Juni 1994, Saya anak kedua dari tiga bersaudara, Ayah saya M.ArbiAlm dan Ibu Saya Elmiyati. Karena Bapak Saya sudah meninggal Ibu saya juga sekaligus berperan sebagai Bapak yang menghidupi ketiga anaknya Kakak Saya bernama Nur Isni Widiarti dan adik Saya bernama Raudh Zahrina TR. Saya, Ibu dan Kakak berkerja sama membangun bisnis keluarga di bidang suplayer sembako dan bahan  Makanan untuk Rumah Tahanan di Pekalongan dan Batang.
Pendidikan Saya dimulai di RA Muslimat NU Kepatihan Wiradesa, MI Salafiyah Kauman Wiradesa, SMP Pondok Modern Selamat Kendal, SMK Ma’arif Nu Tirto dan sekarang masih menempuh pendidikan S1 di STAIN Pekalongan.
Sebenarnya Saya tidak minat dengan profesi keguruan dan lebih berminat di dunia bisnis, mungkin Saya tersesat kejalan yang benar dengan Saya mengambil jurusan pendidikan, dan jika tidak terwujud menjadi guru setidaknya Saya bisa mengamalkan ilmu Pndidikan Islam Saya untuk keluarga, anak-anak Saya nantinya dan masyarakat. Karena Ilmu Agama itu manfaatnya tidak hanya dunia saja tapi juga akhirat.










[1]Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia( Yogyakarta: PT Tiara Wacana,1997),hlm.145.
[2]Abbas Mahmoud, KETUHANAN Sepanjang Ajaran Agama-Agama dan Pemikiran Manusia(Jakarta: Bulan            Bintang,1981).hlm.13.
[3]Prof.Dr.J.Sudarminta, Dunia,Manusia& Tuhan ( Yogyakarta: Kansius,2008),hlm.265.
[4] Prof.DR. M. Mutawalli Asy Sya’rawi, ESENSI HIDUP DAN MATI, (Jakarta: Gema Insani Press,1996).hlm.86.
[5]Dr. Khalid Abu Sayid, Ketika ALLAH BERBAHAGIA,(Jakarta:Gema Insani Press,2003).hlm.129.