Laman

Jumat, 09 Maret 2012

E54. Rizki Amalia R, 27. “HADITS MENGENAI PENAFSIRAN DAN PEMAHAMAN YANG KELIRU”


MAKALAH
“HADITS MENGENAI PENAFSIRAN DAN
 PEMAHAMAN YANG KELIRU”
NO. 27

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah                   :  Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu           :  Ghufron Dimyati, M.Si

    Disusun Oleh:
    RIZKI AMALIA R (2021110213)
  KELAS E

JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012


PENDAHULUAN

Ilmu merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Bahkan Rasulullah SAW sendiri memerintahkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu walau sampai ke negeri China. Hal ini menandakan betapa pentingnya ilmu. Akan tetapi disisi lain, dalam pemahaman ilmu terkadang dapat menimbulkan persepsi yang salah.
Ilmu yang dimaksud adalah Al Quran dan hadits. Dalam penafsirannya terkadang terdapat kekeliruan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pemahaman yang keliru terhadap suatu pengetahuan, salah satunya adalah bekembangnya penafsiran- penafsiran yang salah dari orang- orang yang bodoh dan orang- orang sesat.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai hadits yang berkaitan dengan penafsiran dan  pemahaman yang keliru dengan menggunakan literatur dari kitab Sunnan al Kubra, Metode Tafsir Ayat- ayat Sains dan Sosial , serta referensi lain yang masih berkaitan dengan pokok pembahasan.
           














A. MATERI HADITS
عن عبد الرحمن العذري قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : يرث هذا
العلم من كل خلف عدوله ينفون عنه تأويل الجاهلين وانتحال المبطلين وتحريف الغالين[1]
( رواه البيهقي في السنن الكبيري )

B. TERJEMAHAN
Dari Abdirahman al Adzari berkata, Rasulullah SAW berkata: “ Akan mewarisi ilmu ini dari setiap generasi, orang- orang yang terpercaya dari padanya. Mereka itu melakukan upaya membantah segala penafsiran orang- orang bodoh dan kebohongan orang- orang sesat, serta membantah penyimpangan orang- orang yang melampaui batas. (HR. Baihaqi)[2]
C. MUFRODAT
Mewariskan
يرث                 
Ilmu
العلم
Orang- orang terpercaya (adil)
كل خلف عدوله
Menafikan (membantah)
ينفون
Pendapat orang- orang bodoh
تأويل الجاهلين
Kebohongan orang- orang sesat
وانتحال المبطلين
Penyimpangan oarng- orang ghulu’
وتحريف الغالين

D. BIOGRAFI PERAWI
       Abdirrahman al Adzari adalah ayah dari Ibrahim yang termasuk golongn dari tabi’in yang menyendiri (terakhir). Saya (Mualik) tidak melihat beliau seorang yang lemah. Beliau memursalkan hadits yang berbunyi:
يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله
“Akan membawa ilmu ini dari setiap orang akhir zaman”
Tidak hanya satu orang yang meriwayatkan hadits tersebut, diantaranya Mu’an ibn Rifa’ah.[3]
E. KETERANGAN HADITS
            Hadits tersebut diatas merupakan hadits yang menjelaskan mengenai sebab terjadinya penafsiran dan pemahaman yang keliru mengenai Al Quran dan hadits, diantaranya yaitu penafsiran orang- orang  bodoh, orang- orang batil dan orang- orang ghulu.
            Pada kata “kholafin” berarti yang dibebani berlebihan, selain itu juga berarti setiap orang yang datang setelah orang terdahulu, dapat juga diartikan suatu masa dari manusia. Selain itu pada kata “Takhrifa” berarti merubah huruf dan kalimat dari makna yang sebenarnya seperti yang dilakukan oleh orang Yahudi terhadap Taurat.[4]
            Penafsiran Al Quran pada dasarnya merupakan otoritas Nabi Muhammad SAW, karena hanya beliaulah yang memahami apa yang dimaksud oleh wahyu. Akan tetapi karena nabi tidak menjelaskan secara keseluruhan ayat- ayat Al Quran, maka setelah wafat para shahabat memahami Al Quran dengan cara bertanya kepada shahabat yang dikenal sebagai penafsir Al Quran ataupun dengan cara mengintepretasikan secara luas ayat- ayat Al Quran. Sehingga hal ini menimbulkan terjadinya kekeliruan dalam penafsiran  wahyu bagi mereka yang kurang berkompeten.
            Dalam hadits tersebut secara tidak langsung menyeru orang- orang berilmu disetiap generasi untuk berupaya membantah tafsiran orang- orang bodoh, kebohongan orang- orang sesat dan penyimpangan orang- orang yang melampaui batas terhadap AlQuran dan Hadits. Apalagi dalam era globalisasi seperti sekarang, seseorang atau suatu kelompok tertentu dapat dengan mudah memanipulasi tafsiran sehingga menimbulkan pemahaman yang salah untuk kepentingan- kepentingan tertentu.
            Agar tidak terjadi kekeliruan dalam penfsiran ayat- ayat Al Quraan maka ada baiknya para mufasir memperhatikan adab dalam mentafsirkan Al Quran. Adapun etikanya adalah sebagai berikut:
1.      Memiliki niat dan perilaku baik.
2.      Jujur dan teliti dalam penukilan.
3.      Bersikap independen.
4.      Mempersiapkan dan menempuh langkah- langkah penafsiran secara sistematis.[5]

F.  ASPEK TARBAWI
       Dari uraian diatas mengenai hadits tentang Penafsiran dan Pemahaman yang Keliru, maka dapat diambil aspek tarbawi sebagai berikut:
1.      Kita sebagai orang yang  berilmu hendaknya mengupayakan pembendungan dan pembantahan terhadap penafsiran- penafsiran yang keliru dari orang- oarng yang tidak bertanggungjawab.
2.      Hendaknya kita tidak mengambil fatwa atau keterangan Al Quran maupun hadits dari orang- orang yang bodoh karena akan meniadakan  penafsiran- penafsiran yang sebenarnya.
3.      Dari orang- orang yang batil serta orang- orang ghulu tedapat pemalsuan- pemalsuan tafsir yang merubah makna tafsiran yang sebenarnya
PENUTUP
Tafsir berarti terang, nyata, dan memberi penjelasan. Dalam hubunganya dengan Al Quran, tafsir diartikan sebagai penjelasan maksud yang sukar dari suatu lafadh. Dalam menafsirkan ayat- ayat Al Quran maupun hadits banyak terjadi silang pendapat antara mufasir satu dengan mufasir yang lain.
Orang- orang bodoh dapat memberi penafsiran secara keliru mengenai apa yang ditafsirnya karena kurangnya pemahaman mengenai suatu ilmu tertentu. Orang- orang sesat dan ghulu dapat memberikan pemahaman yang keliru mengenai suatu yang ditafsirkannya karena mungkin memiliki kepentingan- kepentingan tertentu yang dapat berdampak negatif bagi integritas agama.
Oleh sebab itu, tugas orang- orang berilmu adalah membantah segala bentuk penafsiran dari orang- orang bodoh, orang- orang batil dan orang- orang yang melampaui batas agar tidak menyesatkan orang- orang yang mencari ilmu.











.
DAFTAR PUSTAKA

Adh Dhihabi, Al Imam Hafidz Syamsyuddin Muhammad bin Ahmad. 1995. Mizanul ‘Itidal. Baairut: Dai Al Kotob Al Ilmiyah.
Al Baihaqi, Ahmad bin Husain bin Ali bin Musa Abu Bakri. 1994. Sunan Baihaqi Al Kubra. Makah: Maktabah Darul Bar.
Mandur, Ibnu. 1990. Lisan Al Arab. Bairut: Dar Sander.
Rosadisastra, Andi. 2007. Metode Tafsir Ayat- Ayat Sains dan Sosial. Jakarta: Amzah.
http:// alghuroba.org/para.php
















[1]        Ahmad bin Husain bin Ali bin Musa Abu Bakri Al Baihaqi, Sunan Baihaqi Al Kubro, (Makah: Maktabah  Darul Bar, 1994), juz10, hal 209.
[2] http:// alghuroba.org/para.php
[3]       Al Imam Hafidz Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Adh Dhihabi, Mizanul ‘Itidal, Juz Awal. ( Bairut. Lebanon: Dai al Kotob al Ilmiyah, 1995), hal 166-167.
[4]        Ibnu Mandur, Lisan al Arab, (Baerut: Dar Sader,1990), Juz IX, hal 43 dan 58.
[5]       Andi Rosadisastra, Metode Tafsir Ayat- ayat Sains dan Sosial, (Jakarta: Amzah, 2007), hal.49.

35 komentar:

  1. nama : salafudin
    Nim : 202 111 0207
    kelas : E
    saya ingin bertanya,,,, menurut pemakalah bagaimana kalau kita menafsirkan ayat Al-quran dengan menggunakan akal kita sendiri apakah hal tersebut dapat dijadikan pegangan bagi kita dan bagaimana hukumnya???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas pertanyaan saudara, menurut saya boleh- boleh saja menafsirkan ayat Al Quran dengan menggunakan akal pikiran kita sendiri. Akan tetapi yang jadi pertanyaan apakah kita mampu memahami sepenuhnya apa yang dimaksud dalam ayat AlQuran.Pengertian
      "Mufassir sendiri adalah orang yang memiliki kapabilitas sempurna yang dengannya ia mengetahui maksud Allah ta‘ala dalam Al-Quran sesuai dengan kemampuannya. Ia melatih dirinya di atas manhaj para mufassir dengan mengetahui banyak pendapat mengenai tafsir Kitâbullâh. Selain itu, ia menerapkan tafsir tersebut baik dengan mengajarkannya atau menuliskannya.”
      Sedangkan syarat bagi munfassir menurut Imam Jalaluddin As Suyuthy adalah dari aspek pengetahuan ia harus menguasai 15 ilmu yaitu bahasa arab, nahwu, tasrhif, Isytiqaq ,Al ma'ani, Al bayan, al badi', Asbabun nuzul, an nasikh wa al mansuk, fiqh, hadits, ilmu qira'ah, ushuluddin, dan ilmu muhibah. Sedangkan aspek kepribadian yang harus dimiliki oleh mufasir adalah Akidah yang lurus,Terbebas dari hawa nafsu, Niat yang baik, Akhlak yang baik, Tawadhu‘ dan lemah lembut, Bersikap zuhud terhadap dunia hingga perbuatannya ikhlas semata-mata karena Allah ta‘ala, Memperlihatkan taubat dan ketaatan terhadap perkara-perkara syar‘i serta sikap menghindar dari perkara-perkara yang dilarang,Tidak bersandar pada ahli bid‘ah dan kesesatan dalam menafsirkan, Bisa dipastikan bahwa ia tidak tunduk kepada akalnya dan menjadikan Kitâbullâh sebagai pemimpin yang diikuti.(http://gedublaks.multiply.com/journal/item/24?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem)
      Dari uraian diatas kita dapat menyimpulkan sendiri apakah kita pantas dan mampu untuk menjadi seorang mufasir?? Mengenai hukumnya, menurut saya boleh. Waallahu a'lam
      Syukron.

      Hapus
  2. Nama : Ekawati
    NIM : 2021110230
    Kelas : E

    yang saya ingin tanyakan yaitu dari aspek tarbawinya, bagaimana cara kita untuk mengetahui kalau penafsiran tersebut berasal dari orang bodoh atau dari orang-orang yang sesat ?
    Agar kita tidak mengambil fatwa dari mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas pertanyaanya, untuk dapat mengetahui apakah penafsiran tersebut berasal dari orang- orang yang kurang berkompeten maka kita harus memelajari dan mendalami berbagai macam ilmu seperti yang disebutkan oleh imam Jalaluddin As Suyuthy adalah dari aspek pengetahuan ia harus menguasai 15 ilmu yaitu bahasa arab, nahwu, tasrhif, Isytiqaq ,Al ma'ani, Al bayan, al badi', Asbabun nuzul, an nasikh wa al mansuk, fiqh, hadits, ilmu qira'ah, ushuluddin, dan ilmu muhibah.

      Hapus
  3. Nama ; Tri Indah Pamuji
    Nim ; 2021110198
    Kelas ; E
    bgaimanakah tanggapan anda tentang kitab2 aliran sekarang yg bsa d sebut (aliran sesat) seperti ahmadiyah yg mengambil cuplikan-cuplikan dari al-qur'an n al-hadits yg berarti secara otomatis penafsirannya jg bsa keliru kan? dan bagaimanakah ciri-ciri dari penafsiran yang keliru (batil), dan bagaimanakah pencegahannya.??
    *maturr suwuunn qiqi caem... ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas pertanyaanya, mengenai ciri- ciri penafsiran yang salah, mohon maaf pemakalah belum bisa memberi jawaban sebab pemakalah belum mendalami ilmu- ilmu yang menjadi syarat untuk mengetahui penafsiran salah atau benar serta untuk menafsirkan ayat agar benar. Untuk dapat mengetahui penafsiran yang benar maupun salah kita hendaknya memelajari dan mendalami berbagai macam ilmu seperti yang telah pemakalah sebutkan dibalasan pertanyaan sebelunya.
      Mengenai bagaimana pencegahanya, biasanya (contoh) jika kita membeli al quran pasti didalam alquran ada pemberi tahuan mengenai jika ada penulisan maupun terjemahan yang keliru maka kita dihimbau untuk mengembalikan alquran tsb kepenerbitnya, dan kemudian akan diganti. Hal itu dimaksudkan agar kesalahan pemahaman dapat diminimalaisir. Demikian, waallahu a’lam :)

      Hapus
  4. nama: Ruswati
    NIM: 2021110229
    Assalamu'alaikum wr.wb
    yang saya mau tanyakan tentang aspek tarbawi no 3 yaitu tentang orang orang batil serta orang orang ghulu terhapat pemalsuan pemalsuan tafsir yang merubah makna tafsiran yang sebenarnya, tolong jelaskan lagi.
    dan pengertian dari orang ghulu itu sendiri apa???????

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaikumsalam, orang ghulu adalah orang yang melampaui batas.
      Maksud dari aspek tarbawi no.3 adalah bahwa orang- orang batil dan orang- orang ghulu membelokkan tafsiran yang sebenarnya dengan maksud dan tujuan tertentu, seperti aliran ahmadiyah yang sudah dinyatakan sesat oleh pemerintah mereka menafsirkan " Khotamil anbiya' wal mursalin" sebagai cincin yang memungkinkan bisa dipakai oleh orang lain, hal ini bermaksud untuk membenarkan keyakinan mereka mengenai adanya nabi setelah nabi muhammad saw.
      demikian, waallahu a'lam :)

      Hapus
  5. apa hukum dari orang yang secara tidak sengaja telah menafsirkan al-quran secara salah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih pertanyaannya, Menurut saya tidak apa- apa sebab ketidaksengajaanya. terimakasih. :)

      Hapus
  6. kisrowiyah
    2021110231
    kelas: E

    bagaimana cara mengetahui bahwa penafsiran itu menyesatkan?? tlong dijelaskan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas pertanyaanya, untuk dapat mengetahui apakah penafsiran tersebut menyesatkan maka kita harus memelajari dan mendalami berbagai macam ilmu seperti yang disebutkan oleh imam Jalaluddin As Suyuthy adalah dari aspek pengetahuan ia harus menguasai 15 ilmu yaitu bahasa arab, nahwu, tasrhif, Isytiqaq ,Al ma'ani, Al bayan, al badi', Asbabun nuzul, an nasikh wa al mansuk, fiqh, hadits, ilmu qira'ah, ushuluddin, dan ilmu muhibah.
      demikian, waallahu a'alm :)

      Hapus
  7. laili masrukhah
    2021110193
    kelas E

    bagaimana menurut anda jika ada penafsiran yang berbeda satu dengan yang lainnya??bagaimana kita menyikapi hal tersebut??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Perbedaan adalah wajar adanya, sebab apa yang dipikiran satu dengan yang lain pasti berbeda. Bagaimana kita menyikapi hal tersebut, kita tidak dapat mentyalahkan tafsiran manapun sebab kita sendiri pun tidak tahu mana yang benar mana yang salah, sebaikanya kita membandingkan tafsiran jangan hanya membandingkan 2 penafsiran saja, lebih baik jika lebih dari 2, nanti mana yang lebih banyak kesamaan antara tafsiran yang satu ddengan yan lain itulah sekiranya yang kit ambil.

      Hapus
  8. umi nadhifah
    20211110223
    kelas: E

    Apakah penafsiran yang keliru itu pasti terjadi karena faktor kesengajaan, atau bagaimana?dan bagaimana pendapat anda tentang orang-orang yang bermaksud menghancurkan islam dengan penafsiran yang keliru tersebut?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas pertanyaanya, menurut saya tidak semua kesalahan dalam penafsiran dilakukan secara sengaja, mungkin saja kesalahan penafsiran terjadi karena kurangnya pengetahuan mengenai cara penafsiran, kurang mendalamnya ilmu yng dimiliki mengenai ilmu apa saja yang harus dikuasai agar dapat menafsirkan dengan benar dam lain sebagainya.Mengenai orang- orang yang bermaksud menghancurkan islam dengan penafsiran yang kelirunya, kita sebaiknya menghindari orang2 tersebut jika memungkinkan kita membendung pergerakannya, jika usaha2 tersebut tidak berefek maca cukup dengan hati kita menolak penafsiran2 yang keliru tsb.
      Demikian . Waallahu a'lam :)

      Hapus
  9. Uswatun Khasanah
    2021110210
    Kelas E

    Bagaimana caranya kita bisa mengetahui bahwa penafsiran dalam suatu ayat itu benar atau salah??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih pertanyaanaya, pertanyaan saudari hampir sama dengan pertanyaan saudari kisrowiyah, ekawati, tri indah, dan teman2 yang lainnya..
      jawaban saya sama kita harus terlebih dulu mempelajari ilmu- ilmu seperti bahasa arab, nahwu, tasrhif, Isytiqaq ,Al ma'ani, Al bayan, al badi', Asbabun nuzul, an nasikh wa al mansuk, fiqh, hadits, ilmu qira'ah, ushuluddin, dan ilmu muhibah. Setelah kita mempelajari dan mendalami insya allah kita dapat mengetahui mana penafsiran yang benar dan mana penafsiran yang salah.
      demikian, waallahu a'alm :)

      Hapus
  10. siti kuntari
    2021110191
    kelas E
    bagaimana caranya agar kita terhindar dari penafsiran yang salah?? kemudian bagaimana jika kita telah mengamalkan suatu penafsiran yang ternyata keliru?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas pertanyaanya, agar kita terhindar dari penafsiran yang keliru maka kita harus mempelajari berbagai macam disiplin ilmu yang menjadi syarat untuk dapat mentafsirkan ataupun mengetahui penafsiran yang benar maupun yang keliru. Adapun ilmu- ilmu yang harus dipelajari adalah bahasa arab, nahwu, tasrhif, Isytiqaq ,Al ma'ani, Al bayan, al badi', Asbabun nuzul, an nasikh wa al mansuk, fiqh, hadits, ilmu qira'ah, ushuluddin, dan ilmu muhibah.
      Kemudian jika kita telah mengamalkan penafsiran yang keliru, maka sebaiknya kita berhenti dari amalan tersebut dan tidak mengulangi lagi.
      Demikian, Waallahu a'lam :)

      Hapus
  11. akromurijal
    2021110234
    kelas E

    kepada Saudara Rizki Amalia R saya mau bertanya bagaimana kita menyikapi orang yang salah dalam penafsirannya dan orang tersebut bersih kukuh terhadap pendapatnya tersebut. lalu sebenarnya faktor apa saja yang dapat mengakibatkan seseorang dapat salah penafsiran, mohon dijelaskan?
    terima kasih, sukses untuk kita semua.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasaih pertanyaanya, masing2 kita mempunyai hak untuk berpendapat, kita sebaiknya menghargai setiap pendapat, jika memang benar keliru sebaiknya kita tidak mengikuti penafsiran yang keliru tsb. kurang teliti dalm penafsiran serta kurangny apengetahuan mengenai ilmu- ilmu yang telah pemakalah sewbutkan pada balasan2 pertanyaa diatas.
      demikian, waallahu a'lam :)

      Hapus
    2. lalu bagaimana sikap kita jika orang tersebut adalah teman kita sendiri apakah kita harus menjauhinya atau bagaimana menurut Saudara

      Hapus
  12. ulva rizkillah
    2021110195
    kelas e
    bagaimana cara qt menyikapi berbagai macam penafsiran yang berbeda-beda?? sedangkan qt tidak tahu mana tafsir yg sesuai dan mana yang keliru,bgaimana mnurut pemakalah dlm menanggapi hal tersebut?

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebaiknya kita membandingkan antara penafsiran yang satu dengan peenafsiran yang lain, kita cari mana penafsirsn yang lebih banyak kesamaanya dengan penafsiran yang lain, bessar kemungkinan penafsiran tersebut benar.

      Hapus
  13. Kartika AP
    2021110190
    Kelas E

    Dari sekian banyak tafsir,menurut pemakalah tafsir mana yang sesuai(tidak keliru)? tolong jelaskan alasannya,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas pertanyaanya, apakah yang dimaksud saudari adalah kitab tafsir?? jika iya maka jawaban saya adalah kitab- kitab tafsir yang ada didalam perpus dimanapun berada seperti tafsir al maraghi, ibnu katsir, al kurtubi, al azhar dan lain sebagainya sudah sesuai(tidak keliru) sebab kitab- kitab yang sudah diterbitkan berati kitab- kitab tersebut sudah dikoreksi,sudah diakui kebenaranya oleh suatu lembaga tertentu.
      demikian, waallahu a'lam :)

      Hapus
  14. Dewi Riska Khodijah
    2021110219
    kelas E

    Bagaimana anda menanggapi dan menyikapi orang-orang yang menganut paham islam liberal, dimana mereka menggunakan hukum-hukum kontemporer yang dalam menafsirkan al-qur'an itu suara rasio (akal) saja?

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih atas pertanyaanya, negara kita adalah negara demokratis. selama keberadaanya tidak meresahkan masyarakat (damai), ya tidak apa2, tapi bukan berarti pemakalah menganut Islam liberal.

      Hapus
  15. dalam makalh anda, Dalam hadits tersebut secara tidak langsung menyeru orang- orang berilmu disetiap generasi untuk berupaya membantah tafsiran orang- orang bodoh, kebohongan orang- orang sesat dan penyimpangan orang- orang yang melampaui batas terhadap AlQuran dan Hadits. yang dimaksud orang bodoh di sini itu siapa?????????? apakah orang Islam itu sendiri ataukah orang non muslim......???????

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimaksih atas pertanyaanya, yang dimaksud orang- orang bodoh disini adalah siapa saja orang- orang yang kurang berkompeten dalam bidang ini yakni tentang tafsir (mufasir), tetapi ia tetap saja mentafsirkan ayat alquran sehingga dimungkinkan akan terjadi kekeliruan pemahaman dan penafsiran yang keliru terhadap ayat alquran.
      demikian, waallahu a'lam.:)

      Hapus
  16. Ferri Jariyah
    2021110227
    kelas : E

    Adakah upaya lain untuk membendung agar tidak terjadi kekeliruan dalam penafsiran ayat-ayat al-qur'an selain yang disebutkan dalam makalah anda??? dan bagaimana pendapat anda jika etika tersebut tidak dilakukan secara menyeluruh????

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas pertanyaanya, jika etika tersebut tidak dilakukan secara menyeluruh maka penafsiran tersebut ada indikasi terjadinya kekeliruan.

      Hapus
  17. inayatul Maula
    2021110196
    kelas E
    yang saya ingin tanyakan bagaimana sikap kita apabila mengetahui bahwa penafsiran hadis tersebut salah, dan bagaimana usaha kita agar dapat mengetahui penafsiran hadist tersebut???

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih atas pertanyaanya, sikap kita sebaiknya jangan mengambil atau mengamalkan tafsiran tersebut, karena tafsiran tersebut sudah salah. Mengenai usaha kita untuk dapat mengetahui penafsiran hadits agar tarsirannya tidak keliru maka kita harus mendalami berbagai macam ilmu sebagai syarat untuk menafsirkan suatu ayat alquran maupun hadits. ilmu tersebut diantaranya adalah bahasa arab, nahwu,tasrhif, al bayan, al badi', dan lain sebagainya. Untuk levih jelasnya mengenai ilmu apa saja yang harus dikuasai agar tafsiran tidak keliru lihat jawaban saya pada pertanyaan saudara salafuddin.
      Demikian, waallahu a'lam :)

      Hapus