MAKALAH
MEMANFAATKAN TENAGA PENGAJAR PROFESIONAL
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah : Hadist Tarbawi II
Dosen Pengampu : Muhammad Ghufron,M.Si
Disusun Oleh :
Nama : Zuhrotun Nisak
Nim : 201110242
Kelas : F
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2011-2012
BAB I
PENDAHULUAN
Mengajar bukanlah hal yang mudah yang dapat dilakukan oleh seorang pengajar. Adanya perlakuan yang tidak sewajarnya dilakukan oleh seorang pengajar terhadap murid, Kadang masih terjadi di lingkungan kita. Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut masalah “Memanfaatkan Tenaga Pengajar Profesional “ yang di dalamnya akan dikupas lebih lanjut bagaimana seharusnya sikap yang baik yang harus dimiliki dan diterapkan pada pribadi seorang pengajar apalagi calon pengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. HADIST
حَدَّثَنَا عَلِيِّ بْنِ عَاصِمٍ قَالَ: قَالَ دَاوُدُ حَدَّثَنَا عِكْرِمَةُ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَانَ نَاسٌ مِنَ اْلاَسْرَى يَوْمَ بَدْرٍ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ فِدَاءٌ، فَجَعَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِدَاءُهُمْ اَنْ يُعَلِّمُوْا اَوْلاَدُ اْلاَنْصَارِ الْكِتَابَةَ، قَالَ: فَجَاءَ يَوْمًا غُلاَمٌ يَبْكِى إِلَى اَبِيْهِ، فَقَالَ: مَا شَأْنُكَ؟ قَالَ: ضَرَبَنِى مُعَلِّمِى قَالَ: اَلْخَبِيْثُ يَطْلُبُ بِدَحْلِ بَدْرٍ وَاللهُ لاَ تَأْتِيْـهِ أَبَدًا.
B. TERJEMAHAN
Dari Ali bin ‘ashim menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Daud berkata, Ikrimah menceritakan kepada kami dari Ibnu Abbas , ia berkata “ ada sejumlah orang di antara para tawanan perang badar yang tidak mempunyai tebusan, lalu Rasulullah saw menetapkan tebusan mereka dengan cara mengajarkan tulisan kepada anak – anak kaum anshor. Suatu hari, seorang anak menemui ayahnya sambil menangis ,maka sang ayah bertanya ,” ada apa denganmu?” anak itu menjawab, “Pengajarku telah memukulku “ sang ayah pula berkata “Si buruk itu telah menuntut (balas) dengan bekas perang badar ! demi allah jangan lagi engkau mendatanginya”.[1]
C. MUFRODAT
Tebusan : فِدَاءٌ
Mereka mengajarkan : يُعَلِّمُوْا
Anak-anak : اَوْلاَدُ
Memukulku : ضَرَبَنِى
Pengajarku : مُعَلِّمِى
D. BIOGRAFI PEROWI
Abdullah bin abbas.
Perowi ini bernama lengkap Abdullah bin Abbas bin abdul mutholib bin Asyim bin Abdi Manaf yang termasuk sepupu Rosulullah SAW. Dan Al-Bahr ( Lautan ilmu ) itulah gelar yang disandangnya sebab kapabilitas keilmuannya.[2]
Selain itu juga ada julukan lain yang disandangnya yaitu hibru ummah (tinta umat). Dalam kitabnya At Thabaqat, diriwayatkan Ibnu Sa’ad dengan sanad dari Ubay bin Ka’ab bahwa ibnu abbas ada di samping nabi. Ketika nabi berdiri beliau bersabda, “ Inilah Abdullah bin Abbas tinta umat atau inilah orang pandai”.
Beliau lahir di Makkah pada tahun 3 atau 5 SM. Beliau termasuk sahabat yang banyak meriwayatkan hadist nabi SAW yaitu 1660 hadist, 75 hadist disepakati oleh Bukhori dan Muslim.
Beliau wafat pada tahun 68 H yang kemudian jenazahnya disholati oleh Muhammad Al – Hanafiyah dan kemudian makamkan di Thaif.
Diantara para sahabat yang berguru kepadanya adalah Ibnu umar, Anas bin malik, Abu thufail, dan lainnya yang merupakan tabi’in dan anak – anak para sahabat.
Hadist – hadistnya diriwayatkan oleh putra – putranya yaitu Ali bin Muhammad, cucunya Muhammad bin ali, Saudaranya Katsir bin abbas, dua putra saudaranya Abdullah bin ubaidillah dan Abdullah bin ma’bad bin al Abbas.[3]
E. KETERANGAN HADIST
Hadist tersebut menjelaskan bahwa ketidakpantasan perilaku pengajar terhadap anak didiknya. Seperti tindakan pengajar yang memukul anak didiknya sebab memiliki dendam lama terhadap keluarganya atau sebab lain. Hal ini sangatlah tidak sepantasnya dilakukan, sebab dengan perilaku guru yang seperti itu akan mengakibatkan anak didik merasa tertekan batinnya, padahal yang namanya seorang pengajar itu harus memberikan contoh yang baik terhadap anak didiknya, dan mengajarkan kebaikan , atau berperilaku yang bagus.
Pada dasarnya seorang murid itu akan menilai pengajarnya. Kadang murid mengatakan suka atau tidaknya terhadap pengajarnya.
Beberapa penilaian murid terhadap pengajar yang disukainya adalah sebagai berikut:
1. Bersikap akrab seperti sahabat, merasa seorang anggota dalam kelas
2. Menunjukkan rasa perhatian kepada murid dan memahami mereka
3. Tegas, sanggup menguasai kelas, membangkitkan rasa hormat pada murid
4. Tidak pilih kasih
5. Mempunyai pribadi yang menyenangkan
6. Tidak suka mengomel, mencela, mengejek, menyindir
7. Riang, gembira, mempunyai rasa humor dan suka menerima lelucon atas dirinya, dan lain-lain
Sedangkan penilaian murid terhadap pengajar yang dibencinya itu sifat dan sikap dari yang sebaliknya tadi dijelaskan.[4]
Pribadi Seorang pengajar yang baik itu harus terdapat dalam diri seorang pengajar profesional, namun seorang pengajar yang dapat dikatakan profesional tidak sebatas kebaikannya saja melainkan hal – hal lain seperti hal yang bersangkutan dengan profesinya atau keahliannya dan memerlukan kepandaian khusus untuk melakukannya.[5]
Dalam sumber lain juga ada yang menjelaskan tentang profesional pada pengajar tidak mudah langsung dapat dikatakan untuk seorang pengajar, karena profesional seorang pengajar itu harus menempuh proses yang tidak mudah. Dan di dalamnya pasti ada tantangan yang harus dihadapinya.[6]
F. ASPEK TARBAWI
Dari keterangan di atas dapat kita ambil aspek tarbawinya sebagai berikut:
· Sebagai pengajar yang baik, terhadap muridnya tidak boleh ringan tangan dan harus bisa mengendalikan diri.
· Pengajar profesional harus memiliki pribadi yang baik yang dapat dijadikan sebagai teladan bagi muridnya.
· Pengajar profesional sangat dibutuhkan oleh semua anak didiknya.
BAB III
PENUTUP
Dari penjelasan – penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa setiap pengajar akan berhasil atau sukses apabila dirinya dapat dikatakan sebagai pengajar yang profesional. Dan semua itu membutuhkan proses karena hal itu tidak mudah untuk diperoleh. Tetapi yang paling penting adalah berusaha untuk menjadi yang terbaik. Kalaupun suatu saat belum bisa menjadi yang pengajar yang profesional, setidaknya menjadi seorang pengajar yang baik dan dapat dijadikan sebagai tauladan yang baik bagi anak didiknyapun tidak apa – apa dan selalu mengucapkan bismillah dan alhamdulillah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Imam.2007. Musnad Imam Ahmad Jilid 3. Jakarta: Pustaka Azzam
Alawi Al Maliki, Muhammad. 2009. Ilmu Ushul Hadist. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Ali Fayyad, Mahmud. 1998. Metodologi Penetapan Kesahihan Hadist. Pustaka Setia: Bandung
Nasution, S. 2000. Didaktik Asas – asas Mengajar. PT. Bumi Aksara: Jakarta
Nurdin, Syafruddin.2005. Guru Profesional & Implementasi Kurikulum. Quantum Teaching: Jakarta
[1]Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. Musnad imam Ahmad Jilid 3. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007). hlm.30-31
[2] Prof. Dr. Muhammad Alawi Al Maliki. Ilmu Ushul Hadist. (Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2009) hlm. 212 – 218
[3] Dr. Mahmud Ali Fayyad. Metodologi Penetapan Kesahihan Hadist. (Pustaka Setia: Bandung, 1998) hlm.115-117
[4] Prof. Dr. S. Nasution, M.A. Didaktik asas – asas Mengajar. (PT. Bumi Aksara: Jakarta, 2000), hlm.15
[5] Ibid, hlm. 15
[6] Prof. Dr. H. Syafruddin Nurdin, M.Pd. Guru Profesional & Implementasi Kurikulum. (Quantum Teaching: Jakarta, 2005) hlm.
2021110246
BalasHapusmb' zapin....kalo melihat realita yang ada, d sTain byk yg brminat utk masuk jurusan tarbiyah dan brharap mjd guru...
menurut mb' zapin apakah profesi guru itu sudah terjamin akn cerah masa depannya??? krn kita sndiri kn mcih mnjalaninya_
udh gitu aja.mksihh
Terimakasih atas pertanyaannya..
HapusDi kampus kita STAIN PEKALONGAN banyak yang minat pada jurusan tarbiyah sebab kemungkinan besar memanglah harapan dari mahasiswa tersebut juga ingin menjadi pengajar atau guru. Sedangkan banyak yang saya dengar itu lebih tertarik pada kelaknya ia akan sukses mungkin seperti orangtuanya, tapi tidak semuanya seperti itu, ada juga yang tidak punya tujuan atau asal-asalan saja, dan ada pula yang memang niat lillahi ta’ala...
Sedangkan seseorang itu memiliki takdir ataupun nasib berbeda-beda. Walaupun kuliahnya di jurusan tarbiyah belum tentu dirinya menjadi guru. Semua itu juga tergantung pada kemampuan diri masing-masing. Dalam buku pedoman Penyelenggaraan Pendidikan STAIN Pekalongan , hlm. 77 juga dijelaskan bahwa Karakteristik dan kompetensi lulusan bagi jurusan tarbiyah tidak hanya guru, tetapi ada juga yang lain seperti Tenaga pendidik non guru, konsultan pendidikan, penyuluh agama islam, dan lainnya.
Dalam buku M.Hasyim Ashari,Siapa Bilang Jadi Guru Hidupnya Susah?Kiat Praktis Mendapatkan Penghasilan Tambahan (Yogyakarta: Pinus, 2007, hlm. 19-20 juga telah dijelaskan bahwa Mengembangkan potensi bagi gru menjadi keharusan , karena tugasnya adalah mendidik anak didik dengan pengetahuan dan kearifan. Menurut Hasyim Ashari (2008), guru yang cerah masa depannya adalah mereka yang memenuhi tiga hal.
Pertama, mereka yang kreatif memanfaatkan potensi. Potensi dasar guru adalah tingginya ilmu yang dimiliki dibandingjkan masyarakat lain.Potensi tersebut bisa dimanfaatkan dengan menjadi pengajar yang powerful (favorit), penulis buku materi pelajaran ,buku materi soal,penulis lepas di media masa,peneliti dengan biaya sponsor , atau menjadi trainer. Apalagi yang berhasil menulis buku best seller atau fast moving.
Kedua , guru yang kreatif dapat mengolah waktu luangnya dengan kegiatan-kegiatan yang produktif,seperti menjadi guru privat atau mengajar di bimbingan belejar. Ketiaga, guru yang berani membuat “lompatan dalam hidup” dengan berwirausaha,seperti mendirikan lembaga pendidikan atau kursus,membuka uasaha kecil,membuka industri rumah tangga dan banyak sekali alternatif usaha lain yang halal dan menguntungkan.
Nur khasanah
BalasHapus2021110244
F
mbak zapin,,saya mau nanya nich,,
di makalah Anda ini kan lebih menekankan pada kompetensi moral( tingkah laku)dari guru atau pengajar,,,,selain itu apa saja kompetensiguru yang lain yang perlu kita miliki dan kita ketahui????
muturnuwun..
Jawaban :
HapusMemang di makalah hanya dijelaskan tentang profesionalitas seorang pengajar dalam segi moral atau tingkah laku...Dan sebetulnya kompetensi lain yang harus diketahui, dipahami, serta dimengerti seorang guru dan yang paling penting adalah kita sebagai calon pendidik .
Kamu masih ingat tidak ?? Ada 4 kompetensi yang dijelaskan Bapak Turno ( DP Ilmu pendidikan ), Beliau menjelaskan bahwa 4 Kompetensi dasar yang paling penting yang harus dimiliki seorang guru yang baik yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional.
Memang itu yang paling utama, tapi dalam buku yang saya punya yaitu jamal Ma’mur asmani, 7 kompetensi guru menyenangkan dan profesional, ( Jogjakarta: Power book, 2009 ) hlm. 43-49 .ada 3 kompetensi lagi yang perlu kita ketahui yaitu kompetensi moral, kompetensi global, dan kompetensi reneisance.
Secara singkatnya, kompetensi moral itu sudah dijelaskan dalam makalah hadisku ini, tapi dapat saya tambahkan bahwa urgensi kompetensi moral itu untuk mengembalikan platform yang benar dalam dunia pendidikanyang bertugas mendidik anak didik menjadi cerdas, terampil, religius, dan dedikatif. Selain itu juga dengan kompetensi moral akan dapat menguatkan 4 kompetensi dasar itu dan memandu menuju cita-cita yang benar dan besar.
Sedangkan kompetensi global sebagai tambahan kompetensi dan yang menjadi tantangan serius bagi guru dalam meningkatkan kemampuannya sampai level dunia, mencapai puncak prestasi yang bisa mengharumkan negeri di kancah internasional. Oleh karena itu guru dituntut untuk mengembangkan ilmunya setinggi mungkin sampai sejajar dengan guru-guru di negara maju atau bahkan dapat melampauinnya.
Kalau kompetensi Renaisance dapat menempatkan guru sebagai inspirator sepanjang zaman. Karena dirinya mampu melakukan penyadaran lahir batin, mengobarkan semangat perjuangan dan pengorbanan bagi seluruh manusia di alam raya, bahkan dirinya akan terus dikenang dan dijadikan sebagai figur revolusioner yang humanis dalam menggerakkan perubahan menuju idealisme.
chomsatun nadhiroh
BalasHapus2021110274
f
kalau melihat realita yg ada pada zaman skg kadang ada pengjar yg melakukan tindakan semena2. mungkin bagaimana cara mengatasinya ??????
trimakasih sebelumnya sudah koment...
HapusIngat pelajaran tasawuf tidak?? Atau anda dapat melihat sendiri di buku tasawuf oleh Dr. Imam Khanafi Al Jauharia
Pelajaran itu diajarkan kepada kita dengan tujuan supaya kita sebagai calon pendidik kelak siap dalam menghadapi masalah apapun yang muncul.
Masalah seperti yang anda ceritakan tadi kan termasuk seorang pengajar tersebut kurang siap menjadi seorang pengajar yang baik.
Dengan kita mempelajari ilmu tasawuf, kita akan diajarkan dari awal bagaimana menata diri kita terutama yang harus ada dalam diri kita adalah kita mulai dengan adanya kesadaran dan kemauan diri kita sendiri untuk berubah menjadi lebih baik.
Dalam pelajaran tasawuf kan yang diajarkan pertama kali adalah langkah-langkah perbaikan jiwa dari mulai taubat, wara’, zuhud, sabar, tawakkal, ridho, istiqomah, syukur, ma’rifat, dan mahabbah. Itulah yang paling utama supay tidak terjadi adanya tindakan semena-mena.