Kelas F makalah 2 : Fungsi Masjid sebagai Pusat Ilmu Pengetahuan

download Power Point, 

download Makalah, 

MAKALAH

MASJID PUSAT ILMU PENGETAHUAN

Disusun guna memenuhi tugas :

         Mata kuliah : Hadist Tarbawi II

Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati, Msi

                                                                                               

Disusun Oleh :

HARTINI

2021110237

Kelas F

JURUSAN TARBIYAH PAI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

PEKALONGAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

            Seperti yang kita ketahui bahwa sejak zaman islam masa awal masjid, selain sebagai tempat beribadah juga sebagai pusat ilmu pengetahuan. Pada hadist yang diriwayatkan oleh Abu buraidah bahwa Rasulullah berkhutbah dimasjid guna mengajarkan ilmu pengetahuan.

            Pada era sekarang ini memang sudah banyak tempat pusat – pusat ilmu pengetahuan yang khusus digunakan untuk belajar ilmu pengetahuan. Tetapi peran masjid tetap menjadi sangat penting dilihat dari sejarah pendidikan islam.  

BAB II

PEMBAHASAN

A.    HADIST

أَبُو بُرَيْدَةَ يَقُوْلُ : كَانَارَسُوْ لُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمْ يَخْتُبُنَا إِذْ جَاءَ الْحَسَنُ عَلَيْهِمَا قَمِيْصَانِ أَحْمَرَانِ يَمْشِيَانِ وَيَعْشُرَانِ فَنَزَلَ رَسُوْ لُ اللِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الْمِنْبَرِ فَحَلَمَهُمَا بَيْنَ يَدَيْهِ ثَمَّ قَالَ صَدَ قَاللهُ إِنَّمَا أَمْوَالَكُمْ وَأَوْلاَ دُكُمْ فِتْنَةٌ فَنَظَرْتُ إِلَى هَذَيْنِ الصَبِيْيَيْنِ يَمْشِيَانِ وَيَعْثُرَانِ فَلَمْ أَصْبِرْ قَطَعْتُ حَدِيْشى وَرَفَعْتُهُمَا قَالَ أَبُو عِيْسَ هَذَا حَدِيْثِ الْحُسَيْنِ ربْنِ وَاقِدٍ. (رَوَاه التر مذي فى الجامع, كتاب المناقب عن رسلو الله, باب مناقب الحسن والسين)

Abu Buraidah berkata : Dulu Rasulullah SAW sedang berkhutbah ( didepan kita ) kemudian Hasan dan Husen dan Husein datang. Mereka berdua memakai gamis yang berwarna merah sambil berjalan melewatinya, kemudian Rasulullah turun dari mimbar lalu mengangkat mereka dan menaruh mereka didepan Beliau. Dan kemudian beliau bersabda : “ Maha benar Allah, sesungguhnya harta-harta serta anak-anak kalian semua hanyalah fitnah belaka. Lalu aku melihat dua anak kecil ini berjalan dan melewati. Maka aku tidak sabar hingga aku memutuskan pembicaraanku dan aku mengangkat keduanya.

( Abu Isa berkata hadist ini hadist hasan ghorib, kami hanya mengetahuinya dari hadist Husein bin Waqid )

B.     MUFRODAT

Khutbah  يَحْطُبُوْنَا

Turun نَزَلَ

Mimbar  اَلْمِمْبَرُ

Mengangkat mereka  فَحَمَلَهُمَا

Menaruh / Meletakkan  فَحَلَمَمْبَرُ

Harta اَمَوَالُكُمْ

Anak – Anak merekaاَوْلَدُكُمْ

C.     BIOGRAFI RAWI

1.      At Turmudzi

Nama lengkap At Turmudzi ialah Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin dhahhar Al-Sulami Al Bughi Al Tirmidzi, merupakan seorang penghapal hadist yang terkenal dan salah seorang imam yang menjadi panutan dalam bidang hadist. Beliau seorang pengagum fuqaha syafi’i. Para kritikus sepakat tentang kesiqatannya. Dikatakan Al-Idrisi bahwa Imam Turmudzi adalah seorang ulama yang menjadi panutan dalam bidang hadist. Beliau menyusun kitab Al-jami’us Shahih, kitab Tarawikh dan kitab Al-‘Ilal. Kitab-kitab ini merupakan karya seorang alim dan mut’qin yang menggambarkan daya hapalan yang luar biasa. Dikatakan Al-hakim dan Abu Ahmad, saya mendengar Umar bin Muhammad berkata , “  ketika Al-Bukhari wafat beliau tidak jauh berbeda dengan At-Turmudzi, yaitu tidak menetap diKhurasan. Beliau menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu hadist melawat ke berbagai negeri untuk mencari hadist kepada para ahli di Khurasan, Irak dan Hijaz.[1]

D.    KETERANGAN HADIST

 Masjid sebagai pusat pendidikan nonformal memiliki tingkat implikasi yang cukup besar, di antaranya:

Pertama, mendidik masyarakat agar memiliki semangat pengabdian dalam seluruh aktivitasnya kepada Allah swt.

Kedua, menanamkan rasa cinta kepada ilmu pengetahuan dan menanamkan solidaritas sosial, serta menyadarkan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sebagai insan pribadi, sosial dan warga masyarakat dan negara.

Ketiga, memberikan rasa ketentraman, kekuatan, dan kemakmuran serta mengembangkan potensi-potensi ruhiah manusia melalui pendidikan kesabaran, keikhlasan, optimisme, dan akhlak luhur lainnya. Sehingga alumni lembaga masjid memiliki kualifikasi intelektual, emosional dan spritual yang baik sebagai basis akhlak masyarakat. Untuk itu, diperlukan kreatifitas dan inovasi masyarakat untuk memberdayakan masjid sebagai lembaga pendidikan kemasyarakatan sehingga tujuan pendidikan untuk mewujudkan masyarakat yang beriman dan bertakwa dalam sebuah negeri yang tayyibatun wa rabbun ghafur dapat diraih sesuai dengan yang diharapkan.[2]

Fungsi edukatif  masjid pada awal pembinaan Islam, masjid merupakan lembaga pendidikan Islam. Yakni tempat manusia dididik agar memegang teguh keimanan, cinta kepada ilmu pengetahuan, mempunyai kesadaran sosial yang tinggidan mampu melaksanakan hak dan kewajiban dalam negara Islam.[3]

E.     ASPEK TARBAWI

Masjid bukan saja dijadikan sebagai tempat ibadah berupa shalat semata, lebih dari itu masjid berfungsi untuk mengabdikan diri kepada Allah. Masjid sebagai tempat pengabdian kepada Allah termasuk di dalamnya sebagai tempat pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.[4]

Selain sebagai tempat ibadah, masjid juga berfungsi sebagai pusat ilmu pengetahuan. Dari ibadah sholat sendiri sudah didapatkan beberapa ilmu pengetahuan seperti cara melakukan sholat, bacaan-bacaan sholat dan lain sebagainya. Semua merupakan ilmu pengetahuan. Selain itu masjid juga digunakan sebagai tempat berkhutbah baik pada waktu sholat jum’at atau pun yang lainnya. Dimana didalamnya kita mendapatkan ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan sangat penting bagi kita karena dengan ilmu akan membawa kita kebahagiaan yang hakiki. Berbeda dengan harta yang kita miliki atau pun anak, karena mereka hanyalah titipan dari Allah SWT yang bersifat sementara.

Ilmu pengetahuan sangat penting bagi manusia dan Allah SWT menjamin mereka yang menuntut ilmu dengan kebaikan seperti hadist dibawah ini :

وَعَنْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:  رَسُوْلُ اللهُ صلى م مَنْ خَرَجَ طَلَبِ العلم فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى  يَرْجِعُ

(رَوَاه الترمذ)

“ Dari Anas RA, Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “ barang siapa keluar dengan tujuan menuntut ilmu, maka ia berada dijalan Allah sampai ia kembali . “

(HR. Turmudzi)[5]

BAB III

PENUTUP

Masjid sebagai pusat pendidikan nonformal memiliki tingkat implikasi yang cukup besar, di antaranya:

Pertama, mendidik masyarakat agar memiliki semangat pengabdian dalam seluruh aktivitasnya kepada Allah swt.

Kedua, menanamkan rasa cinta kepada ilmu pengetahuan dan menanamkan solidaritas sosial, serta menyadarkan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sebagai insan pribadi, sosial dan warga masyarakat dan negara.

Ketiga, memberikan rasa ketentraman, kekuatan, dan kemakmuran serta mengembangkan potensi-potensi ruhiah manusia melalui pendidikan kesabaran, keikhlasan, optimisme, dan akhlak luhur lainnya. Sehingga alumni lembaga masjid memiliki kualifikasi intelektual, emosional dan spritual yang baik sebagai basis akhlak masyarakat. Untuk itu, diperlukan kreatifitas dan inovasi masyarakat untuk memberdayakan masjid sebagai lembaga pendidikan kemasyarakatan sehingga tujuan pendidikan untuk mewujudkan masyarakat yang beriman dan bertakwa dalam sebuah negeri yang tayyibatun wa rabbun ghafur dapat diraih sesuai dengan yang diharapkan.

---

[1] Dr. Mahmud Ali Fayyad, METODOLOGI PENETAPAN KESAHIHAN HADIS, ( Bandung : CV PUSTAKA SETIA, 1998 ) hal 149-150

[2] http://www.dakwatuna.com/2009/12/5019/masjid-pusat-pendidikan-umat/#ixzz1mooy7ltm

[3] http// masjid pusat ilmu pendidikan. com

[4] http// masjid pusat ilmu pendidikan. com

[5] Imam Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin jilid 2, ( Jakarta : Pustaka Amani, 1996 )