Laman

Minggu, 08 April 2012

F8-44 Arum Arifah


MAKALAH
HADITS TARBAWI 2
“Berfikir dan Berjuang Sungguh-sungguh Untuk Rakyat”
Dosen Pengampu:
Muhammad Ghufron, M.S.I

Disusun oleh:
Nama: ARUM ARIFAH
Kelas: F
NIM: 2021110271
Hadits ke: 44

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PEKALONGAN
2011-2012

BAB 1
PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.








BAB 2
PEMBAHASAN
“Berfikir dan Berjuang Sungguh-sungguh Untuk Rakyat”

A.    HADITS

عن عبيد الله بن زياد عاد معقل بن يسار فى مرضه فقال له معقل انى
 محدثك بحديث لولا انى فى الموت لم احدثك به سمعت رسول الله صلى لله
 عليه وسلم يقول (ما من امير يلى امر المسلمين ثم لا يجهد لهم و ينصح
 الا لم يدخل معهم الجنة) (رواه مسلم فى الصحيخ, كتاب الايمان, باب
 استحقاق الوالى الغاش لرعيته النار)


B.     TERJEMAHAN HADIST

Dari Ubaidillah Ibn Ziyad, kembali kepada Maqil ibn Yasar diwaktu sakitnya,maka ia berkata kepada ubaidillah, ssengguhnya aku menceritakan cerita kepadamu akan tetapi ketika aku mati tidak akan menceritakan kepadamu. Aku mendengar Rosulullah bersabda : “Barang siapa menjadi pemimpin menguasai/memerintahkan perintahnya orang muslim, kemudian tidak berjihad dan menasehatinya, maka tidak akan masuk surga bersamanya.”





C.    MUFRODAT



عاد           : Kembali
محدثك       : Orang yang menceritakan kepadamu
احدثك       : Saya menceritakan kepadamu
امير          : Pemimpin
يلى           : Menguasai/memimpin
يجهد                 : Berjihad
ينصح        : Menasehati
يدخل : Masuk



























D.    BIOGRAFI PERAWI HADITS

Imam Muslim bernama lengkap Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al Qusyairi an Naisaburi. Imam Muslim dilahirkan di Naisabur tahun 202 H atau 817 M. Naisabur, saat ini termasuk wilayah Rusia. Dalam sejarah Islam, Naisabur dikenal dengan sebutan Maa Wara’a an Nahr, daerah-daerah yang terletak di belakang Sungai Jihun di Uzbekistan,AsiaTengah.
            Naisabur pernah menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan tidak kurang 150 tahun pada masa Dinasti Samanid. Tidak hanya sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan, kota Naisabur juga dikenal saat itu sebagai salah satu kota ilmu, bermukimnya ulama besar dan pusat peradaban dikawasan Asia Tengah.
            Kecenderungan Imam Muslim kepada ilmu hadits tergolong luar biasa. Keunggulannya dari sisi kecerdasan dan ketajaman hafalan, ia manfaatkan dengan sebaik mungkin. Di usia 10 tahun, Muslim kecil sering datang berguru pada Imam Ad Dakhili, seorang ahli hadits di kotanya. Setahun kemudian, Muslim mulai menghafal hadits dan berani mengoreksi kekeliruan gurunya ketika salah dalam periwayatan
hadits.
Seperti orang yang haus, kecintaanya dengan hadits menuntun Muslim bertuangalang ke berbagai tempat dan negara. Safar ke negeri lain menjadi kegiatan rutin bagi Muslim untuk mendapatkan silsilah yang benar sebuah hadits.
            Dalam berbagai sumber, Muslim tercatat pernah ke Khurasan. Di kota ini Muslim bertemu dan berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih. Di Ray ia berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu ‘Ansan. Pada rihlahnya ke Makkah untuk menunaikan haji 220 H, Muslim bertemu dengan Qa’nabi,- muhaddits kota ini- untuk belajar hadits padanya.

            Selain itu Muslim juga menyempatkan diri ke Hijaz. di kota Hijaz ia belajar kepada Sa’id bin Mansur dan Abu Mas ‘Abuzar. Di Irak Muslim belajar hadits kepada Ahmad bin Hanbal dan Abdullah bin Maslamah. Kemudian di Mesir, Muslim berguru kepada ‘Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya. Termasuk ke Syam, Muslim banyak belajar pada ulama hadits kota
. itu.
            Tidak seperti kota-kota lainnya, bagi Muslim, Baghdad memiliki arti tersendiri. Di kota inilah Imam Muhaddits ini berkali-kali berkunjung untuk belajar kepada ulama ahli hadits. Terakhir Imam Muslim berkunjung pada 259 H. Saat itu, Imam Bukhari berkunjung ke Naisabur. Oleh Imam Muslim kesempatan ini digunakannya untuk berdiskusi sekaligus berguru pada Imam Bukhari.
            Berkat kegigihan dan kecintaannya pada hadits, Imam Muslim tercatat sebagai orang yang dikenal telah meriwayatkan puluhan ribu hadits. Muhammad Ajaj Al Khatib, guru besar hadits pada Universitas Damaskus, Syria, menyebutkan, hadits yang tercantum dalam karya besar Imam Muslim, Shahih Muslim, berjumlah 3.030 hadits tanpa pengulangan.
Bila dihitung dengan pengulangan, lanjutnya, berjumlah sekitar 10.000 hadits. Sedang menurut Imam Al Khuli, ulama besar asal Mesir, hadits yang terdapat dalam karya Muslim berjumlah 4.000 hadits tanpa pengulangan, dan 7.275 dengan pengulangan. Jumlah hadits yang ditulis dalam Shahih Muslim merupakan hasil saringan sekitar 300.000 hadits. Untuk menyelasekaikan kitab Sahihnya, Muslim membutuhkan tidak kurang dari 15 tahun.
            Imam Muslim dalam menetapkan kesahihan hadits yang diriwayatkkanya selalu mengedepankan ilmu jarh dan ta’dil. Metode ini ia gunakan untuk menilai cacat tidaknya suatu hadits. Selain itu, Imam Muslim juga menggunakan metode sighat at tahammul (metode-metode penerimaan riwayat). Dalam kitabnya, dijumpai istilah haddasani (menyampaikan kepada saya), haddasana (menyampaikan kepada kami), akhbarani (mengabarkan kepada saya), akhabarana (mengabarkan kepada kami), maupun qaalaa (ia berkata). Dengan metode ini menjadikan Imam Muslim sebagai orang kedua terbaik dalam masalah hadits dan seluk beluknya setelah Imam Bukhari.[1]
            Selain itu, Imam Muslim dikenal sebagai tokoh yang sangat ramah. Keramahan yang dimilikinya tidak jauh beda dengan gurunya, Imam Bukhari. Dengan reputasi ini Imam Muslim oleh Adz-Dzahabi disebutan sebagai Muhsin min Naisabur (orang baik dari Naisabur).
Maslamah bin Qasim menegaskan, “Muslim adalah tsiqqat, agung derajatnya dan merupakan salah seorang pemuka (Imam).” Senada dengan Maslamah bin Qasim, Imam An-Nawawi juga memberi sanjungan: “Para ulama sepakat atas kebesarannya, keimanan, ketinggian martabat, kecerdasan dan kepeloporannya dalam dunia hadits.”
            Seperti halnya Imam Buhari dengan Al-Jami’ ash-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari, Imam Muslim juga memiliki kitab munumental, kitab Shahih Muslim. Dibanding kitab-kitab hadits shahih karya Imam Muslim lainnya, Shahih Muslim yang memuat 3.033 hadits memiliki karakteristik tersendiri. Imam Muslim banyak memberikan perhatian pada penjabaran hadits secara resmi. Imam Muslim bahkan tidak mencantumkan judul-judul pada setiap akhir dari sebuah pokok bahasan.
            Sebenarnya kitab Shahih Muslim dipublikasikan untuk Abu Zur’ah, salah seorang kritikus hadits terbesar, yang biasanya memberikan sejumlah catatan mengenai cacatnya hadits. Lantas, Imam Muslim kemudian mengoreksi cacat tersebut dengan membuangnya tanpa argumentasi. Karena Imam Muslim tidak pernah mau membukukan hadits-hadits yang hanya berdasarkan kriteria pribadi semata, dan hanya meriwayatkan hadits yang diterima oleh kalangan ulama. Sehingga hadits-hadits Muslim terasa sangat populis.
            Sebenarnya para ulama berbeda pendapat mana yang lebih unggul antara Shahih Muslim dengan Shahih Bukhari. Jumhur Muhadditsun berpendapat, Shahihul Bukhari lebih unggul, sedangkan sejumlah ulama Marokko dan yang lain lebih mengunggulkan Shahih Muslim. Perbedaan ini terjadi bila dilihat dari sisi pada sistematika penulisannya serta perbandingan antara tema dan isinya.
            Al-Hafizh Ibnu Hajar mengulas kelebihan Shahih Bukhari atas Shahih Muslim, antara lain, karena Al-Bukhari mensyaratkan kepastian bertemunya dua perawi yang secara struktural sebagai guru dan murid dalam hadits Mu’an’an agar dapat dipastikan sanadnya bersambung. Sementara Imam Muslim menganggap cukup dengan “kemungkinan” bertemunya kedua rawi dengan tidak adanya tadlis.
Al-Bukhari mentakhrij hadits yang diterima para perawi tsiqqat derajat utama dari segi hafalan dan keteguhannya. Walaupun juga mengeluarkan hadits dari rawi derajat berikutnya dengan sangat selektif. Sementara Muslim, lebih banyak pada rawi derajat kedua dibanding Bukhari. Selain itu, kritik yang ditujukan kepada perawi jalur Muslim lebih banyak dibanding al-Bukhari.
            Sementara pendapat yang berpihak pada keunggulan Shahih Muslim beralasan, seperti yang dijelaskan Ibnu Hajar, Muslim lebih berhati-hati dalam menyusun kata-kata dan redaksinya. Muslim juga tidak membuat kesimpulan dengan memberi judul bab seperti yang dilakukan Bukhari lakukan. Imam Muslim wafat pada Ahad sore, pada tanggal 24 Rajab 261 H dengan mewariskan sejumlah karyanya yang sangat berharga bagi kaum Muslim dan dunia Islam.
            Setelah mengarungi kehidupan yang penuh berkah, Muslim wafat pada hari Ahad sore, dan di makamkan di kampung Nasr Abad daerah Naisabur pada hari Senin, 25 Rajab 261 H. dalam usia 55 tahun. Selama hidupnya, Muslim menulis beberapa kitab yang sangat bermanfaat.[2]





E.     PENJELASAN HADITS

Dari hadits tersebut berisikan tentang sifat-sifat seorang pemimpen yang bisa berfikir positif untuk berjuang sungguh-sungguh demi rakyatnya supaya menjadi masyarakat yang maju.
Pada penjelasan disini,akan menjelaskan sebagaimanakah seorang pemimpin yang baik itu,yaitu sebagai berikut:

1.      Pengertian Pemimpin

Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Istilah pemimpin, kemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama "pimpin". Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda.
            Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan "pemimpin".
            Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono, 1994:181).[3]
            Pemimpin jika dialihbahasakan ke bahasa Inggris menjadi "LEADER", yang mempunyai tugas untuk me-LEAD anggota disekitarnya. Sedangkan makna LEAD adalah:
o Loyality, seorang pemimpin harus mampu membagnkitkan loyalitas rekan kerjanya dan memberikan loyalitasnya dalam kebaikan.
o Educate, seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan tacit knowledge pada rekan-rekannya.
o Advice, memberikan saran dan nasehat dari permasalahan yang ada.

o Discipline, memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan kedisiplinan dalam setiap aktivitasnya.[4]

2.      Tugas Seorang Pemimpin

            Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:

a).  Pemimpin bekerja dengan orang lain : Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organjsasi sebaik orang diluar organisasi.
b). Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas):
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas,
mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafhya tanpa kegagalan.
c). Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas : Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin hanya dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
d). Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual : Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadf lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.
e). Manajer adalah forcing mediator : Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).
f). Pemimpin adalah politisi dan diplomat: Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
g). Pemimpin membuat keputusan yang sulit : Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.[5]


3.      Ciri-ciri Seorang Pemimpin Yang Baik
            Apabila seseorang itu berjaya memimpin, ini bermakna dia berjaya mempengaruhi anggota-anggota yang lain di dalam organisasi itu. Kebolehan mempengaruhi bergantung kepada unsur yang penting iaitu kuasa yang ada pada seseorang itu. Mengikut Dr Robiah Sidin (1988), dalam bukunya ‘Asas Pentadbiran Pendidikan’, beliau menegaskan bahawa secara umumnya ada dua jenis kuasa yang boleh dipegang oleh seseorang pemimpin itu. Pertama, kuasa yang datang dengan jawatannya di dalam organisasi itu dan kedua, kuasa yang berpunca daripada keadaan dirinya sendiri atau kuasa individu. Kuasa yang bersangkut paut dengan jawatan adalah penting kerana memberi kepercayaan kepada anggota-anggotanya. Walaubagaimanapun untuk seseorang itu kekal menjadi pemimpin dia mesti juga mempunyai kuasa yang berunsurkan kebolehan tersendirinya. Ini termasuklah:
a. Mentaliti
·       Kebijaksanaan atau kebolehan membuat perhitungan yang jauh sebelum bertindak dengan menilai antara yang baik dan buruk berdasarkan pertimbangan ilmu dan pengalaman.
·       Keberanian atau kesungguhan serta kesanggupan menghadapi cabaran dan masalah serta risiko, baik yang berpunca dari luar diri atau dalam diri sendiri.
·       Mempunyai inisiatif atau tindakan yang dimulakan sendiri tanpa menunggu orang lain datang kepadanya minta bertindak.
·       Mempunyai kreativiti sendiri, terutamanya dalam menyelesaikan masalah-masalah yang wujud dalam organisasi.
b. Kemasyarakatan
·       Kesediaan memberi dan menerima pendapat.
·       Sikap positif dan terbuka.
·       Daya penggerak dan semangat juang yang kuat.
·       Kebolehan berkomunikasi secara berkesan.
c. Moraliti
·       Mempunyai disiplin diri yang unggul.
·       Kebersihan jiwa terutamanya dari segi keadilan, amanah, ketenangan, kesabaran, keteguhan pendirian dan ketahanan diri.
·       Iman yang teguh, terutama orang yang beragama Islam.
Antara ketiga-tiga ciri yang dinyatakan, moraliti adalah yang terpenting untuk menilai seseorang pemimpin sama ada baik atau buruk, berkesan atau tidak, boleh bertahan lama atau tidak.
Pemimpin memerlukan juga sikap tertentu untuk mempengaruhi orang lain. Perkara yang paling penting ialah pemimpin harus mempunyai pengertian dan tanggapan yang tajam terhadap individu-individu yang saling berurusan dengannya. Selain daripada itu seorang pemimpin juga harus mempunyai:
·  Empati; iaitu kebolehan untuk memahami perasaan orang lain dan bersimpati.
·  Kesedaran; akan kelemahan dan kekuatan dirinya sendiri. Sedar tentang bagaimanakah dirinya dianggap oleh orang lain. Hanya apabila ini berlaku maka barulah kepercayaan kebolehan dirinya akan timbul.
·  Kebolehan: untuk melihat secara objektif akan masalah-masalah dan tingkah laku anggota-anggota lain. Pemimpin harus bersikap adil boleh memberi analisa yang adil dan tidak emosional.[6]
Selain itu, sekiranya seseorang itu ingin menjadi pemimpin yang baik, dia hendaklah mengamalkan perkara-perkara yang diketahui, dilihat dan diterima sebagai baik:
·  Seseorang pemimpin harus bersedia untuk belajar dari siapa sekalipun apa yang dia tidak tahu kerana kepimpinan itu sesuatu yang boleh terus menerus dipelajari dari latihan dan pengalaman.
·  Seseorang pemimpin mesti berani memberi jawapan yang tegas kepada sesuatu yang difikirkan baik atau tidak baik kepada organisasinya.
·  Seseorang pemimpin yang baik berupaya memudahkan semua kerja, dengan menjadikannya kerja-kerja biasa yang boleh dilakukan oleh kebanyakkan orang bawahannya dan tidak memerlukan pakar khusus.
·  Seorang pemimpin yang baik mempunyai perhubungan baik dengan orang-orang bawahannya. Dia mengenali mereka sebagai individu-individu yang mempunyai keistimewaan tersendiri. Pemimpin yang baik juga tidak berkasar dengan orang-orang bawahannya.
·  Seseorang pemimpin yang baik pandai membahagikan masa. Dia tahu bila masa bertugas dan bila masa di luar tugas dan bertindak bersesuaian dengan keadaan. Pemimpin yang tidak cekap selalu merasa runsing dan bimbang dengan hal-hal tugas di mana juga dia berada.
·  Dalam sesebuah organisasi terdapat pelbagai jenis manusia: ada yang malas, ada yang rajin dan ada yang boleh diharap serta ada yang tidak boleh diharap. Seorang pemimpin yang bijak tidak lemah semangat dengan keadaan ini. Dia menerima hakikat sedemikian dan menggunakan sebaik-baiknya apa yang ada.
·  Seorang Pemimpin yang baik tahu dan mahu berbincang denganorang-orang bawahannya mengenai sesuatu hal yang dia sendiri tidak pasti. Dia tidak hanya pandai mengeluarkan arahan saja.
·  Seorang pemimpin yang baik mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman mengenai tugas dan manusia.
·  Seorang pemimpin yang baik pandai memperkembangkan kebolehan bekerja orang bawahannya. Dia tahu mengagihkan tugas kepada mereka.
·  Seorang pemimpin yang bijak tidak sekali-kali lemah semangat dan cepat mengaku kalah apabila berdepan dengan sesuatu masalah. Kalau masalah tidak dapat diselesaikan dengan satu cara, dia menggunakan cara lain. Dia sentiasa bersikap positif.[7]

4.      Kriteria  Seorang  Pemimpin Yang Baik

            Pimpinan yang dapat dikatakan sebagai pemimpin setidaknya memenuhi beberapa kriteria,yaitu:
 
a. Pengaruh :
            Seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang-orang yang mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pimpinan. Pengaruh ini menjadikan sang pemimpin diikuti dan membuat orang lain tunduk pada apa yang dikatakan sang pemimpin. John C. Maxwell, penulis buku-buku kepemimpinan pernah berkata: Leadership is Influence (Kepemimpinan adalah soal pengaruh). Mother Teresa dan Lady Diana adalah contoh kriteria seorang pemimpin yang punya pengaruh.

b. Kekuasaan/power :
            Seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain karena dia memiliki kekuasaan/power yang membuat orang lain menghargai keberadaannya.Tanpa kekuasaan atau kekuatan yang dimiliki sang pemimpin, tentunya tidak ada orang yang mau menjadi pendukungnya. Kekuasaan/kekuatan yang dimiliki sang pemimpin inimenjadikan orang lain akan tergantung pada apa yang dimilikis ang pemimpin, tanpa itu mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Hubungan ini menjadikan hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme, dimana kedua belah pihak sama-sama saling diuntungkan.

c. Wewenang :
            Wewenang di sini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan kepada
pemimpin untuk fnenetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan suatu hal/kebijakan.
Wewenang di sini juga dapat dialihkan kepada bawahan oleh pimpinan apabila sang
pemimpin percaya bahwa bawahan tersebut mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik, sehingga bawahan diberi kepercayaan untuk melaksanakan tanpa perlu campur tangan dari sang pemimpin.

d. Pengikut :
            Seorang pemimpin yang memiliki pengaruh, kekuasaaan/power, dan wewenang tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin apabila dia tidak memiliki pengikut yang berada di belakangnya yang memberi dukungan dan mengikuti apa yang dikatakan sang pemimpin. Tanpa adanya pengikut maka pemimpin tidak akan ada. Pemimpin dan pengikut adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan tidak dapat berdiri sendiri.[8]


F.     ASPEK TARBAWI
            Tipologi pemimpin yang benar-benar bertanggung jawab adalah tipologi kepemimpinan para nabi dan rasul Allah. Dikatakan demikian, karena hari-hari mereka selalu memikirkan keberadaan umatnya yang tidak saja menyangkut persoalan material, akan tetapi juga persoalan moral. Bentuk dari tanggung jawab yang mereka miliki ialah dengan menumpahkan segala potensi yang dimiliki seperti tenaga, waktu dan pemikiran hanya tertumpah untuk satu tujuan yang mulia yaitu memajukan dan memakmurkan rakyat.
            Prinsip yang sangat ideal dari pemimpin-pemimpin yang bertanggung jawab ini adalah prilaku mereka dalam menyikapi keberadaan negara dan rakyat. Dengan kata lain, jika negara sedang menghadapi kesusahan maka pemimpinlah orang pertama yang merasakan kesusahan tersebut. Sebaliknya, jika berkaitan dengan prihal nikmat dan kesenangan, maka pemimpinlah orang yang terakhir merasakan nikmat dan kesenangan dimaksud.[9]
            Sosok yang ditonjolkan dalam tulisan ini adalah Nabi Zulkifli dimana bentuk tanggung jawabnya disebutkan Rasulullah berulang kali. Diceritakan bahwa Nabi Zulkifli pernah memberikan 60 (enam puluh) dinar kepada seorang perempuan. Tiba-tiba perempuan tersebut menangis lantaran tidak pernah menerima uang sebanyak itu, akan tetapi dinar yang sebanyak itu masih kurang bila dibanding dengan kebutuhannya. Kemudian Nabi Zulkifli memberikan semua dinar yang ada di tangannya kepada perempuan tersebut.
            Selain Nabi Zulkifli, maka Umar bin Khattab pernah memanggul langsung sekarung gandum untuk diberikan kepada rakyatnya yang miskin karena mendapatkan seorang janda memasak batu untuk menidurkan anak-anaknya. Kemudian Umar juga tidak memberlakukan hukum potong tangan kepada pencuri pada musim paceklik karena yang bertanggung jawab dalam kondisi ini adalah pemimpin lantaran tidak mampu menyediakan pangan kepada rakyatnya.
            Kasus Nabi Zulkifli di atas plus kasus yang diperbuat oleh Umar bin Khattab menunjukkan betapa pentingnya tanggung jawab bagi seorang pemimpin. Tanggung jawab ini muncul karena mereka adalah orang-orang yang terbaik di kalangan rakyatnya dan juga sosok yang benarbenar pilihan dalam segala hal. Dan oleh karena itu, jika ingin mengharapkan pemimpin yang bertanggung jawab maka pilihlah sosok yang benar-benar memiliki kelebihan seperti sosok Nabi Zulkifli atau -paling tidak- seperti sosok Umar bin Khattab.
            Salah satu sosok pemimpin yang patut untuk diteladani dalam persoalan tanggung jawab ini adalah Nabi Zulkifli. Al-Hafizh Ibn Katsir dalam bukunya Qashash al-Anbiya menyebutkan, bahwa Nabi Zulkifli adalah sosok pemimpin yang paling bertanggung jawab dalam mengatasi kebutuhan umatnya. Selain itu Nabi Zulkifli juga senantiasa berlaku seadil-adilnya dalam menerapkan hukum di masyarakat. Oleh karena itulah maka beliau dinamai dengan Zulkifli yaitu “pemimpin yang berani memikul tanggung jawab.
Kedua ayat di atas menyebutkan bahwa dalam hal kesabaran, maka Nabi Zulkifli disejajarkan dengan Nabi Ismail dan Nabi Idris. Dan adapun dalam bidang kebaikan maka Nabi Zulkifli disejajarkan dengan Nabi Ismail dan Nabi Ilyas. Dengan demikian, munculnya sifat kepemimpinan yang bertanggung jawab pada diri Nabi Zulkifli adalah sebagai implementasi dari sifat sabar dan sifat baik yang dimilikinya.
Sifat sabar ini berkaitan dengan persoalan ketuhanan yaitu dengan melaksanakan ketaatan kepadaNya dan menjauhi hal-hal yang berkaitan dengan maksiat, demikian menurut al-Qurthubi. Implikasi dari sifat sabar yang semacam ini akan memudahkan pelakunya dalam menghadapi kasus-kasus yang terjadi di masyarakat. Hal ini disebabkan bahwa persoalan yang ada di masyarakat jauh lebih ruwet bila dibanding dengan persoalan ketuhanan, dan karenanya diperlukan semacam training sebelum terjun memimpin masyarakat.[10]
            Salah satu cerminan dari pemimpin yang bertanggung jawab adalah sabar dalam menghadapi tuntutan rakyat. Melalui sifat ini akan mudah baginya mencarikan solusi alternatif yang terbaik, bukan mencari-cari kesalahan dan kelemahan rakyat. Dengan demikian, maka pemimpin yang bertanggung jawab selalu menyalahkan dirinya dalam hal kegagalan, dan sama sekali tidak pernah menimpakan kegagalan tersebut karena ulah rakyatnya.
            Rasa tanggung jawab ini harus muncul dari seorang pemimpin, karena keberadaannya sebagai orang yang terbaik dan juga sebagai orang pilihan di antara rakyatnya, sehingga dirinya dianggap sosok yang paling tepat memikul tangung jawab.   Oleh karena itu, memilih sosok pemimpin yang seperti ini tidak boleh dilakukan secara serampangan akan tetapi harus dilakukan melakukan seleksi yang ketat. Akhir-akhir ini muncul kesan bahwa rakyat selalu dijadikan “kambing hitam” dari setiap kegagalan pemimpin. Bahkan ketika bencana menimpa sebagian negeri ini, maka yang disalahkan adalah rakyat karena mereka berdomisili di daerah-daerah yang rawan bencana, atau dituduh membuang sampah sembarangan. Vonis yang seperti ini menunjukkan nihilnya rasa tanggung jawab pemimpin karena nilai-nilai kesabaran tidak ada dalam dirinya.[11]









            Pada intinya didalam ajaran islam,sifat-sifat pemimpin yang baik,yang berjuang sungguh-sungguh untuk kemajuan rakyatnya adalah harus memiliki sifat inti, yaitu:

1. S1DDIQ artinya jujur, benar, berintegritas tinggi dan terjaga dari kesalahan.

2. FATHONAH artinya jerdas, memiliki intelektualitas tinggi dan professional.

3. AMANAH artinya dapat dipercaya, memiliki legitimasi dan akuntabel.

4. TABLIGH artinya senantiasa menyammpaikan risalah kebenaran, tidak pernah menyembunyikan apa yang wajib disampaikan, dan komunikatif.[12]























BAB 3
PENUTUP


A.    KESIMPULAN
Kepimpinan ialah perlakuan seseorang yang boleh menggerakkan orang lain untuk berfikir, merasa, bertindak dengan cara-cara tertentu. Dalam hal ini seorang pemimpin harus mengetahui keperluan dan motif orang-orang yang berkerja dengannya dan harus menitikberatkan pencapaian matlamat kumpulan. Dia juga harus berjaya mengekalkan kekuatan yang ada pada kumpulannya untuk menyelesaikan kepimpinannya hanya melalui penglibatannya dalam kumpulan. Dalam kumpulan pula kekerapan interaksi bersama kakitangan membolehkan keberkesanan kepimpinannya. Kalau seorang pemimpin sentiasa “bersembunyi” dalam biliknya dan tidak mempunyai masa untuk berinteraksi dengan kakitangannya, maka kepimpinannya kurang berkesan.
Kepimpinan bukan bergantung sepenuhnya kepada jawatan. Status jawatan yang disandang hanya satu daripada punca potensi kepimpinan. Kejayaan kepimpinan adalah fungsi kedua-dua kuasa; secara formal melalui jawatan dan secara tidak formal yang bukan kerana jawatan, iaitu penerimaan orang-orang bawahan .
Pemimpin yang bertanggung jawab tidak akan pernah muncul dengan sendirinya kecuali setelah lulus dalam meresponi perintahperintah Tuhan. Tanggung jawab yang dimiliki oleh Nabi Zulkifli dalam tataran ini bukanlah datang dengan sendirinya, akan tetapi sifat ini muncul setelah melalui beberapa tahapan.
Pada intinya didalam ajaran islam,sifat-sifat pemimpin yang baik,yang berjuang sungguh-sungguh untuk kemajuan rakyatnya adalah harus memiliki sifat inti, yaitu:

1. S1DDIQ artinya jujur, benar, berintegritas tinggi dan terjaga dari kesalahan.

2. FATHONAH artinya jerdas, memiliki intelektualitas tinggi dan professional.

3. AMANAH artinya dapat dipercaya, memiliki legitimasi dan akuntabel.

4. TABLIGH artinya senantiasa menyammpaikan risalah kebenaran, tidak pernah menyembunyikan apa yang wajib disampaikan, dan komunikatif.





DAFTAR PUSTAKA

·      Drs. Moekjat, Prinsip- Prinsip Admnstrasi Managemen dan Kepemimpinan,Alumni, Bandung: 1980.

·         http://Kriteria Pemimpin yang Baik.html  

·         http://Sifat Rosul.html
·         Prof Dr. Teunku Muhammad Habsy  ash-Shddqiey,Sejarah dan Pengetahuan ilmu Hadits,Semarang: PT Pustaka Rizki Putra,2011.

·         YW. Sunindhia, S.H dan Dra. Ninik Widiyanti, Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993.





[1]  Prof Dr. Teunku Muhammad Habsy  ash-Shddqiey,Sejarah dan Pengetahuan ilmu Hadits,Semarang: PT Pustaka Rizki Putra,2011, hal. 253
[2] http://bografi Imam Muslim.html  

[4]  Dr. Bukhar Zainun. Peran Tenaga Kerja Dalam Profosonil Management, 1970, hal. 70-71
[5]  YW. Sinindhia, S.H dan Dra. Ninik Widiyanti, Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993. Hal. 129-130
[7] YW. Sunindhia, S.H dan Dra. Ninik Widiyanit, Kepemimipnan dalam Masyarakat Modern, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993. Hal. 54-56
[8] http://Kriteria Pemimpin yang Baik.html  
[9] YW. Sunindhia, S.H dan Dra. Ninik Widiyanti, Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993. Hal. 57
[10]  Bd. 160
[11] Drs. Moekjat, Prinsip- Prinsip Admnstrasi Managemen dan Kepemimpinan,Alumni, Bandung: 1980. Hal. 214
[12]  http://Sifat Rosul.html

23 komentar:

  1. begitu besar yaa..tanggung jawab seorang pemimpin.

    menurut mbak Arum..bagaimana cara kita agar tidak terjerumus pada penawaran2 yang menyesatkan kepemimpinan kita,,..???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya, agar kita tidak terjerumus dengan penawaran-penawaran kepemimpinan kita adalah sebaiknya kita memperbaiki diri kita sendiri dan melakukan kewajiban kita sendiri untuk keluarga, masyarakat sekeliling kita, maupun pada Allah, juga pada idi sendiri.
      Janagan menilai buruk seseorang karena keburukan itu juga ada pada diri kita sendiri.

      Hapus
  2. nur aini
    2021110263
    F

    melihat kriteria-kriteria yang ada, sepertinya jika itu semua diterapkan di Indonesia ataupun di sekitar kita maka semua rakyat mungkin akan damai tentram dan sejahtera..tapi sayangnya sepertinya hal itu sangat jauh dengan dengan yang kita inginkan..menurut anda, bagaimana sikap kita swbagai generasi muda terhadap para pemimpin yang jauh dari kriteria dan sudah terlanjur terpilih agar bisa menjadi pemimpin yang baik dan mendekati kriteria yang ada? thanx,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yng sudah terlanjur biarlah terlanjur. Sebaiknya kita memperbaiki semua itu mulai dari diri kita sendiri. Krena jika semua generasi muda sekarang berfikiran seperti itu, maka akan mengasah kepribadian yang baik yang bisa menempatkan dengan baik antara kewajiban dan hak.
      Sehingga bisa menggantikan kepemimpinan selanjutya yang baik yang bisa memperjuangkan rakyat dengan tepat dan benar.

      Hapus
  3. caranya menanamkan rasa ikhlas, semangat dan senantiasa berjuang untuk sesama sbagai seorang pemimpin itu bagaimna?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ikhlas itu memang tidak bisa di pikirkan dan tidak ada ilmunya. Maka dari itu segala kita melakukan sesuatu mulailah dengan niatan yang baik. Karena niat yang baik akan membuahkan hasil yang baik pula.
      Maka seorang pemimpin agar tidak terbebani akan tanggung jawabnya untuk rakyat, maka niat awal memimpin suatu daerah/negara adalah sepenuhnya untuk memajukan rakyat dan menolong rakyat bukan karena gaji yang segudang dan bisa diperalat untuk mengkorupsikannya.

      Hapus
  4. eni marfuah
    2021110238

    kita sebagai penerus bangsa,kira2 apa yang harus dilakukan agar kepemimpinan sekarang dan yang akan datang bisa seperti dulu (pada masa rosul),karna pada kenyataannya kepemimpinan sekarang jauh dari karakteria yang anda sebutkan?....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya kita sebagai generasi muda. Untuk menciptakan seorang pemimpin seperti Rosullullah adalah jangan mementingkan kantong sendiri dan juga jangan memikirkan uang/ gaji yag akan di dapatka. Melainkan niat karena ingin spenuhnya menjalankan kewajiban untuk berjuang untuk rakyat dan untuk membawa rakyat untuk maju. Terutama adalah mempertebal keimanan agar tidak tergoda dengan KORUPSI.

      Hapus
  5. Heni Maysaroh
    2021110280
    F

    hallo jeenk___ how are u__ gmna nie kabar,, udah senam pepsodent belum,, jenk q meh nanya nie,, ehm__ Menurutmu kalimat "berjuang untuk rakyat" lebih baik mengutamakan dari segi materi atau dari segi kemanusiaan (moral) ya ??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau menurut saya memenuhi keduanya. Karena segi materi juga penting untuk kelangsungan dan kesejahteraan rakyatnya, dan juga segi kemanusiaan yang menjadi pondasi utama untuk melakukan kelangsungan hidup yang baik, komunikasi antar sesama, komunikasi dengan Allah, dan juga untuk kesejahteraan bersama.

      Hapus
  6. Arif stiawan
    2021110270

    "Berfikir dan Berjuang Sungguh-sungguh Untuk Rakyat”
    memang itulah janjikan para calon pejabat dikala berorasi alias kampanya.
    tp kenyataannya, semua demie PERUT & DIBAWAH PERUT mereka sendiri.

    mlihat kondisi pemerintahan kita seperti ini, menurut pemakalah, apa yg harus kita lakukan sbg gnerasi muda penerus bangsa yg menjunjung tinggi nilai islam...?

    terima kasih, kasih diterima

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya, kita sebagai generasi muda..Janganlah mudah untuk mengumbar janji. Jika belum siap untuk menjadi seorang pemimpin yang begitu besar tanggung jawabnya, sebaiknya jangan menjadi seorang pemimpin sebuah negara. Lebih baik memimpin diri sendiri yang benar terlebih dahulu dan menjalankan tanggung jawab yang ada pada diri sendiri terlebih dahulu dan tanggung jawabnya terhadap Allah.
      Memang tidak ada manusia yang sempurna. Akan tetapi alangkah baiknya kita mengaca diri kita masih banyakkah dosa dan kewajiabn kita terhadap Allah yang tertinggalkan.
      Karena janji adalah hutang.Yang namanya hutang harus tetap di bayar. ika belum terbayar, maka akan membayarnya nanti di yaumul hisab yang membayarnya dengan amalan yang kita punya.
      Apabila amalan baik kita sedikit,,yaaaa berarti NEBOK..
      TERIMAKASIH

      Hapus
    2. dikatakan "sebaiknya jangan menjadi seorang pemimpin sebuah negara."
      kan jadi pejabat pemerintah, apalagi pemimpin negara gajinya gde mbak. kalo semua enggan jadi pemimpin negara, lantas ga ada pemimpinnya donk, terus siapa yg layak dijadikan pemimpin?

      Hapus
    3. makanya saya bilang perbaiki diri sendiri terlebih dahulu untuk layak menjadi pemimpin yang bisa mempertanggung jawabkan fi dunya wal akhiroh.

      Hapus
  7. Syaiful Islam
    2021110250

    “Berfikir dan Berjuang Sungguh-sungguh Untuk Rakyat”
    Seorang pemimpin itu harus memperjuangkan rakyatnya seperti apa?
    Apakah semua keinginan rakyat harus dituruti? atau mengorbankan kepentingan rakyat untuk kepentingan pemerintahan?
    Maafin Marwan ya...!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berfikir dan berjuang bersungguh-sungguh untuk rakyat yaitu yang pali penting seirang pemimpin harus mempunyai/mencontoh sifat-sifat Rosul dan berpegang teguh pada alqur'an dan assunnah dengan baik.
      Tidak harus semua keinginan rakyat semuanya terpenuhi, akan tetapi menyelesaikan masalah-maslah yang ada di masyarakat yang sangat berpengaruh pada kesejahteraan rakyatnya.
      Misalnya saja pada sekarang ini pemerintah akan menaikkan harga BBM. Menaikkan harga BBM itu akan semakin mencekik ekonomi kalangan masyarakat menengah kebawah. Sebaiknya pemerintah tidak menaikkannya, kerena hal itu termasuk memperingan ekonomi masyarakatnya yang kurang mampu yang itu termasuk memenuhi keinginan rakyat secara inti.

      Hapus
  8. DWI KARTIKA SARI
    2021110251
    F
    bagaimana tanggapan anda terhadap sikap kepemimpinan yang hanya mengobral janji-janji belaka.seperti di negara kita sendiri?sehingga rakyatlah yang menjadi korban ..
    thank dolllllllllllllll............

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pada halnya "Janji adalah hutang"
      Makaapabila seorang pemimpin yang hanya mengobral janji berarti dia mempunyai hutang kepada selurh masyarakatnya,dan apabila itu belum dilakukannya, berarti dia membawa hutang sampai di alam kuburnya. Dan pastinya akan di pertanggungjawabkan di yaumul qiyamah nanti yakni pada yaumul hisab.
      Pada hakikatnya biarlah pemimpin berjanji, di laksanakan dengan baik janjinya itu ya ALHAMDULILLAH, dan papabila di ingkarinya ya INNALILLAH,,
      Lebih baik kita memangun dan memperbaiki diri kita sendiri terlebih dahulu. Karena kita semua juga termasuk seorang pemimpin.

      Hapus
  9. Yeni nur khasanah
    2021110266
    F

    Hay alum......
    bagaimana memperjuangkan hak-hak rakyat yang semakin kesini semakin tertindas???
    satu lagi ya alum....menurut anda apakah lurah di desa anda sudah berfikir dan berjuang untuk masyarakatnya??
    thank you verry much...........

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk memperjuangkan rakyat agar tidak semakin tertindas ialah memberikan hak-hakrakyat yang sesuai dengan ynag dibutuhkan rakyat itu sendiri. Pada realita sekarang ialah yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin. Karena ulah rakyat golongan atas yang tidak mau membayar pajak dan rakyat miskin yang selalu di kejar-kejar pajak padahal pemasukan ekonomisnya rendah.
      Kewajiban pemerintah sebaiknya memberikan fasilitas pendidikan, pekerjaan secara luas untuk masyarakat yang kurang mampu.

      Kalau di daerah sekitar saya, saya aku memang masih belum sempurna seorang lurah memenuhi kewajibannya. Lebih banyak memikirkan isi kantongnya sendiri dari pada kepentingan dak keadaan masyarakatnya. Misalnya saja masih banyak warganya yang pengannguran, dan fasilitas jalan yang belum sempurna/ masih banyak jalan yang rusak yang tidak diperbaiki.

      TERIMAKASIH...

      Hapus
  10. Hartini
    2021110237

    Dalam makalah anda,, dituliskan bahwa,,
    Pada intinya didalam ajaran islam,sifat-sifat pemimpin yang baik,yang berjuang sungguh-sungguh untuk kemajuan rakyatnya adalah harus memiliki sifat inti, yaitu:

    1. S1DDIQ artinya jujur, benar, berintegritas tinggi dan terjaga dari kesalahan.

    2. FATHONAH artinya jerdas, memiliki intelektualitas tinggi dan professional.

    3. AMANAH artinya dapat dipercaya, memiliki legitimasi dan akuntabel.

    4. TABLIGH artinya senantiasa menyammpaikan risalah kebenaran, tidak pernah menyembunyikan apa yang wajib disampaikan, dan komunikatif.

    menurut anda,, apakah pemimpin dinegeri kita ini sudah mempunyai sifat-sifat yg demikian ?
    lalu bagaimana cara kita mengahadapi pemimpin yg tidak memiliki sifat-sifat demikian ?

    BalasHapus
  11. Menurut aya, di negeri kita ini belum memiliki semua dari kriteria pemimpin yang baik yang sesuai dengan sifat rosul tersebut. Karena manuia yang sempurna hanyalah Rosulullah,saw saja.
    Cara menghadapi pemimpin yang tidak mempunyai sifat-sifat tersebut adalah pertamaperwakilan rakyat untuk mendemo dengan baik-baik untuk mengkritik sikapnya, dan apabila tidak manjur juga semuanya di mulai perbaikan diri untuk menciptakan ifat-sifat seperti rosul adalah dari diri kita sendiri terlebih dahulu karena untuk menciptakan generasi penerus yang baik.

    BalasHapus
  12. dadang irwanto
    2021110256

    pertahankan nasib rakyat...
    bagaimana opini anda terkait pemerintah yang harus mempertahankan hak-hak rakyat?

    BalasHapus