PERILAKU POLITIK YANG BERTANGGUNG JAWAB DENGAN BERFIKIR , BERJUANG SUNGGUH-SUNGGUH UNTUK RAKYAT
Disusun guna memenuhi Tugas
Mata kuliah : Hadits Tarbawi II
Dosen pengampu : Ghufron Dimyati
Disusun oleh :
Nama : ANISAH
NIM : 2021110123
Kelas : C
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN PEKALONGAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kunci kesuksesan yang paling jitu adalah, perwujudan kesadaran individual sebagai makhluk yang memiliki tanggung jawab dalam upaya pengembangan intelektual. Apabila kesadaran individual dapat digerakkan, maka kesadaran kolektif akan muncul. Kesadaran yang paling tinggi adalah kesadaran bahwa dirinya ada dalam alam realitas dan wajib berpartisipasi sebagai hamba untuk memakmurkan alam semesta. Kesadaran ini sepenuhnya dijiwai oleh rasa tanggung jawab moral sebagai salah satu makhluk yang wajib ikut serta mewujudkan ketenteraman bersama. Rasa dan keyakinan tanggung jawab moral adalah buah kesadaran bahwa dirinya adalah salah seorang pemimpin. Dalam pembahasan hadits ini yaitu tentang pendidikan agama islam dalam menciptakan perilaku politik yang bertanggung jawab dengan berfikir , berjuang sungguh-sungguh untuk rakyat.
B. Perumusan masalah
Untuk memudahkan penyusunan makalah ini, dibuatlah rumusan masalah sebagaimana berikut :
- Sanad Hadits
- Terjemahan Hadits
- Mufrodat Hadits
- Biografi Perawi
- Keterangan Hadits
- Aspek Tarbawi
C. Teknik pemecahan masalah
Dalam pembuatan makalah hadits no.44 tentang “Berfikir dan berjuang sungguh-sungguh untuk rakyat", kami menggunakan sebuah literatur buku dan media internet dalam mencari informasi yang dibutuhkan.
D. Sistematika penulisan
Makalah ini tersusun atas tiga bagian yaitu :
- BAB I, memuat tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, teknik pemecahan masalah.
- BAB II, memuat tentang isi atau pembahasan inti dari makalah.
- BAB III, memuat tentang inti sari dari makalah dan kesimpulan dari makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sanad Hadits
أَنَّ عُبَيْدَ اللَّهِ بْنَ زِيَادٍ عَادَ مَعْقِلَ بْنَ يَسَارٍ فِي
مَرَضِهِ فَقَالَ لَهُ مَعْقِلٌ إِنِّي مُحَدِّثُكَ بِحَدِيثٍ
سَمِعْتُ بِهِ فِي الْمَوْتِ لَمْ أُحَدِّثْكَ لَوْلَا أَنِّي
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا
مِنْ أَمِيرٍ يَلِي أَمْرَ الْمُسْلِمِينَ ثُمَّ لَا يَجْهَدُ لَهُمْ
وَيَنْصَحُ إِلَّا لَمْ يَدْخُلْ مَعَهُمْ الْجَنَّةَ
B. Terjemahan
Artinya : (MUSLIM - 205) : Sesungguhnya Ubaidullah bin Ziyad mengunjungi Ma'qil bin Yasar ketika ia sedang sakit, Ma'qil kemudian berkata kepadanya, 'Sesungguhnya aku menceritakan kepadamu sebuah hadits, kalau bukan karena saya berada di ambang kematian, niscaya aku tidak menceritakannya kepadamu. Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak seorang pemimpin pun yang mengurusi perkara kaum muslimin, kemudian dia tidak bersungguh-sungguh bekerja untuk mereka dan menasihatinya, kecuali pasti tidak akan masuk surga bersama mereka'."
C. Mufrodat
Indonesia | Arab |
Sesungguhnya Ubaidullah bin Ziyad | نَّ عُبَيْدَ اللَّهِ بْنَ زِيَادٍﺍ |
Mengunjungi Ma’qil bin Yasar | عَادَ مَعْقِلَ بْنَ يَسَارٍ |
Di (pada saat) | فِي |
Sakitnya | مَرَضِهِ |
Dia berkata | فَقَالَ |
Ma’qil kepadanya | لَهُ مَعْقِلٌ |
'Sesungguhnya aku menceritakan kepadamu sebuah hadits | إِنِّي مُحَدِّثُكَ بِحَدِيثٍ |
kalau bukan karena saya berada di ambang kematian | لَوْلَا أَنِّي فِي الْمَوْتِ |
Rosulullah SAW | رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ |
Bersabda | يَقُولُ |
Tidak seorang pemimpin | ما من ا ﻣﻴر |
Mengurusi | يلي |
Perkara kaum muslimin | أَمْرَ الْمُسْلِمِينَ |
Bersungguh-sungguh | يجهد |
Dan Menasehati | وَيَنْصَحُ |
kecuali pasti tidak akan masuk | إِلَّا لَمْ يَدْخُلْ |
surga bersama mereka | الْجَنَّةَ مَعَهُمْ |
D. Biografi Perawi
- Ubaidullah Bin Ziyad-
Ubaydillah bin Ziyad adalah putra dari Ziyad bin Abi Sufyan setelah yang kematiannya di 673 dia menjadi Gubernur Kufah dan Basra dan kemudian Khurasan.He juga dicetak koin, yang bertahan sampai hari ini. [1]
'Ubaidullah bin Ziyâd adalah Amir (gubernur) Bashrah pada masa pemerintahan Yazid bin Mu’awiah dan yang kemudian oleh Yazid diangkat pula sebagai Amir Kufah menggantikan Nu’man bin Basyir Radhiyallahu 'anhu . 'Ubaidullah bin Ziyâd inilah yang memobilisasi perang melawan Husain Radhiyallahu 'anhu, dan bahkan menekan dengan ancaman kepada 'Umar bin Sa’d bin Abi Waqqâsh rahimahullah untuk memeranginya[2]
Pada 674 ia akan menyeberangi Amu Darya dan mengalahkan kekuatan penguasa Bukhara apa yang akan menjadi invasi dikenal pertama kota Muslim Arab
Pada 680, Yazid saya memerintahkan Ubaydillah untuk menjaga ketertiban di Kufah sebagai reaksi terhadap cucu Nabi, popularitas Husain bin Ali di sana. Ubaydillah ditunjuk Utsman saudaranya sebagai wakil dan berbaris ke Kufah. Ubaydillah dieksekusi Hussain ibn Ali sepupu Muslim bin Aqeel dan mengeluarkan mata kanan pendukung Husain bin Ali Al-Mukhtar. Dia juga salah satu pemimpin tentara Yazid saya selama pertempuran Karbala.
Yazid meninggalkan kekosongan di Irak pada saat kematiannya pada 683. Ubaydillah turun tahta rumah gubernur di Basra dan mengambil tempat tinggal dengan Mas'ud bin Amr al-Azdi. Para Azd adalah suku Yaman yang kemudian didukung Bani Umayyah terhadap pemberontakan Abd Allah ibn al-Zubayr. Tapi baru Basra Gubernur Abd Allah ibn al-Harith memihak Ibn al-Zubayr, dan telah menewaskan Mas'ud musim semi berikutnya, beberapa tradisi menambah, mungkin akurat, yang Ubaydillah dan Mas'ud mengeluhkan korupsi Ibn al-Harith ( lagi, mungkin akurat - tetapi Basrans tidak kemudian peduli) dengan tujuan untuk mendapatkan kembali untuk Ubaydillah komandonya. Ubaydillah meninggalkan kota untuk Suriah - meninggalkan istri dan keluarga di belakang. (Hlm 301-303 Madelung)
Sementara Ubaydillah berada di Suriah, ia membujuk Marwan bin al-Hakam untuk tidak mengakui Ibn al-Zubayr. Sementara itu juru kampanye mesianis Al-Mukhtar merebut Kufah dari Ibn al-Zubayr di 685. Melihat kesempatan, atau jadi dia berpikir, Ubaydillah mengirim pasukan melawan Mukhtar. Menurut kontemporer sejarawan John bar Penkaye, Mukhtar bertemu [Ubaydillah] Ibnu Ziyad yang legiun dengan milisi terdiri dari 13.000 dimerdekakan bersenjata ringan dengan berjalan kaki di sungai Khazir dekat Niniwe. Ubaydillah tewas dalam pertempuran itu. [3]
- Ma’qil bin Yasar
Ma’qil bi Yasar nama lengkapnya adalah Ma’qal Ibn Mu;ir al-Mujni AbuAli. Dikatakan bahwa dia adalah Abu Ali, ada yang mengatakannya sebagai Abu Yasar; serta ada pula yang mengatakan bahwa dia adalah Abdullah al-Bashry.
Ia meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw. Dan termasuk salah seorang sahabat yang hadir pada bai’at di bawah phon(bai’ah al-ridwan).Ia juga meriwayatkan hadits dari Nu’man Ibn Maqran.
Orang-orang yang meriwayatkan hadits darinya, antara lain Imran bin al-Hushain, Mu’awiyah Ibn Qarrah, Alqamah ibn Abdullah, Hakm ibn al-A’raj, Amr ibn Samrah, Hasan al-Bashri, Nafi’ ibn ibn Nafi’ atau Abu Abu al-Malihibn Usamah, Muslim ibn Mahraf, Iyad Abu Khalid, dan lain-lain.
Ma’qil bin Yasar Al mazani . beliau termasuk sahabat Nabi yang meriwayat hadits dan ikut berkecimpung dalam penafsiran Al Qur’an. Pekerjaan beliau adalah pedagang yang sering berdagang di bawah pohon. Nama panggilan beliau yaitu Abu Ali. Beliau lahir di Basrah wafat tahun 60 H. [4]
E. Keterangan Hadits
Dan Ma’qil berkata pada Ubaidullah bin Ziyad : Seandainya aku tidak dalam keadaan sakaratul maut, maka aku tidak akan memberi tahukannya pada kamu. Adapun sesungguhnya Ma’qil mengetahui sebelumnya, namun tidak memanfaatkan nasihat itu.
Seperti halnya yang dijelaskan oleh ahli hadits lainnya. Kemudian keluar keterangan yang lain dari para hadits, para sahabat dengan keterangannya.
Karena Ma’qil takut menyampaikan hadits ini ketika hidup karena takut dicela. Dan dia takut kalau dia menceritakan hadits itu akan mendapatkan celaan dan ditetapkan (dicap) oleh manusia atas kejelekan sikapnya.[5]
F. Aspek tarbawi
Berdasarkan hadis di atas, hendaknya setiap muslim memiliki kesadaran bahwa dirinya adalah pemimpin, yang harus bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Untuk mewujudkan seorang pemimpin yang bertanggung jawab, dibutuhkan pendidikan yang mengorientasikan tujuan pendidikannya kepada pembentukan pemimpin yang bertanggung jawab, yakni pemimpin yang berkualitas, mampu melakukan pembaharuan, mampu memimpin rakyat ke jalan kebenaran. Pemimpin yang bertanggung jawab, amanah, jujur serta memberikan kemaslahatan bagi umat.
Pemimpin harus sayang kepada rakyatnya, sebagaimana seorang penggambala sayang terhadap gembalaannya, bahkan harus lebih. Sayang dalam arti tidak membiarkan rakyat menderita, menangis, kelaparan. Sayang dalam arti memenuhi hak rakyat dengan sebaik-baiknya. Sayang dalam arti mencintai mereka seperti mencintai diri sendiri. Bukti sayang dapat ditunjukkan dengan terus mengawasi, memantau, terjun ke lapangan untuk melihat perkara apa saja yang membutuhkan penyelesaian.[6]
Konsep pemimpin yang sesuai dengan apa yang diajarkan Rosulullah SAW adalah sebagai berikut :
- Pemimpin yang berfikir dan bertindak baik, yang ingatannya akan langsung tertuju pada rakyatnya. Pemimpin yang baik dan berfikir tentang cara mewujudkan pelayanan terbaik dan berfikir tentang cara mewujudkan kesejahteraan yang adil tentang rakyat menjadi tenteram dalam kepemimpinannya
- Pemimpin yang mempunyai komitmen dan bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya
- Pemimpin harus bersedia mengemban tanggung jawab itu sehingga harus mencurahkan pemikiran dan tenaganya untuk kebaikan dan kesejahteraan dari apa yang dipimpinnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan mengenai hadits tadi maka dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin harus selalu memperhatikan rakyat dan negara, dengan mengabdikan rakyat jujur pada rakyat, karena jika tidak demikian, Allah mengancam akan mengharamkan surga untuknya.
B. SARAN
Berdasarkan keterangan di atas maka kita sebagai seorang calon pendidik , kita harus bisa mendidik anak didik kita agar tumbuh generasi pemimpin yang sungguh-sungguh dan bertanggung jawab mengemban amanah sebagai pemimpin. Selain itu kita sebagai pemimpin harus mampu mengemban amanah apapun dengan bersungguh-sungguh melaksanakan amanah itu dan dengan rasa tanggung jawab yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Nizar, Samsul. 2011. Hadits Tarbawi. Jakarta: Kalam Mulia.
Takhzibul Kamal Juz 28. hlm. 28
Imam Nawawi. Shohihul Muslim. Hadits No.205
The Arab Conquests in Central Asia By H. A. R. Gibb Published by READ BOOKS, 2007
http://almanhaj.or.id/content/2608/slash/0
[1] The Arab Conquests in Central Asia By H. A. R. Gibb Published by READ BOOKS, 2007
[2] http://almanhaj.or.id/content/2608/slash/0
[3] http://en.wikipedia.org/wiki/Ubayd-Allah_ibn_Ziyad
[4] Takhzibul Kamal Juz 28. hlm. 28
[5] Imam Nawawi. Shohihul Muslim Liqodhi’iyat. Juz awal. Hadits No.205
[6] Samsul Nizar, Hadits Tarbawi(Jakarta: Kalam Mulia,2011). Hlm 209
nama : lutfiyah
BalasHapusnim : 202 111 0118
mbk anisa, mangapa Ma’qil takut menyampaikan hadits ini ketika hidup karena takut dicela. Dan dia takut kalau dia menceritakan hadits itu akan mendapatkan celaan dan ditetapkan (dicap) oleh manusia atas kejelekan sikapnya. Padahal kan yang menjadi gubernur itu Ubaydillah bin Ziyad??? kemudian bagaimana tanggapan mbk anis mengenai orang yang menjadi pemimpin bagi orang lain padahal dia blm bisa memimpin dirinya sendiri??bknkah itu akan mnjdkn sbuah kekacauan??mhon penjelasan dan pendapt dr mbk anis sndri..trmksh
nurul islakhah
BalasHapus2021110139
dari konsep pemimpin yg diajarka Rosulullah,Pemimpin harus bersedia mengemban tanggung jawab sehingga harus mencurahkan pemikiran dan tenaganya untuk kebaikan dan kesejahteraan dari apa yang dipimpinnya,tp pada kenyataanya bnyak pemimpin yang tidak peduli dengan hal itu,menurut anda apa penyebabnya?
nurul khikmah
BalasHapus2021110122
kelas C
mohon paparkan lebih jelas isi hadist tersebut dan kaitannya denganaspek tarbawinya.
Zakirotunnikmah
BalasHapus2021110112
C
bagaimana cara mengembangkan amalam hadits tersebut dalam rangka meminimalisir terjadinya korupsi di lingkungan kita meskipun hanya Rp1000,-.....?????
pemimpin yang dimaksud dalam hadits anda itu pemimpin yang seperti apa???????
bukankah manusia itu di lahirkan di dunia ini sebgai kholifah yang sering diartikan sebagai pemimpin?
Menurut anda apakah perilku politik para pemimpin bangsa ini sdah sesuai dengn konsep pemimpin yg disebutkan diatas???klo tidak, solusi apa yg anda twarkan melihat kondisi pemimpin bangsa ini skrag??
BalasHapus202109113
BalasHapussbenrnya apa maksud kalau bukan karena saya berada di ambang kematian, niscaya aku tidak menceritakannya kepadamu....
nama: avita rohmah
BalasHapusnim: 202109191
bagaimanakah kiat" yang harus dilakukan menurut pemakalah bagi para pemimpin di negara kita agar rakyatnya yg sengsara dan masih kekurangan itu bisa mmnjadi makmur?
kemudian dari hadits di atas tersirat bahwa maqil itu seseorg yg menyembunyikan suatu perkara yg bnr, yg sehrsnya di ssampaikan pd halayak. bagaimana pemakalah menanggapi org yg memiliki sikap trsebut??
nama : dhamira septiana vandini
BalasHapusnim :2021110127
di sini saya ingin di jelaskan antara judul makalah dan keterangan hadits , kog sepertinya tidak singkron , mohon di jelaskan ??? mkch....
khaerul amar
BalasHapus2021110117
c
mengapa Ma'qil bin Yasar baru menceritakan hadis tsb kpd Ubaidullah bin Ziyad ketika ma'qil berada di ambang kematian?
ani maftukhah
BalasHapus20201110201
kelas c (E)
adakah hikmah lain yang dapat kita ambil dr hadis diatas selain yang tertera dalam makalah?
Ma’qil takut menyampaikan hadits ini ketika beliau masih hidup karena beliau takut mendapatkan celaan oleh masyarakat pada zaman itu atas kejelekan sikapnya. Kejelekan sikapnya itu yaitu sebenarnya Ma’qil telah mengetahui hadits tersebut , namun beliau tidak memanfaatkan hadits tersebut / tidak menyampaikan hadits tersebut kepada para sahabat lain, sampai keluar keterangan hadits yang hampir sama tentang hadits tersebut dari para hadits lain. Kenapa Ma’qil baru menyampaikan hadits tersebut kepada Ubaidullah bin Ziyad yang saat itu menjadi gubernur karena hadits tersebut memang ditekankan kepada para pemimpin , apalagi saat itu Ubaid sedang menjabat sebagai Gubernur dan Ma’qil yang dalam keadaan sakit harus menyampaikan hadits tersebut.
BalasHapusmenjawab islaha
BalasHapusPenyebab ketidakpedulian para pemimpin terhadap yang dipimpinnya karena mereka yang menjadi pemimpin tidak bisa memimpin seperti yang konsep kepemimpinan yang diajarkan Rosulullah. Konsep pemimpin yang diajarkan Rosulullah adalah pemimpin yang bisa mengemban apa yang dipimpinya , tidak memberikan jabatan pemimpin kepada mereka yang meminta jabatan. Pemimpin yang dipilih yang akan diminta pertanggung jawabannya. Sedangkan zaman sekarang, pemimpin mencalonkan diri untuk mendapatkan jabatan setinggi-tingginya sehingga menghalalkan segala cara untuk menduduki jabatan yang diinginkan sampai mengabaikan kepentingan rakyatnya.
menjawab nurul khikma
BalasHapusHadits di atas menceritakan Ubaidullah Bin Ziyad datang menjenguk Ma’qil yang sedang sakit parah. Saat sakitnya itu, Ma’qil menyampaikan sebuah hadits yang belum ia amalkan / sampaikan kepada orang lain. Inti Hadits tersebut berisi bahwasanya seorang pemimpin harus selalu memperhatikan apa yang dipimpinnya rakyat dan negara dengan mengabdikan rakyat jujur pada rakyat, karena jika tidak demikian, Allah mengancam akan mengharamkan surga untuknya.
menjawab zaki
BalasHapusCara meminimalisir korupsi pada zaman sekarang, sebaiknya seorang pemimpin harus sesuai dengan konsep pemimpin Rosul yakni pemimpin yang mengemban tanggung jawab itu sehingga harus mencurahkan pemikiran dan tenaganya untuk kebaikan dan kesejahteraan dari apa yang dipimpinnya.
Pemimpin yang dimaksud dalam hadits di atas adalah pemimpin yang membimbing rakyat ke jalan kebenaran. Pemimpin yang bertanggung jawab, amanah, jujur serta memberikan kemaslahatan bagi umat, sedangkan pemimpin dalam konsep kholifah adalah orang yang memimpin / mengemban amanah di muka bumi yaitu adalah beribadah Allah.
menjawab azmi
BalasHapusMenurut pendapat saya, perilaku politik para pemimpin bangsa ini belum sesuai dengan konsep pemimpin Rosulullah. Solusi yang bisa saya ambil adalah meneladani kepemimpinan Rosulullah dengan mengamalkan konsep kepemimpinan Rosulullah, memulai sejak dini untuk mencetak pemimpin yang memimpin rakyat ke jalan kebenaran. Pemimpin yang bertanggung jawab, amanah, jujur serta memberikan kemaslahatan bagi umat.
menjawab hamid
BalasHapusMaksud kalau bukan karena saya berada di ambang kematian, niscaya aku tidak menceritakannya kepadamu adalah saat itu Ma’qil yang sedang sakit parah. Saat sakitnya itu, Ma’qil menyampaikan sebuah hadits yang belum ia amalkan / sampaikan kepada orang lain. Karena dalam kondisi sakit parah, Ma’qil menceritakan apa yang pernah disabdakan Nabi kepadanya. Karena Ma’qil khawatir akan meninggal sebelum menyampaikan hadits tersebut.
menjawab avita
BalasHapusKiat-kiat yang harus dilakukan menurut pemakalah bagi para pemimpin di negara kita agar rakyatnya yang sengsara dan masih kekurangan itu bisa menjadi makmur sebaiknya pemimpin harus sayang kepada rakyatnya, sebagaimana seorang pemimpin tidak membiarkan rakyat menderita, menangis, kelaparan. Selain itu seorang pemimpin bisa mengemban tanggung jawabnya dengan melayani rayat dan memenuhi hak rakyat dengan sebaik-baiknya.
menjawab amar
BalasHapusMa'qil bin Yasar baru menceritakan hadis tersebut kepada Ubaidullah bin Ziyad ketika ma'qil berada di ambang kematian karena beliau takut mendapatkan celaan oleh masyarakat pada zaman itu atas kejelekan sikapnya. Kejelekan sikapnya itu yaitu sebenarnya Ma’qil telah mengetahui hadits tersebut , namun beliau tidak memanfaatkan hadits tersebut / tidak menyampaikan hadits tersebut kepada para sahabat lain, sampai keluar keterangan hadits yang hampir sama tentang hadits tersebut dari para hadits lain. Kenapa Ma’qil baru menyampaikan hadits tersebut kepada Ubaidullah bin Ziyad yang saat itu menjadi gubernur karena hadits tersebut memang ditekankan kepada para pemimpin , apalagi saat itu Ubaid sedang menjabat sebagai Gubernur dan Ma’qil yang dalam keadaan sakit harus menyampaikan hadits tersebut.
menjawab ani
BalasHapusHikmah lain yang dapat kita ambil dari hadis diatas selain yang tertera dalam makalah adalah hikmah dari hadits sendiri adalah seorang pemimpin harus selalu memperhatikan rakyat dan negara, dengan mengabdikan rakyat jujur pada rakyat, karena jika tidak demikian, Allah mengancam akan mengharamkan surga untuknya.
Sedangkan hikmah lain adalah kita sebagai seorang calon pendidik , kita harus bisa mendidik anak didik kita agar tumbuh generasi pemimpin yang sungguh-sungguh dan bertanggung jawab mengemban amanah sebagai pemimpin. Selain itu kita sebagai pemimpin harus mampu mengemban amanah apapun dengan bersungguh-sungguh melaksanakan amanah itu dan dengan rasa tanggung jawab yang tinggi.
menjawab damira
BalasHapusJawab :
Judul makalah saya adalah perilaku politik yang bertanggung jawab dengan berfikir , berjuang sungguh-sungguh untuk rakyat, keterangan sarah hadits di atas menceritakan Ubaidullah Bin Ziyad datang menjenguk Ma’qil yang sedang sakit parah. Saat sakitnya itu, Ma’qil menyampaikan sebuah hadits yang belum ia amalkan / sampaikan kepada orang lain. Inti Hadits tersebut berisi bahwasanya seorang pemimpin harus selalu memperhatikan apa yang dipimpinnya rakyat dan negara dengan mengabdikan rakyat jujur pada rakyat, karena jika tidak demikian, Allah mengancam akan mengharamkan surga untuknya. Sehingga menjadi pemimpin, harus bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Untuk mewujudkan seorang pemimpin yang bertanggung jawab, dibutuhkan pendidikan yang mengorientasikan tujuan pendidikannya kepada pembentukan pemimpin yang bertanggung jawab, yakni pemimpin yang berkualitas, mampu melakukan pembaharuan, mampu memimpin rakyat ke jalan kebenaran.