Laman

Jumat, 13 April 2012

E8-44 Ekawati


MAKALAH

BERPIKIR DAN BERJUANG SUNGGUH-SUNGGUH
UNTUK RAKYAT
NO. 44

Makalah ini disusun guna memenuhi Tugas :
Mata Kuliah                             :  Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu                      :  Muhammad Ghufron, M. S. I
                                            








 Oleh:

Ekawati                        2021110230

 Kelas  E





JURUSAN TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia dianugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan sosial manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik dan sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.






BAB II
PEMBAHASAN

A.       Materi Hadits

حدثنا ابو غسان المسمعى , ومحمد بن المثنى, واسحق بن ابراهيم (قال اسحق : اخبرنا, وقال الاخران : حدثنا ) معاذ بن هشام . قال : حدثنى ابى عن قتادة, عن ابى المليح : ان عبيد الله ابن زياد عاد معقل بن يسار فى مرضه. فقال له معقل : انى محدثك بحديث لولا انى فى الموت لم احدثك به. سمعت رسول الله صل الله عليه وسلم يقول " ما من امير يلى امر المسلمين, ثم لا يجهد لهم وينصح الا لم يدخل معهم الجنة.  
( رواه مسلم فى الصحيح )

B.       Terjemah Hadits
“Diceritakan oleh Abu Ghossan Al Misma’iyu, Muhammad bin Mustanna, dan Ishaq bin Ibrahim. ( Ishaq berkata : Diberitahukan kepada kami, dan kedua orang yang terakhir itu : diceritakan kepada kami ) Mu’adz bin Hisyam berkata : diceritakan kepadaku Abu Qotadah, dari Abi Malih : Sesungguhnya Ubaidillah bin Ziad, dari Ma’qil bin Yasar, katanya : Rasulullah SAW bwrsabda : “ Tiap-tiap kepala pemerintahan (penguasa) yang diserahi memimpin kaum muslimin, tetapi tidak bekerja sungguh-sungguh dan tidak memberikan petunjuk-petunjuk, maka tidaklah pemimpin itu akan masuk surga seperti kaumnya “. ( HR. Muslim )[1]

C.       Mufrodat
امير                   : Memimpin
يلى                    : Pemimpin /  kepala pemerintahan
يجهد                  : Bekerja sungguh-sungguh
ينصح               : memberikan petunjuk-petunjuk

D.      Biografi Rawi
Nama beliau adalah Ma'qil bin Yasar bin Abdullah al-Muzani. Beliau termasuk sahabat yang mengikuti baiat di bawah pohon (baiatur ridhwan). Menurut al-Hafidz Ibnu Hajar dan al-Dzahabi beliau termasuk dalam kategori shahabiy (Tahdzib al-Tahdzib: 10/235).[2]

E.       Keterangan Hadits
Kepemimpinan merupakan salah satu persoalan urgen yang menghilang dari umat kita dewasa ini. Banyak harapan indah mengenai kepemimpinan yang menggoda khayalan serta menggelitik perasaan, namun itu tidak dituangkan dalam perbuatan. Pemimpin adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan manusia menuju tujuan-tujuan yang telah ditentukan.[3] 
Seseorang dapat disebut sebagai pemimpin apabila ia memiliki kesiapan untuk memimpin dan memiliki sifat-sifat kepemimpinan. Sifat tersebut dapat diambil dari pidato yang pernah disampaikan Abu Bakar, yaitu:
1.      Sifat rendah hati.
2.      Sifat terbuka untuk dikritik
3.      Sifat jujur dan memegang amanah
4.      Sifat berlaku adil
5.      Komitmen dalam perjuangan
6.      Berbakti dan mengabdi kepada Allah SWT
7.      Bersikap demokratis.[4]
Jika seorang pemimpin melalaikan kewajiban tersebut maka ia telah menghianati amanah yang diembankan oleh Allah di atas pundaknya, serta mereka telah menyia-nyiakan rakyatnya yang Allah titipkan kepada mereka. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pemimpin yang tidak memperhatikan kesan-kesan dari rakyatnya akan kurang mampu menciptakan perubahan yang signifikan.
Dalam hadits ini dijelaskan bahwa setiap kepala pemerintahan atau penguasa yang telah diserahi untuk memimpin kaum muslimin, tetapi ia tidak berpikir, berjuang sungguh-sungguh dan tidak memberikan petunjuk-petunjuk demi kepentingan rakyatnya, maka pemimpin dan rakyatnya tidak akan masuk surga.
Seorang pemimpin seharusnya memikirkan dan berjuang untuk rakyatnya, tidak hanya berpikir bagaimana mempertahankan karirnya. Ketika rakyat merasa butuh seorang pemimpin untuk memenuhi hak-hak mereka, maka pemimpin  harus berpikir dan berjuang supaya hak-hak mereka terpenuhi. Tetapi kenyataannya pemimpin sekarang ini hanya memberi janji-janji palsu kepada rakyatnya, sehingga menimbulkan perselisihan diantara pemimpin dan rakyat. Oleh karena itu rakyat terpaksa melakukan tindakan seperti demo untuk mengungkapkan aspirasinya.[5]
Memang sewajarnya pemimpin mempunyai tugas memimpin rakyatnya, sehingga kewajiban tersebut harus dilaksanakan. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan sifat baik dari pemimpin tersebut, diantaranya berpikir dan berjuang sungguh-sungguh untuk rakyat. Dalam hal ini seorang pemimpin berarti mempunyai amanat dari rakyat. Apabila pemimpin melalaikan amanatnya dan tidak memberikan petunjuk-petunjuk yang dibutuhkan rakyat, maka pemimpin dan rakyat tersebut tidak akan masuk surga.
Berpikir disini berarti pemimpin benar-benar menggunakan akalnya ketika rakyat mempunyai problem, baik yang berhubungan dengan memperjuangkan hak-haknya ataupun yang berhubungan kepada pemimpin tersebut. Sedangkan berjuang sungguh-sungguh merupakan sifat yang harus dimiliki pemimpin supaya terwujud suatu tujuan yang telah dikehendaki rakyat. Kedua sifat tersebut harus ada pada pemimpin, sehingga diharapkan akan tercipta perubahan yang sesuai dan seimbang antara pemimpin dan rakyat.

F.        Aspek Tarbawi
Dari hadits diatas dapat diambil aspek tarbawinya, dan diharapkan dapat menjadi refrensi hidup bagi kita, yaitu sebagai berikut :
1.      Pemimpin harus benar-benar memberikan perhatiannya kepada kebutuhan-kebutuhan rakyat.
2.      Mempunyai kemauan keras atau berjuang sungguh-sungguh untuk kepentingan rakyat.
3.      Seorang pemimpin hendaknya mendengar usulan dan koreksi-koreksi dari rakyat.
4.      Antar pemimpin dan rakyat harus berinteraksi dengan baik dan adil.
5.      Memberikan ketenangan kepada rakyat dan menjelaskan ketika terjadi problem.
6.      Tidak akan masuk surga sorang pemimpin yang tidak melaksanakan kewajibannya.
7.      Sorang pemimpin harus memberikan petunjuk-petunjuk mengenai hak-hak mereka, supaya rakyat dan pemimin kelaka akan masuk surga.

BAB III
PENUTUP

          Kita sebagai umat islam, memiliki kemampuan untuk menjadi salah satu pemimpin umat jika kita menghias diri dengan nilai-nilai kepemimpinan yang agung. Oleh karena itu bencana yang paling mengerikan adalah bergelimangnya para pemimpin dalam menyalahai syariat, dan telinga-telinga mereka tertutup bagi setiap pemberi nasehat dan pemberi petunjuk.
            Seharusnya pemimpin ketika memimpin umat harus memiliki sifat-sifat yang mulia, agar tercipta perubahan di dalam politik yang sudah dijalankan.
            Seorang pemimpin harus berpikir dan berjuang dengan sungguh-sungguh untuk kepentingan rakyat, dengan hal tersebut pemimpin dan rakyat akan masuk surga. Tetapi keduanya terlebih dahulu harus melaksanakan kewajiban sebagai amanat yang sudah diberikan.
             
         














DAFTAR PUSTAKA

As-Suwaidan, M. Thariq, dkk. 2005. Melahirkan Pemimpin Masa Depan. Jakarta: Gema Insani.
Razak, Ahmad, dkk. Terjemah Hadits Shahih Muslim Jilid I. Jakarta : Pustaka Al-Husna.
Syaikh Muhyiddin Mitsu, Musthafa Dieb Al-Bugha. 2008. Syarah Hadits Arba’in Imam An-Nawawi. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.
http://yayasan-darussalam.com/index.php/ :mencari-sosok-pemimpin-yang-ideal-menurut-islam




[1] H.A. Razak, dkk, Terjemah Hadits Shahih Muslim, ( Jakarta : Pustaka Al-Husna ), hlm. 93.
[3] Thariq M. As-Suwaidan, dkk., Melahirkan Pemimpin Masa Depan, ( Jakarta : Gema Insani, 2005 ), hlm. 12
[4] http://yayasan-darussalam.com/index.php/ :mencari-sosok-pemimpin-yang-ideal menurut-islam
[5] As-Suwaidan, M. Thariq, dkk. Melahirkan Pemimpin Masa Depan. ( Jakarta: Gema Insani, 2005 ), hlm. 123.

28 komentar:

  1. Tri Indah Pamuji
    2021110198
    kelas E

    Di pembahasan anda terselip kata2 bahwa jika pemimpin tdk bnar2 berusaha&berjuang dg sungguh2 maka pemimpin dan rakyatnya akn TDAK MASUK SURGA, knpa demikian ??
    kemudian pemimpin it haruslah adil dan jujur, nmun pada kenyataannya sifat tsb bnyak tdk dipenuhi/dimiliki oleh seorang pemimpin pdahal mrka tahu akn hal itu. nah, apkah pemimpin tsb msih layak tuk jadi seorang pemimpin ?? lalu bagaimanakah seharusnya sikap kita bila itu trjadi kpada pemimpin kita ??
    maturr suwun mb. eka :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas pertanyaannya,
      menurut hadits di atas, pemimpin yang tidak berusaha & berjuang sungguh-sungguh untuk rakyatnya, berarti mereka tidak menjalankan amanah yang diembankan Allah di atas pundaknya, dan mereka telah menyia-nyiakan rakyatnya yang dititipkan Allah kepada mereka. Dalam hal ini berarti bahwa pemimpin tidak memberikan petunjuk-petunjuk yang baik bagi rakyatnya, secara otomatis rakyat akan ikut, sehingga terjerumus kearah yang tidak sesuai dengan ajaran islam. Maka menurut hadits ini pemimpin dan rakyatnya tidak akan masuk syurga.
      Menjawab pertanyaan yang selanjutnya ya, ini bukan masalah layak atau tidak layak, kan dalam memilih pemimpin itu ada prosedurnya sendiri-sendiri, maka dalam memutuskannya juga harus melalui prosedur, apakah masih layak atau tidak, kalau menurut saya ya tidak layak, tapi apa boleh buat kita sebagai orang awam tidak bisa membuat keputusan.Beberapa negara menganut asas demokrasi, salah satunya negara kita. Maka sudah sewajarnya kita sebagai rakyat berkesempatan untuk mengkritik pemimpin kita yang tidak adil, dan pemimpin pun juga harus mendengarkan aspirasi rakyat. Dengan kritik tersebut diharapkan pemimpin bisa berlaku adil.

      Hapus
    2. trima kasih atas jawaban'y saudari kaka' eka trsyang :)
      emm... utk trjemah hadits "maka tidaklah pemimpin itu akan msuk surga spti kaumnya." apakah diarti ini mksudnya kaumnya itu bsa masuk surga.??
      kmudian bkankah dalam hal ini seorang pemimpinlah yg brsalah. lalu knpa rakyat jg trkena getahnya? padahal rakyat disini hanya manut2 j. bila sprti itu lalu bgaimanakah kita memilih seorang pemimpin yg bnar2 bsa mjdi pemimpin agar kita tidak salah memilih?

      Hapus
    3. Menurut yang saya ketahui, memang itu kesalahan dari pemimpin, tetapi disini rakyat tidak memberikan kritik ataupun cara untuk mengingatkan pemimpin akan kesalahannya, maka rakyat juga tidak akan masuk surga.Seharusnya rakyat jeli sebelum memilih seorang pemimpin, seperti pada makalah saya yang tertulis sifat-sifat yang harus diperhatikan ketika akan memilih profil seorang pemimpin. Sifat-sifat tersebut saya ambil pada sebuah artikel.

      Hapus
  2. sri setianingrum
    2021110209

    seperti yang telah saudara sampaikan bahwa pada era sekarang ini sangatlah sulit mencari pemimpin yang sesuai dengan hadis diatas. lalu, bagaimanakah caranya agar kita tidak salah memimpin pemimpin?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memilih seorang pemimpin memang tidak boleh asal-asalan. Semua harus melalui pertimbangan, apakah kriteria mereka sudah sesuai untuk dijadikan seorang pemimpin atau tidak. Kadang seseorang yang sudah kita kenal saja kita tidak bisa menentukan sifat mereka, apalagi pemimpin yang kita kenal hanya lewat namanya saja. Maka kita dalam memilih pemimpin harus membandingkan antara yang satu dengan lainnya, mana yang sudah memenuhi kriteria sebagai pemimpin. Kalau saudari sudah membaca makalah saya secara keseluruhan, di dalamnya akan ditemukan hal-hal yang mungkin bisa kita jadikan pedoman dalam memilih profil seorang pemimpin. Hal-hal tersebut terdapat dalam isi pidato yang disampaikan khalifah Abu Bakar yang saya ambil dalam sebuah artikel. Nanti bisa dibaca lebih lanjut.

      Hapus
  3. umi nadhifah
    2021110223
    kelas : E

    Bagaimana caranya agar seorang pemimpin itu dapat berlaku adil kepada rakyatnya? dan
    menurut anda bagaimana jika ada seorang pemimpin yang hanya memberikan janji-janji palsu terhadap rakyatnya??? tolong berikan solusinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang ya yang namanya berlaku adil itu susah, pemimpin tidak boleh memihak rakyat dimanapun mereka berada, tidak membedakan antara rakyat kecil dan kaum ellite. Tetapi adil disini yaitu pemimpin harus bisa memenuhi hak-hak rakyat, dan rakyat pun harus melakukan kewajibannya supaya hak-hak mereka terpenuhi. Kalau ada pemimpin yang hanya memberikan janji-janji palsu, ya kita harus menuntut janji yang telah mereka ucapkan. Rakyat bisa melakukan aksi dalam bentuk apapun tanpa menghilangkan nilai-nilai ajaran islam dan tidak menggunakan kekerasan.

      Hapus
  4. Nama: Rizki Amalia R (2021110213)
    Kelas: E

    Assalamualaikum kakak eka yang cantik... :)
    Bagaimana seharusnya kita menyikapi orang2 yang skeptis dalam memilih pemimpin dikarenakan fakta2 yang ada dilapangan bahwa pemimpin hanya mengobral janji tanpa bukti???
    Kemudian apa yang harus kita lakukan jika pemimpin terkesan tidak memenuhi aspirasi rakyatnya..??
    matur tengkiu...:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikumsalam neng gelis Qiqi',
      Dalam memilih seorang pemimpin seharusnya dilihat dari sisi kriteria mereka, apakah sudah sesuai dengan prosedur hukum untuk menjadi pemimpin atau tidak. Dan juga dilihat dari sisi istihkaroh (lebih baik) mana yang lebih bisa melaksanakan amanah dan memenuhi hak-hak rakyat. Kalau masalah mengobral janji memang sudah tidak aneh lagi kalau untuk mendapatkan kekuasaan mayoritas akan mengeluarkan janji-janji palsu. Akan tetapi hal tersebut kembali kepada rakyat bagaimana cara mereka agar bisa menuntut janji yang sudah diucapkan. Kita sebagai rakyat sudah sewajarnya menerima hak-hak kita, begitu juga dengan pemimpin harus melaksanakan kewajibannya seperti memenuhi aspirasi rakyat. Maka kita bisa mengeluarkan kritik atau cara lain agar hak rakyat terpenuhi.

      Hapus
  5. nama : salafudin (2021110207)
    kelas : E
    asalamualaikum.....
    membaca makalah yang anda paparkan... aku sedikit ingin bertanya.. dalam agama islam sebenarnya seorang pemimpin itu lebih baiknya dipilih melalui pemilihan (demokrasi) ataukah melalui keturunan (kerajaan)..???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau menurut pendapat saya, seharusnya pemimpin dipilih melalui cara demokrasi, karena cara tersebut nantinya akan melibatkan rakyat dalam menentukan keputusan. Kalau melalui garis keturunan pemimpin akan lebih cenderung korup. Seperti pada zaman Nabi ketika terjadi perselisihan dalam menentukan siapa nantinya yang akan menjadi khalifah sepeninggal Nabi. Dalam keputusan tersebut ternyata dilakukan adanya musyawarah walaupun beberapa kandidat masih keturunan Nabi, tetapi keputusannya melalui musyawarah di sebuah majlis. Kalau kita melihat demikian,berarti islam masih menggunakan cara demokrasi dan cara tersebut dianggap yang lebih sesuai.

      Hapus
  6. uswatun khasanah
    2021110210
    kelas:E

    bagaimana pendapat anda tentang seorang pemimpin yang lebih mementingkan kepentingan keluarganya daripada kepentingan rakyatnya?
    maturnuwun....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya, pemimpin tersebut cenderung korup. Seharusnya kita sebagai rakyat yang mempunyai wewenang untuk memberikan kritikan terhadap pemimpin tersebut, seharusnya diungkapkan agar pemimpin melaksanakan kewajibannya yaitu memenuhi hak-hak rakyatnya, bukan malah mementingkan keluarga.

      Hapus
  7. Mubarokah
    2021110202
    Kelas:E
    jabatan sebagai seorang pemimpin banyak diminati oleh orang. akan tetapi jika jabatan pemimpin itu telah di dapatkan, orang tersebut lupa akan tugas dan kewajibannya sebagai pemimpin. Bagaimana pendapat anda mengenai hal tersebut???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya memang banyak sekali orang kalau sudah menjadi pemimpin lupa akan kewajibannya. Tetapi itu semua kembali kepada pribadi masing-masing, apakah masih bisa menjalankan amanat atau tidak. Karena orang kalau sudah berada di atas dan memiliki segalanya, cenderung akan melupakan mereka yang ada di bawah. Begitu juga pemimpin akan melakukan segala sesuatu untuk mempertahankan posisinya supaya tetap berada di atas, walaupun cara yang mereka gunakan sangat merugikan rakyat dan merampas hak-hak mereka.

      Hapus
  8. seperti halnya saudari rizki amalia tanyakan mengenai orang-orang yang skeptis dalam memilih pemimpin.
    bagaimana hukumnya orang2 tersebut yang biasa kita sebut sebagai golongan putih,, berdosakah jika kita sebagai rakyat tidak memilih seorang pemimpin dikarenakan ketidak percyaan kita akan kredibilitas orang2 yg mencalonkan diri sebagai pemimpin itu??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf sebelumnya saudari dewi, kalau masalah dosa atau tidak saya kurang memahami, yang bisa menentukan hanya Allah SWT. Tetapi kalau menurut saya seharusnya kita tidak boleh meragukan kemampuan seseorang dalam memimpin, karena kita sendiri tidak bisa mengetahui isi hati seseorang. Maka kita sebagai rakyat yang patuh akan hukum seharusnya memilih calon pemimpin dengan mempertimbangkan sisi baik dari mereka. Kalau salah satu diantara pemimpin tersebut dianggap baik, ya kita pilih.

      Hapus
  9. Dewi Riska Kh
    2021110219 E


    seperti halnya saudari rizki amalia tanyakan mengenai orang-orang yang skeptis dalam memilih pemimpin.
    bagaimana hukumnya orang2 tersebut yang biasa kita sebut sebagai golongan putih,, berdosakah jika kita sebagai rakyat tidak memilih seorang pemimpin dikarenakan ketidak percyaan kita akan kredibilitas orang2 yg mencalonkan diri sebagai pemimpin itu??

    BalasHapus
  10. Laila Fitriani
    kelas E
    2021110225

    anda kan sudah mengetahui bagaimana caranya berfikir dan berjuang dengan bersungguh-sungguh demi rakyatnya.. yang saya tanyakan,, jika anda sendiri menjadi seorang pemimpin, apakah anda akan tetap memikirkan orang-orang yang terpinggirkan dan memperjuangkan hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan?? terus langkah apa yang akan anda lakukan untuk mewujudkannya??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin, do'akan ya biar saya jadi pemimpin,
      Kalau nantinya saya jadi pemimpin, seperti yang anda tanyakan, InsyaAllah akan tetap memikirkan orang-orang yang terpinggirkan. Tetapi yang namanya manusia hanya bisa berusaha, selebihnya kita minta kepada Allah. Dan manusia juga tidak luput dari kekhilafan, begitu juga dengan saya yang nantinya misalkan jadi pemimpin. Maka sebagai pemimpin yang baik kita harus menerima kritik dari rakyat yang diharapkan akan merubah kesalahan kita.

      Hapus
    2. amin juga ya mbak... hehehe
      terus bagaiamana jika anda menjadi seperti Bpk Susilo presiden kita, kalo diliat-liat beliau juga sudah melakukan kewajibanya walau mungkin belum bisa sepenuhnya, akan tetapi masyarakat malah menjelek-jelekan beliau menganggap kalo beliau kerja dianggap tidak melakukan kewajibannya dan di pandang sebelah mata. Pertanyaannya.. apa yang akan anda lakukan jika anda mengalami hal yang sama dengan Bpak Susilo, ketika anda menjadi seorang pemimpin agar bisa meyakinkan masyarakat dan tidak dianggap sebelah mata..???
      apakah anda akan putus asa terus meninggaalkan kewajiban anda, atau anda akan terus berusaha..?? terus berikan solusi yang tepat bagi semua pemimpin yang mengalami hal tersebut, menurut pendapat anda..??

      Hapus
    3. Kalau menurut saya itu tergantung dari rakyat bagaimana memandang pemimpin kita, kemungkinan rakyat yang memandang sebelah mata tersebut tidak senang dengan jabatan yang diduduki Bpk SBY. Seharusnya sebagai rakyat yang baik, harus mematuhi kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemimpin. Nah kalau ada kebijakan yang kurang sesuai, rakyat bisa mengungkapkannya kepada pemimpin, begitu juga pemimpin apabila ingin dianggap baik maka seharusnya mendengarkan aspirasi rakyat.

      Hapus
  11. naelal khusna
    BERPIKIR DAN BERJUANG SUNGGUH-SUNGGUH
    UNTUK RAKYAT kalau dalam presperktif mahasiswa apa yang harus dilakukan mahasiswa untuk rakyat(berkaca pada demo yang dilakukan oleh mahasiswa)apakah itu termasuk dalam memperjuangkan rakyat? sedangkan mereka yang menjadi korban meninggal dan keluarganya menangis....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hal demikian termasuk salah satu cara memperjuangkan rakyat, agar hak-hak rakyat terpenuhi maka mereka mengungkapkannya dengan beberapa cara, termasuk melakukan cara tersebut. Untuk masalah mereka meninggal dan keluarganya menangis itu urusan belakangan, menurut aktifis yang penting berjuang agar hak mereka terpenuhi, usaha merupakan langkah awal soal hasil menurut mereka berada pada no 2.

      Hapus
  12. nita eviana
    2021110217
    kelas E

    menurut anda apakah pejabat di era ini sudah memikirkan dan berjuang dengan sungguh-sungguh untuk rakyat atau untuk dirinya sendiri???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau menurut saya sebagian besar pejabat sekarang ini belum melakukan hal tersebut. Memang ada yang sudah melaksanakan kewajibannya, akan tetapi semua itu belum maksimal. Kita lihat saja masih banyak para TKI yang tidak jelas nasibnya di negeri orang, hak-hak mereka tidak dipenuhi oleh pemerintah.

      Hapus