Laman

Sabtu, 15 Oktober 2011

SBM (4) Kelas B


PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas :
                        Mata kuliah                 : Strategi Belajar Mengajar 
                        Dosen Pengampu        : Muhammad Hufron. M.SI


 


Disusun oleh :
Kelompok IV                          



Disusun oleh    :
Kelompok IV
Anilatul Latifah                       202109066
Umi Jazilah                  202109076
Nazilatul Karimah        202109089
Dian Ningrum              202109094
Kelas B
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLA M NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2011

BAB I
PENDAHULUAN
Menjadi guru profesional, kreatif dan menyenangkan dituntut memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang efektif. Hal ini penting terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenagkan. Dalam melakukan suatu pembelajaran, agar para murid terkondisikan dan dapat menerima pelajaran dengan baik, maka diperlukan suatu pendekatan yang harus dilakukan seorang pengajar kepada para siswanya.[1]
 Seorang guru yang baik tidak hanya berfikir tentang apa yang akan diajarkan dan bagaimana diajarkan, tetapi juga tentang siapa yang menerima pelajaran, apa makna belajar bagi siswa, dan kemampuan apa yang ada pada siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.[2] Untuk itu pendekatan dalam proses belajar mengajar sangatlah penting dikuasai oleh seorang guru, supaya tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tersampaikan secara optimal pada peserta didik.







BAB II
PEMBAHASAN

A.     PENGERTIAN PENDEKATAN BELAJAR MENGAJAR
Pendekatan pembelajaran diartikan  sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran,  yang merujuk pada pandangan  tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoeritis tertentu.[3]

B.     MACAM-MACAM PENDEKATAN BELAJAR MEGAJAR

1.      Pendekatan yang Berhubungan dengan Penyampaian Materi

a.      Pendekatan Kompetensi
            Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran, kompetensi menunjuk kepada perbuatan (performance) yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar.
            Paling tidak ada tiga landasan teoritis yang mendasari pendidikan berdasarkan pendekatan kompetensi antara lain;
1.      Adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok ke arah pembelajaran individual.
2.      Pengembangan konsep belajar tuntas ( mastery learning) atau belajar sebagai penguasaan (learning for mastery).
3.  Usaha penyusunan kembali definisi bakat . 
b.      Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian peserta dididik jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungannya.
c.       Pendekatan Tematik ( Thematic Approach)
Pendekatan tematik merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menyatupadukan serangkaian pengalaman belajar, sehingga terjadi saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dan berpusat pada sebuah pokok atau persoalan . Dalam bukunya Zaenal Mustakim ( 2009: 81) Gastalt mengemukakan pendekatan tematik bertujuan :
1.      Membentuk pribadi yang harmonis dan sanggup bertindak dalam menghadapi situasi yang memerlukan keterampilan pribadi.
2.      Menyesuaikan pembelajaran dengan perbedaan peserta didik.
3.      Memperbaiki dan mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode mengajar hafalan.
d.      Pendekatan Tujuan Pembelajaran
Pendekatan ini berorientasi pada tujuan akhir yang akan dicapai. Sebenarnya pendekatan ini tercakup juga ketika seorang guru merencanakan pendekatan lainya, karena suatu pendekatan itu dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semua pendekatan dirancang untuk keberhasilan suatu tujuan.
e.       Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan sub konsep yang menjadi focus. Dengan berbagai metode siswa dibimbing untuk memahami konsep.[4]
Pendekatan konsep merupakan pendekatan yang mementingkan hasil daripada proses perolehan hasil. Untuk itu pendekatan ini terkesan hanya merupakan pemberian informasi, sehingga hasilnya kurang bermakna dan kurang bertahan lama.
f.        Pendekatan Inquiri
Penggunaan pendekatan ini berarti membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik yaitu dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli peneliti. Pendekatan inkuiri dibedakan menjadi inkuiri terpimpin dan inkuiri bebas terbuka. Perbedaan antara keduanya terletak pada siapa yang mengajukan pertanyaan dan apa tujuan dari kegiatannya.
g.      Pendekatan Penemuan
Penggunaan pendekatan penemuan berarti kegiatan belajar mengajar siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri fakta dan konsep tentang fenomena ilmiah.
h.      Pendekatan Proses
Pendekatan ini tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan seperti mengamati, berhepotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Penggunaan pendekatan ini menuntut keterlibatan langsung  siswa dalam kegiatan belajar mengajar.[5]
Belajar yang digunakan merupakan belajar bermakna dan tuntas sehingga peserta didik benar-benar menguasai permasalahan yang dipecahkan bersama. Bila permasalahan atau topik  yang tidak tuntas, guru akan melakukan remedial terhadap topik  tersebut. Kemampuan dan prestasi siswa selalu dipantau atau dikontrol melalui proses evaluasi yang kontinyu.[6]
i.        Pendekatan Interaktif ( Pendekatan Pertanyaan Anak)
Pendekatan ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan dan kemudian melakukan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan.
j.        Pendekatan Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan. Dalam pendekatan ini ada dua versi . Versi pertama siswa dapat menerima saran tentang prosedur yang digunakan, cara mengumpulkan data, menyusun data, dan menyusun serangkaian pertanyaan yang mengarah ke pemecahan masalah. Versi kedua, hanya masalah yang dimunculkan, siswa yang merancang pemecahan sendiri. Guru berperan hanya dalam menyediakan bahan dan membantu memberikan petunjuk.
k.      Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM)
Melalui pendekatan ini guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama di ingat. Dalam pendekatan ini juga tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari-hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah-langkah ilmiah.
l.        Pendekatan Terpadu
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang intinya memadukan dua unsur atau lebih dalam satu kegiatan pembelajaran. Pemaduan dilakuakn dengan menekankan pada prinsip keterkaitan antara satu  unsur dengan unsur yang lainnya, sehingga diharapkan terjadi peningkatan pemahaman yang lebih bermakna dan peningkatan wawasan karena satu pembelajaran melibatkan lebih dari satu cara pandang.
m.    Pendekatan Keagamaan
Untuk mata pelajaran umum, pendekatan keagamaan sangat penting digunakan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ilmu tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Pendekatan ini dapat diterapkan melalui prinsip-prinsip mengajar seperti konsep korelasi dan sosialisasi, yaitu dengan cara menyisipkan pesan-pesan keagamaan.
2.      Pendekatan yang Berhubungan dengan Penciptaan kondisi pembelajaran
a.      Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan perkembangan dalam psikologi belajar sistematik yang dilandasi oleh prinsip-prinsip psikologi bihavioristik-humanistik, serta kenyataan dalam masyarakat sendiri. 
            Aspek-aspek pendekatan sistem pembelajaran meliputi aspek filosofis dan aspek proses. Aspek filosofis adalah pandangan hidup yang melandasi sikap si perancang sistem yang terarah pada kenyataan. Sedangkan aspek proses ialah suatu proses dan suatu perangkat alat konseptual.
b.      Pendekatan Penularan Informasi
Pendekatan ini memberikan kepada mereka yang berusaha menilai hasil pendidikan dengan menularkan pengetahuan yang telah diketahui. Pendekatan ini juga menyederhanakan hubungan antar guru dan  murid, karena guru mengendalikan proses belajar. Sehingga siswa menjadi pihak penerima yang pasif.[7]
c.       Pendekatan Individual
Pendekatan individual adalah pendekatan pembelajaran yang memperhatikan prilaku peserta didik yang bermacam-macam, dimana masing-masing anak didik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini.  Begitu pula pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual,  sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. [8]
d.      Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok suatu waktu diperlukan dan perlu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo socius, yakni makhluk yang kecenderungan untuk hiodup bersama. Dengan
Pendekatan  kelompok, diharapkan dapat ditumbuhkembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik saja.


e.       Pendekatan Bervariasi
Pendekatan bervariasi bertolak dari konsep bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam pengajaran dengan  berbagai motif, sehingga diperlukan variasi, teknik, pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.
f.        Pendekatan Edukatif
Adapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti dendam, gengsi, ingin ditakuti, dan sebagainya.
Semua pendekaatan yang dilakuakan guru harus bernilai edukatif, dengan tujuan untuk mendidik. Tindakan guru karena bdendam, marah, kesal, benci dan sebagainya bukanlah termasuk tindakan mendidik karena apa yang dilakukan itu menurutkan kata hati atau memuaskan hati.

3.      Pendekatan Pembelajaran Menurut Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) Pendidikan Agama Islam SLTP Tahun 1994
 Pendekatan pembelajaran ada 5 macam, yaitu :
a.      Pendekatan Pengalaman
Untuk pendidikan agama islam, pendekatan pengalaman yaitu suatu pendekatan yang memberikan pengalaman keagamaan kepada siswa dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan.
b.      Pendekatan Pembiasaan
Pendekatan pembiasaan yaitu memberikan kesempatan pada siswa untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya. Dengan pendekatan ini siswa dibiasakan mengamalkan ajaran agama, baik secara individual maupun secara kelompok.
c.       Pendekatan Fungsional  
Ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh anak di sekolah bukanlah hanya sekadar pengisi otak, tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Anak dapat memanfaatkan ilmunya untuk kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya. Bahkan yang lebih penting adalah ilmu pengetahuan dapat membentuk kepribadian anak. Anak dapat merasakan manfaat dari ilmu yang didapatnya di sekolah. Anak mendayagunakan nilai guna dari suatu ilmu sudah fungsional di dalam diri anak.
Pendekatan fungsional yang diterapkan di sekolah diharapkan dapat menjembatani harapan tersebut.

d.      Pendekatan Rasional
 Di sekolah peserta didik dengan berbagai ilmu pengetahuan. Perkembangan berpikir anak dibimbing ke arah yang lebih baik, sesuai dengan tingkat usia anak. Perkembangan berpikir anak mulai dari yang konkret sampai yang abstrak. Untuk itu pembuktian suatu kebenaran, dalil, prinsip, atau hukum menghendaki dari hal-hal yang sangat sederhana menuju ke kompleks. Pembuktian tentang sesuatu yang berhubungan dengan masalah keagamaan harus sesuai dengan tingkat berpikir anak. Kesalahan pembuktian akan berakibat fatal bagi perkembangan j iwa anak. Usaha yang terpenting bagi guru adalah bagaimana memberikan peranan kepada akal (rasio) dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran agama, termasuk mencoba memahami hikmah dan fungsi ajaran agama.
Karena keampuhan akal (rasio) itulah akhirnya dijadikan pendekatan yang disebut pendekatan rasional guna kepentingan pendidikan dan pengajaran di sekolah.
e.       Pendekatan Emosional
Pendekatan emosional adalah suatu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami, menghayati ajaran agamanya. [9]






PENUTUP
Dalam proses belajar mengajar selayaknya  seorang guru memahami pendekatan-pendekatan yang akan digunakan. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tesampaikan secara optimal. Dari bahasan diatas macam-macam pendekatan terbagi menjadi tiga.

1.      Pendekatan yang Berhubungan dengan Penyampaian Materi

Yaitu pendekatan kompetensi, pendekatan lingkungan, pendekatan tematik,pendekatan tujuan pembelajaran, pendekatan konsep, pendekatan inqueri, pendekatan proses, pendekatan interaktif, pendekatan pemecahan masalah, pendekatan sains teknologi masyarakat (STM), pendekatan terpadu, pendekatan keagamaan, pendekatan kebermaknaan.
2.      Pendekatan yang berhubungan dengan penciptaan kondisi pembelajaran.
Yaitu pendekatan sistem, pendekatan penularan informasi, pendekatan individual, pendekatan kelompok, pendekatan bervariasi, pendekatan, edukatif.
3.      Pendekatan Pembelajaran Menurut Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) Pendidikan Agama Islam SLTP Tahun 1994.
Yaitu pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan  fungsional, pendekatan rasional, pendekatan emosional.






DAFTAR PUSTAKA

Bahri djamarah, Syaiful. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Guino, W. 2002. Strategi belajar Mengajar. Jakarta : PT. Grasindo

Mustakim, Zaenal. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : Gama Media

Yamin, Martinis. 2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Gaung Sunda

           













[1] Zaenal Mustakim, M.Ag. Strategi dan Metode Pembelajaran.(Yogyakarta:Gama Media,2009)hal.72

[2] W.Gulo.Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta:PT Grasindo,2002)hal.4-5
[3] Op.cit.,h.72
[4] Ibid., 82
[5] Op cit.,h.83
[6] Drs.H. Martinis yamin. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat satuan Pendidikan.(Jakarta :       Gunung Persada Press,2007).hal.62
[7]Op cit. hal. 72-95


[8] Drs. Syaiful Bahri Djamarah. Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta:PT Rineka Cipta,2002).hal.62
[9] Ibid., h.70-77

ilmu akhlak (4) Kelas E


HUBUNGAN HATI NURANI DENGAN KESADARAN MORAL, MORALITAS DAN PERILAKU

Makalah ini di susun guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah : Ilmu Akhlak
Dosen Pengampu : M.Ghufron Dimyati M.S.I
 Oleh Kelompok 4 :
1.Suli Reviana                         (2021 111 201)
2.Susi Ernawati                       (2021 111 202)
3.Imas Anggraeni Dewi          (2021 111 203)
4.Khusnawati                          (2021 111 204)

Kelas : E




 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN 2011



PENDAHULUAN


            Fenomena hati nurani sebetulnya terdapat di segala zaman dan dalam semua kebudayaan. Tapi dulu seringkali belum tersedia istilah jelas untuk menunjukkan fenomena itu. Tidak sedikit filosof mencurigakan ajaran tradisional tentang hati nurani. Karena sifatnya yang subjektif,padahal setiap manusia mempunyai hati nurani yang mana menjadi pembimbing perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat. Yang mana menentukan perilaku baik atau buruk. Kita sebagai manusia sangat perlu mempelajari dan mengembangkan hati nurani sampai menjadi matang dan seimbang.
            Hati nurani merupakan semacam ''saksi'' tentang perbuatan-perbuatan moral kita. Karena itu perlu kita pelajari lagi cara bagaimana keadaan ideal itu bisa di capai.
Di dalam makalah ini penyusun mencoba menangkap sekaligus menjelaskan tema “ Hubungan Hati Nurani dengan Kesadaran Moral,moralitas dan Perilaku”.





ISI
A. Pengertian Hati Nurani
          Hati Nurani di dalam bahasa barat di kenal dengan istilah consciente atau conscientia. Conscientia berasal dari bahasa latin. Merupakan terjemahan dari Suneidesis yang berasal dari bahasa yunani,yang arti umumnya ''sama-sama mengetahui''. Suneidesis di tunjukkan kepada perbuatan sendiri,maka dapat di terjemahkan sadar akan perbuatannya sendiri.
Hati nurani merupakan perasaan moral dalam manusia yang dengannya dia memutuskan mana yang baik dan jahat dan mana yang menyetujui atau mengalahkan perbutannya.
Seseorang terikat untuk mentaati Hati Nurani dalam semua perbuatannya,oleh karenanya dia harus dengan hati-hati menjaga agar hati nurani itu di pandu oleh prinsip-prinsip yang benar,yang bersifat mengajar dan tidak mengandung prasangka atau di bengkokan dengan cara berfikir yang menyesatkan atau oleh motivasi-motivasi yang tidak murni.1
            Dari arti umum Suneidesis,pada bangsa Yunani kuno dapat di jumpai arti lain dari Suneidesis yaitu :
·         Sebagai kesadaran yang membuat orang berbuat jahat menjadi gelisah dan tersiksa
·         Suatu hidup yang tanpa ketakutan damai dan tenang di karenakan '' Orthe Suneidesis'' ( kesadarn yang baik atau benar) yaitu kesadaran bahwa perbuatannya baik dan di sini nampak bahwa ''Suneidesis'' di artikan dalam hubungannya dengan baik -buruk perbuatan.
            Dalam bahasa latin '' conscientia'' juga mempunyai arti umum yaitu mengetahui dan '' sadar ''. dalam bahsa yunani  '' conscientia '' mendapat penekann arti seperti pada '' suneidesis'' yaitu: kekuatan ''conscientia'' menyebabkan orang yang tidak berbuat sesuatu yang jahat tetap damai dan tenang,orang yang berbuat jahat akan gelisah dan takut (takut akan hukuman yang selalu membayangi).
Bagi Seneca '' conscientia'' dapat berarti '' concsientia bona'' (hati nurani yang baik) atau “mala concsientia”(hati nurani yang jahat),bagi seneca mempertahankan “concsientia yang baik” agar tetap baik lebih penting daripada mempertahankan jabatan atau kemahsyuran.
            Dengan ''hati nurani'' kita maksudkan penghayatan tentang baik atau buruk. Berhubungan dengan tingkah laku kita. Hati Nurani berkaitan erat dengan kenytaan bahwa manusia mempunyai kesadaran. Untuk mengerti hal ini perlu kita bedakan antara pengenalan dan kesadaran. Kita mengenal, bila kita melihat,mendengar atau merasa sesuatu.
Hati Nurani Retrospektif dan Hati Nurani Prospektif
            dapat di bedakan 2 bentuk Hati Nurani yaitu:
a. Hati Nurani Retrospektif
            yaitu hati nurani yang memberikan penilaian-penilaian tentang perbuatan-perbuatan yang telah berlangsung di masa lampau. Hati nuarani ini seakan-akan menoleh kebelakang dan memiliki perbuatan-perbuatan yang telah berlangsung di masa lampau.
Hati nurani dalam arti Retrospektif menuduh atau mencela bila perbuatannya jelek dan sebaliknya memuji atau memberi rasa puas bila perbuatannya di anggap baik. Jadi hati nurani ini merupakan semacam instansi kehakiman dalam batin kita tentang perbuatan yang telah berlangsung.
            Bila hati nurani menghukum dan menuduh kita,kita merasa gelisah dalam batin,sebaliknya bila kita bertingkah laku dengan baik,kita akan merasa tenang dan puas. Misalnya bila saya tanpa pamrih telah menyelamatkan seorang anak yang terjerumus dalam sungai,bahkan dengan mengambil risiko untuk kehidupan saya sendiri,saya merasa puas.bukan saja karena usaha yang penuh risiko itu berhasil,melainkan juga karena telah saya lakukan yang harus saya lakukan. Saya telah memenuhi kewajiban saya,karena itu hati nurani saya dalam kedaan tenang dan puas,saya mengalami suatu kedamaian batin.
b. Hati Nurani Prospektif
            yaitu hati nurani yang memberikan penilaian-penilaian tentang perbuatan dengan melihat ke     masa depan dengan perbuatan yang akan datang.Hati Nurani dalam arti ini mengajak kita untuk melakukan sesuatu atau seperti barangkali lebih banyak terjadi mengatakan '”jangan” dan melarang untuk melakukan sesuatu.
            Pembedaan antara Hati Nurani Rretrospektif dan Prospektif ini bisa menampilkan kesan seolah-olah hati nurani hanya menyangkut masa lampau dan masa depan. padahal,hati nurani dalam arti yang sebenarnya justru menyangkut perbuatan yang sedang di lakukan kini dan di sini. Hati nurani terutama turut mengetahui ketika perbuatan itu berlangsung . Dalam perbuatan itu sendiri Si pelaku telah mengalami atas dasar hati nurani bahwa perbuatan yang di lakukannya itu baik atau buruk.
            Dapat di simpulkan bahwa hati nurani terutama berbicara dalam perbuatan sendiri pada saat di lakukan. Tapi bisa terjadi suatu orientasi ke masa lampau atau suatu orientasi ke masa depan,ke perbuatan yang sudah berlangsung atau perbuatan yang akan berlangsung lagi.
Hati Nurani Bersifat Personal dan Adipersonal
            sifat hati nurani ada 2 macam yaitu:
a. Hati Nurani bersifat Personal
            Artinya selalu berkaitan erat dengan pribadi yang bersangkutan. Norma-norma dan cita-cita yang saya terima dalam hidup sehari-hari. Seolah-olah melekat pada pribadi saya,akan tampak juga dalam ucapan-ucapan hati nurani saya.
Seperti kita katakan bahwa tidak ada dua manusia yang sama, begitu pula tidak ada dua hati nurani yang sama persis. Hati nurani  di warnai oleh kepribadian kita, misal sebagai orang setengah baya yang sudah banyak pengalaman hidup tentu hati nurani saya bercorak lain daripada ketika masih remaja.
b. Hati Nurani Bersifat Adipersonal
            yaitu hati nurani juga seolah-olah melebihi pribadi kita, seolah-olah merupakan instansi di atas kita. Aspek ini tampak dalam istilah “Hati Nurani” itu sendiri. “Hati Nurani”berarti hati yang di terangi “(nur = cahaya)”. Dalam pengalaman mengenai hati nurani seolah-olah ada cahaya dari luar yang menerangi budi dan hati kita. Aspek yang sama tampak juga dalam nama-nama lain yang sering di pakai dalam Bahasa Indonesia untuk menunjukkan hati nurani . Suara hati ,kata hati, suara batin. Rupanya justru aspek ini sangat mengesankan,hingga terungkap dalam begitu banyak Nama. Terhadap hati nurani kita seakan-akan menjadi pendengar,kita seakan-akan membuka diri terhadap suara yang datang dari luar.
Seperti yang akan di jelaskan lagi,hati nuranni tidak melepaskan kita dari kewajiban untuk bersikap kritis dan mempertanggung jawabkan perbuatan-perbuatan kita.
·         Hati Nurani sebagai Norma Moral yang Subyektif
            Dalam sejarah filsafat sering di persoalkan apakah hati nurani termasuk perasaan, kehendak atau rasio. Sekarang kita sudah menyadari bahwa persoalannya sebetulnya tidak boleh di rumuskan dengan cara begitu.
            Dalam filsafat dewasa ini sudah terbentuk keyakinan bahwa manusia tidak bisa di pisahkan ke dalam pelbagai fungsi atau daya. Kita harus bertolak pada kesatuan manusia di mana pelbagai fungsi dapat di bedakan tapi tidak boleh di pisahkan. Dalam hati nurani pula memainkan peranan baik perasaan maupun kehendak maupun juga rasio.tapi terdapat suatu tendensi kuat dalam filsafat untuk mengakui bahwa hati nurani secara khusus harus di kuatkan dengan rasio. Alasannya karena hati nurani memulai penilaian artinya suatu putusan ia menegaskan ini baik dan harus di lakukan atau itu buruk dan tidak boleh di lakukan. Mengemukakan putusan jelas merupakan suatu fungsi rasio.
 Dalam hal ini perlu di bedakan antara 2 macam rasio.
a. Rasio Teoritis
            Rasio yang memberi jawaban atas semua pertanyaan. Misal seperti apa yang dapat saya ketahui atau juga bagaimana pengetahuan saya dapat di perluas dengan demikian rasio dalam arti ini merupakan sumber pngetahuan termasuk juga ilmu pengetahuan
b. Rasio Praktis
            Rasio ini lebih terarah pada tingkah laku manusia.rasio praktis memberi jawaban atas setiap pertanyaan apa yang harus saya lakukan?dengan itu rasio praktis memberi penyuluhan bagi perbuatan-perbuatan kita.
Kalau rasio teoritis bersifat abstrak,sedangkan rasio praktis bersifat konkrit.Hati nurani juga sagat konkrit sifatnya dan mengatakan kepada kita  apa yang harus dilakukan kini dan disini.putusan hati nurani “mengkonkritkan”pengetahuan etis kita yang umum.pengetahuan etis kita(prinsip-prinsip moral yang kita pegang dan nilai-nilai yang kita akui)hampir tidak pernah siap pakai dalam keadaan konkrit.
Hati nurani seolah olah merupakan jembatan yang menghubungkan pengetahuan etis kita yang umum dengan perilaku konkrit.
            Mengikuti hati nurani merupakan suatu hak dasar bagi setiap manusia.tidak ada orang lain yang berwenang untuk campur tangan dalam putusan hati nurani seseorang. Tidak boleh terjadi bahwa seorang dipaksa untuk bertindak yang bertentangan dengan hati nuraninya,
Contohnya adalah:konflik yang sering dialami di negara-negara yang mempraktekkan wajib militer.
Di sana tidak jarang orang muda yang menolak untuk memenuhi wajib militer dengan alasan hati nurani.misalnya mereka menandaskan bahwa suara hati melarang mereka untuk ikut serta dalam latihan-latihan yang bertujuan membunuh sesama manusia.dalam kasus semacam itu negara menghadapi dilema yang tidak mudah menjalankan tugas pertahanan nasional dengan baik atau menghormati hati nurani para warga negara.
            Dari semuanya ini dapat disimpulkan bahwa hati nurani mempunyai kedudukan kuat dalam hidup moral kita.malah bisa dikatakan:dipandang dari sudut subyek hati nurani adalah norma terakhir untuk perbuatan-perbuatan kita atau dirumuskan dengan cara sedikit baik.putusan hati nurani adalah
 norma moral yang subyektif bagi tingkah laku kita.namun demikian belum tentu perbuatan yang dilakukan atas desakan hati nurani adalah baik juga secara obyektif.hati nuranu bisa keliru ,bisa saja  hati nurani menyatakan sesuatu adalah baik bahkan wajib dilakukan,padahal secara obyektif perbuatan itu buruk.sepanjang sejarah banyak pembunuhan atau penganiayaan dilakukan oleh orang fanatik atau teroris yang menganggap dirinya diwajibkan oleh suara hati.
            Hati nurani memang membimbing kita dan menjadi patokan untuk perilaku kita.tapi yang sebenarnya diungkapkan oleh hati nurani bukan baik buruknya perbuatan itu sendiri melainkan bersalah tidaknya si pelaku.bila suatu perbuatan secara obyektif baik tapi suara hati menyatakan bahwa perbuatan itu buruk,maka dengan melakukan perbuatan itu maka orang yang bersangkutan secara moral bersalah.dan sebaliknya orang tidak bersalah bila suara hatinya menyangka bahwa perbuatan tertentu baik sedangkan secara obyektif perbuatan itu buruk. Jadi hati nurani adalah norma perbuatan kita pertama-tama.sejauh menyangkut soal kebersalahan.
            Dapat disimpulkan bahwa tidak pernah boleh kita bertindak bertentangan dengan hati nurani. Manusia wajib mengembangkan hati nurani dan seluruh kepribadian etisnya sampai menjadi matang dan seimbang.pada orang yang bersungguh-sungguh dewasa dalam bidang etis,putusan subyektif dari hati nurani akan sesuai dengan kualitas obyektif dari perbuatan pada orang tersebut.

·Pembinaan Hati Nurani
            Karena sifatnya yang subjektif hati nurani juga mudah di salah gunakan.Hati nurani bisa menjadi kedok untuk melakukan kejahatan.Secara prinsipil tidak mungkin untuk mengecek apakah dalam hati nurani sungguh-sungguh atau pura-pura saja.Kita hanya tau tantang hati nurani kita sendiri yang belum tentu akan kebenarannya.Hati nurani juga harus diasah layaknya akal budi manusia.Namun untuk mengasah
            Akal budi manusia jauh lebih mudah di bandingkan hati nurani,itu di sebabkan karena metode-metode yang di gunakan untuk mengasah akal budi jauh lebih jelas.Namun untuk mencapai hasil yang optimal dan memperoleh hati nurani yang baik adalah berasal dari keluarga.Dalam hal ini,keluarga sangat berperan dalam membentuk hati nurani yang baik maupun akal budi yang baik bagi seorang anak.Keluaraga dalam membentuk hati nurani yang baik haruslah sungguh-sungguh,sehingga seorang anak akan mempunyai pribadi yang bertanggung jawaab,memiliki kepekaan batin serta mempunyai nilai moral yang tinggi dalam menjalankan setiap kewajibannya yang dilandasi rasa keikhlasan tanpa dipengaruhi rasa keterpaksaan maupun ketakutan terhadap sesuatu.Jadi,dapat di simpulkan bahwa hati nurani akan terbentuk secara baik melalui perantara yang baik pula.


 B.MORAL
            Moral berasal dari bahsa latin yaitu “ MOS” yang berarti adat istiadat yang menjadi tolak ukur suatu perbuatan baik atau buruk di suatu daerah.
·Kesadaran Moral
            Pada dasarnya manusia mengetahui akan baik dan buruk suatu perbuatan,itu yang disebut dengan kesadaran etis atau kesadaran moral.Perkembangan kesadaran moral memerlukan pendidikan ketauladanan,penyuluhan dan bimbingan.Dalam perkembangannya kesadaran moral berfungsi untuk memberikan keputusan akan suatu tindakan dalam bentuk yang kongkrit.
·Tindakan Kata Hati
            Kesadaran moral yang sudah tumbuh dan berkembang ini disebut kata hati.Dalam situasi tertentu kata hati akan berfungsi dalam menilai suatu tindakan baik maupun buruknya.Tindakan yang baik dan dilandasi kata hati yang baik pula adalah wujud nyata dari suatu kesadaran moral.Dalam hal ini kata hati berfungsi sebagai hakim yang memberikan suatu putusan terhadap tindakan tertentu.
·Unsur Kesadaran Moral
            Banyak yang berpendapat hal ini antara lainnya adalah :
·Von Magnis
Yang berpendapat ada 3 unsur kesadaran moral yaitu :
a.         Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral dan bersifat      wajib.
b.         Rasional yang bersifat umum dan bebas dari paksaaan maupun tekanan serta tidak             mencari keuntungan sendiri.
c.         Kebebasan dalam menentukan perilakunya atas kesadaran moral.
·Poedjawijatna
Yang berpendapat ada 3 unsur kesadaran moral yaitu :
a.         Index atau petunjuk yang memberikan tentang akan baik buruknya akan sesuatu     tindakan yang             di lakukan manusia
b.         Iudex yaitu hakim yang menentukan baik buruknya suatu tindakan dalam hal ini yang        berperan adalah kata hati.
c.         Vindex yaitu hukuman atas suatu tindakan yang buruk.
·Prof. Notonegoro
Yang berpendapat ada 2 unsur kesadaran moral yaitu :
a.         Sebelum melakukan suatu tindakan,kata hati sudah memutuskan satu diantara 4  hal yaitu :             memerintahkan,melarang,menganjurkan,dan membiarkan.
b.         Sesudah melakukan tindakan,bila bermoral akan di berikan suatu penghargaan, namun       bila tidak maka akan di berikan hukuman.
C.MORALITAS
            Moralitas adalah sebuah “pranata” seperti halnya agama, politik, bahasa dsb. Moralitas berarti sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik bagi manusia.Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran berbentuk petuah-petuah yang diwariskan secara turun temurun melalui  agama atau kebudayaan.Moralitas adalah tradisi yang meliputi kepercayaan serta kebudayaan yang memberikan aturan atau petunjuk tentang bagaimana ia harus hidup dan bertindak untuk menghindari perbuatan yang tidak baik.
Tahap-Tahap Moralitas
1. Kepatuhan dan Orientasi Hukuman
            Bahwa otoritas yang penuh kuasa telah menurunkan seperangkat alat baku yang harus mereka patuhi tanpa protes. Fokus mereka hanya kepada apa yang di perbolehkan atau apa yang di hukum oleh otoritas.
2. Individualisme dan Pertukaran
        Pada tahap ini bahwa kita melihat sesuatu tidak hanya pada satu sudut pandang yang benar,bahwa individu yang berbeda-beda memiliki sudut pandang yang berbeda pula.
3. Hubungan-Hubungan Antara Pribadi yang Baik
            Bahwa tingkah laku yang baik bearti memiliki motif dan perasaan antar pribadi yang baik pula. Seperti kasih,empati,rasa percaya dan kepedulian terhadap orang lain.
4. Memelihara Tatanan Sosial
            Pada tahap ini lebih tekankan pada mentaati peraturan,menghormati dan melakukan kewajiban agar tatanan sosial bisa di pertahankan.

5. Kontak Sosial dan Hak-Hak Individual
            Bahwa Masyarakat menginginkan hak-hak tertentu. Seperti kebebasan dan kehidupan di lindung, masyarakat juga menginginkan prosedur-prosedur yang di demokratis untuk mengubah hukum-hukum yang tidak adil,demi perbaikan masyarakat itu sendiri.
6. Prinsip-Prinsip Universal
             Bahwa tahap ini menyangkut prinsip-prinsip Universal seperti keadilan sebagai hak individual




PENUTUP

            Hati Nurani mempunayai kedudukan kuat dalam kehidupan moral kita,bahkan dapat dikatakan bahwa Hati Nurani adalah sebagai norma untuk perbuatan-perbuatan kita. Putusan Hati Nurani adalah norma yang subjektif bagi tingkah laku kita,namun belum tentu perbuatan-perbuatan yang dilakukan atas desakan Hati Nurani dapat dikatakan baik bahkan secara objektif dapat sebaliknya..
            Hati Nurani berkaitan erta dengan kenytaan bahwa Manusia mempunyai kesadarn Moral sebagai salah satu faktor penting yang memungkinkan Manusia melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan norma yang berlaku,bahkan dapat di lakukan kapan saja dan dimana saja,sebab tindakannya tersebut berdasarkan atas kesadaran,bukan berdasarkan pada suatu kekuasaan apapun dan bukan pula karena paksaan,tetapi berdasar pada kesadarn Moral itu sendiri.







DAFTAR PUSTAKA

Crain William,2007.teori perkembangan,Pustaka Pelajar
K.Bertens,1993.etika,Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama
Poedjawijatna,1996.etika filsafat tingkah laku,Jakarta:PT.Rineka Cipta
Zubair Achmad Charris,1995.kuliah etika,PT.Raja Grafindo Persada