Laman

new post

zzz

Jumat, 25 November 2016

tt1 D 12a Metode Kisah QS AL-A’RAF (176-177)



“METODE PENDIDIKAN KHUSUS”
Metode Kisah
QS AL-A’RAF (176-177)


Rizqi Maulana Imamudin (2021115352)
Kelas D

FAKULTAS TARBIYAH / PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2016


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita.Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Metode Pendidikan Khusus” dengan tema Metode Kisah ini. Kemudian shalawat dan salam penulis persembahkan kepada nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memotivasi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Teristimewa untuk Bapak  Muhammad Ghufron selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi, yang telah memberikan tugas kepada saya untuk membuat makalah ini.
Untuk itu, penulis yang hanya orang biasa tetapi ingin melakukan sesuatu yang luar biasa mengharapkan adanya kritik dan saran pembaca dalam penulisan makalah ini. Karena mungkin masih banyak kekurangan dan juga kesalahan-kesalahan yang tidak di ketahui penulis baik dari tulisan, isi, dan lain sebagainya. Semoga dengan adanya makalah ini bisa memudahkan pembaca dalam memahami materi perkuliahan yang ada.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Pekalongan,20November2016
Penulis


Rizqi Maulana Imamudin



DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.......................................................................................................1
B.     Judul.......................................................................................................................1
C.     Nash.......................................................................................................................1
D.    Arti Penting............................................................................................................2
BAB II      PEMBAHASAN
A.    Teori.......................................................................................................................3
B.     Tafsir......................................................................................................................4
C.     Aplikasi Dalam Kehidupan...................................................................................5
D.    Aspek Tarbawi......................................................................................................6
BAB III     PENUTUP
A.    Kesimpulan...........................................................................................................7
B.     Daftar Pustaka......................................................................................................8
C.     Profil Pemakalah...................................................................................................9







BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Al-qur’an merupakan wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dan merupakan kalamullah yang mutlak kebenaranya, berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran dan petunjuk tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia didunia maupun diakhirat kelak. Ajaran dan petunjuk tersebut amat dibutuhkan oleh manusia dalam mengarungi kehidupan.
Namun demikian al-qur’an bukanlah kitab suci yang siap pakai dalam arti berbagai konsep yang dikemukakan al-qur’an tersebut tidak langsung dapat dihubungkan dengan berbagai masalah yang dihadapi manusia. Ajaran al-qur’an tampil dalam sifatnya yang global, ringkas dan general sehingga untuk dapat memahami ajaran al-qur’an tentang berbagai masalah tersebut, mau tidak mau seseorang harus melalui jalur tafsir yang sebagaimana dikemukakan oleh para ulama.
Dalam al-qur’an dan hadits dapat ditemukan berbagai metode pendidikan yang sangat menyentuh perasaan, mendidik jiwa, dan membangkitkan semangat, juga mampu menggugah puluhan ribu muslimin untuk membuka hati umat manusia dalam menerima tuntunan allah. Dalam hal ini salah satunya yaitu metode kisah, merupakan metode pendidikan yang berfungsi untuk mengajak manusia kejalan yang lebih baik yaitu jalan yang diridhoi allah swt.
B.     Judul
Metode pendidikan khusus “metode kisah”.
C.      Nash [QS. Al-A’raf/7: 176-177]
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nyadenganayat-ayatitu, tetapidiacenderungkepadaduniadanmenurutkanhawanafsunya yang rendah, makaperumpamaannyasepertianjingjikakamumenghalaunyadiulurkannyalidahnyadanjikakamumembiarkannyadiamengulurkanlidahnya (juga). Demikianitulahperumpamaan orang-orang yang mendustakanayat-ayat Kami.Makaceritakanlah (kepadamereka) kisah-kisahitu agar merekaberfikir.(QS: Al-A'rafAyat: 176)
سَاءَ مَثَلًا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَأَنْفُسَهُمْ كَانُوا يَظْلِمُونَ
Amatburuklahperumpamaan orang-orang yang mendustakanayat-ayat Kami dankepadadirimerekasendirilahmerekaberbuatzalim.(QS: Al-A'rafAyat: 177).

D.    Arti Penting Di Kaji
Dalam surat Al-a’raf mengemukakan tentang keadaan orang-orang yang berada diatas Al-a’raf yaitu tempat yang tertinggi dibatas surga dan neraka. Pada ayat ini, dijelaskan tentang siapapun yang melepaskan diri dari pengetahuanya, artinya seseorang yang mempunyai wawasan atau pengetahuan tetapi tidak digunakan atau dimanfaatkan dengan baik, melainkan hanya mengejar sesuatu yang mengarah kepada dunia saja.
    


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori
a.       Pengertian Kisah
Secara etimologis kata “qishah” berasal dari kata “al-qashshu”, yang artinya mencari jejak, seperti terungkap dalam kalimat “qashashtu atsarahu”, artinya saya mencari jejaknya.
Sedangkan secara terminologis, kata “Qishah” al-qur’an mengandung dua makna yaitu, pertama: “Al-qashash fi al-qur’an” yang artinya pemberitaan al-qur’an tentang hal ikhwal ummat terdahulu, baik informasi tentang kenabian maupun tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada ummat terdahulu. Kedua, “Qashash al-qur’an” yang artinya karakteristik kisah-kisah yang terdapat dalam al-qur’an. Pengertian yang kedua inilah yang dimaksud kisah sebagai metode pendidikan.[1]
b.      Metode Kisah
Metode kisah yaitu teknik yang dilakukan dengan cara bercerita, mengungkapkan peristiwa-peristiwa  bersejarah yang mengandung ibrah (nilai moral, sosial, dan rohani) bagi seluruh umat manusia disegala tempat dan zaman baik mengenai kisah yang bersifat kebaikan maupun kisah kedzaliman yang berakibat buruk dimasa lalu. Teknik ini sangat efektif sekali, terutama untuk materi sejarah, dan terlebih lagi sasaranya untuk peserta didik yang masih dalam perkembangan fantasi. Dengan mendengarkan suatu kisah kepekaan jiwa dan perasaan peserta didik dapat tergugah, meniru figur yang baik yang berguna bagi perkembangan hidupnya, dan membenci terhadap tokoh antagonis atau dzalim. Jadi dengan memberikan stimulasi kepada peserta didik untuk berbuat kebajikan dan dapat membentuk akhlak mulia serta membina rohani.[2]
Metode kisah juga merupakan metode Al-quran dan hadis dalam menyampaikan bimbinganya kepada manusia. Dalam al-quran banyak dikisahkan sejarah dan pengalaman umat pada zaman nabi-nabi terdahulu, kemajuan, kemunduran, bahkan kehancuranya. Tujuanya adalah menjadi bahan renungan danpelajaran bagi umat masa kini dan masa depan, terutama perihal nasib umat yang mendustakan Tuhan dan membuat kerusakan di muka bumi.[3]
Sebagian besar isi al-qur’an, muatanya sejarah. Filosofi mempelajari sejarah ialah untuk menjadikan kisah sejarah yang ada itu untuk menjadi i’tibar atau ibrah. Didalam kisah sejarah selalu muncul dua peristiwa yaitu baik dan buruk, begitu juga muncul tokoh yang baik dan juga buruk. Sesuatu yang baik akan mendatangkan kemaslahatan, sedangkan kejahatan akan mendatangkan kehancuran. Oleh karena itu, maka sejarah dapat dijadikan pembelajaran untuk mencontoh yang baik dan menjauhi yang jahat.[4]
Sebagai metode pembelajaran, metode kisah mempunyai banyak kelebihan, sekaligus kelemahan.
Kelebihanya antara lain:
1.      membangkitkan semangat belajar siswa
2.      mengolah emosi siswa hingga dapat menyimpulkan akhir dari suatu kisah
3.      memikat pendengaran siswa, dan
4.      memengaruhi emosi siswa, seperti senang, takut, sedih, dan sebagainya
Adapun kelemahanya adalah:
1.      menjenuhkan
2.      menyita waktu
3.      sering tidak selaras dengan tujuan pembelajaran
4.      siswa sering hanya mengikuti ceritanya tanpa memahami isinya.[5]
B. Tafsir
a. Al-Maraghi
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا
Kalau kami menghendaki agar orang itu kami angkat dengan ayat-ayat kami tersebut dan dengan mengamalkanya kepada derajat-derajat kesempurnaan dan pengetahuan, bisa saja itu kami lakukan. Yaitu, kami buat petunjuk itu jadi wataknya benar-benar, dan kami membuat dia mesti mengamalkanya, baik dengan suka hati maupun terpaksa. Karna bagi kami itu pun tidak sukar. Hanya saja itu bertentangan dengan sunnah kami.
وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ
 Akan tetapi orang itu cenderung dan lebih condong  terhadap dunia yang tidak akan ada puas-puasnya. Akhirnya, hilanglah perhatianya sama sekali untuk memikirkan ayat ayat kami yang telah kami berikan kepadanya.[6]
b. Al-Mishbah
Allah menyatakan bahwa, dan sekiranya kami menghendaki, pasti kami mensucikan jiwanya dan meninggikan derajatnya denganya, yakni melalui pengalaman terhadap ayat-ayat, bukan hanya menuruti hawa nafsu duniawi saja, terjebak dalam gemerlapnya duniawi yang diperumpamakan seperti anjing yang selalu menjulurkan lidahnya, saat di halau atau dibiarkan dia tetap saja menjulurkan lidahnya. Seperti melekatnya kulit pada daging. Namun iya menguliti dirinya sendiri, dalam artian melepaskan tuntunan pengetahuanya. Seharusnya sepengetahuan tersebut membentengi dirinya dari perbuatan buruk yang menjerumuskanya terus untuk mengejar kebahagiaan duniawi, karena yang demikian telah menjadi sifat bawaan anjing tersebut.[7]
c. Tafsirjalalain
176. (Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikandia) kepadaderajatparaulama (denganayat-ayatitu). umpamanya Kami memberikantaufik/kekuatankepadanyauntukmengamalkanayat-ayatitu (tetapidiacenderung) yaitulebihmenyukai (kepadatanah) yaknihartabendadanduniawi (danmenurutkanhawanafsunya yang rendah) dalamdoa yangdilakukannya, akhirnya Kami balikmerendahkanderajatnya. (Makaperumpamaannya) cirrikhasnya (sepertianjingjikakamumenghalaunya) mengusirdanmenghardiknya (diulurkannyalidahnya) lidahnyamenjulur (atau) jika (kamumembiarkannyadiamengulurkanlidahnyajuga) sedangkansifatsepertiitutidakterdapatpadahewan-hewanselainanjing.Keduajumlahsyaratmenjadihal, iamenjulurkanlidahnyadalamkeadaanterhinadalamsegalakondisi. Maksudnyapenyerupaan/tasybihiniialahmengumpamakandalamhalkerendahandankehinaandenganqarinahadanyafa yang memberikanpengertiantertibdengankalimatsebelumnya, yaknikecenderunganterhadapduniawidanmengikutihawanafsurendahnya, jugakarenaadanyaqarinah/buktifirman-Nya, (Demikianitulah) perumpamaanitulah (perumpamaan orang-orang yang mendustakanayat-ayatKami.Makaceritakanlahkisah-kisahitu) kepada orang-orang Yahudi (agar merekaberpikir) agar merekamaumemikirkannyahinggamerekamauberiman.
177. (Amatburuklah) amatjeleklah (perumpamaansuatukaum) yaituperumpamaankaumitu (yaitu orang-orang yangmendustakanayat-ayat Kami dankepadadirimerekasendirilahmerekaberbuatlalim) denganmendustakanayat-ayatitu.[8]
C. Aplikasi dalam kehidupan
Penerapan dalam kehidupan sehari-hari mengenai surat al-a’raf 176-177 ini ialah hendaknya kita sebagai makhluk ciptaan allah yang sempurna,karena telah diberikan akal sebagai modal untuk berpikir. Harusnya bisa menempatkan pengetahuan yang kita miliki ke jalan yang benar dan semata-mata hanya mengharapkan ridho dari Allah swt. Kemudian, hendaknya segala pengetahuan yang telah kita peroleh dapat memperkokoh keimanan kita kepada Allah SWT, dan juga dapat membentengi diri kita dari segala sesuatu yang buruk, bukan malah menjadikan pengetahuan yang kita miliki hanya untuk menuruti nafsu dunia saja yang tidak akan ada puas-puasnya.
D. Aspek Tarbawi
1. Senantiasa bersyukur atas pengetahuan yang kita miliki.
2. Bisa memanfaatkan pengetahuan yang kita peroleh dengan baik, bukan hanya untuk menuruti nafsu dunia saja.
3. Jangan sampai kita terjerumus dalam kenikmatan dunia yang sifatnya hanya sementara, sehingga melalaikan kepentingan ukhrawi.
4. Menjadikan figur yang baik pada zaman dahulusebagai tauladan kita, sehingga nantinya kita bisa di jadikan tauladan yang baik pula untuk generasi berikutnya.
5. Kisah qurani dapat dijadikan sebagai bahan pelajaran sekaligus metode pengajaran kepada peserta didik.





















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Metode kisah adalah suatu metode pendidikan yang dalam penyampaianya dengan menceritakan peristiwa-peristiwa bersejarah untuk dijadikan sebagai i’tibar atau ibrah. Dimana dalam peristiwa tersebut dapat dijadikan sebagai tauladan untuk kita sehingga kita bisa menjadi muslim yang lebih baik.
Kemudian apabila kita memiliki pengetahuan, seharusnya kita bisa menggunakan pengetahuan tersebut untuk sesuatu yang lebih bermanfa’at baik di dunia terlebih untuk akhiratnya. Bukan hanya digunakan untuk mengejar sesuatu yang mengarah kepada nafsu dunia saja, sedangkan untuk akhiratnya dilalaikan. Karena setiap orang pasti ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia dan juga di akhiratnya.














DAFTAR PUSTAKA
 Mujib, Abdul. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana Pernada Media.
Musthofa Al-Maraghi, Ahmad. Tafsir Al-Maraghi.
Putra Daulay , Haidar.2014.Pendidikan Islam Dalam Persepektif Filsafat. Jakarta :     Kencana.
Al-Mahalli, Imam Jalaluddin  dan Imam Jalaluddin As-Suyuti. 2009. Terjemah Tafsir Jalalain. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Shihab, M Quraish. 2006.Tafsir Al-Misbah. Jakarta : Lentera Hati.
Gojali, Nanang. 2013. Tafsir Dan Hadis Tentang Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Syahidin. 2009.Menelusuri Metode Pendidikan Dalam Al-quran. Bandung: Alfabeta.








PROFIL PEMAKALAHIMG_20160823_162711.jpg


Nama : Rizqi Maulana Imamudin.
Tempat, Tanggal Lahir : Tegal, 30 Desember 1994.
Alamat : Karang Mulya, Kec. Bojong, Kab. Tegal
Riwayat Pendidikan : Mi Mubtadi’in Karang Mulya, Mts Al-Azhar tuwel, MA As-Syamsyuriyyah Brebes.


[1] Syahidin, Menelusuri Metode Pendidikan Dalam Al-quran, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.94.
[2] Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm.192-193.
[3] Nanang Gojali, Tafsir Dan Hadis Tentang Pendidikan cet.1, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm.244.
[4] Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm.126.
[5] Nanang Gojali, op.cit., hlm.244-245.
[6] Ahmad Musthafa Al-maraghi, Tafsir Al-maraghi, (Semarang: Toha Putra.), hlm.199.
[7] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta, Lentera Hati, 2006), hlm.310-311.
[8] Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemah Tafsir Jalalain, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,2009) hlm.655-656

Tidak ada komentar:

Posting Komentar