civic ta3 : identitas - word
civic ta3 : identitas - ppt
civic ta3 : identitas - ppt
MAKALAH
IDENTITAS
NASIONAL DAN GLOBALISASI
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Civic Education
Dosen Pengampu: Ghufron Dimyati, M.SI
Oleh Kelompok 4:
1.
Fika Rofianah
2.
Misronah
3.
Nur Khikmah
4.
Robi’ah
5.
Syibawaihi
Jurusan
Tarbiyah
Semester I
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM KI AGENG PEKALONGAN
( STIKAP )
Tahun
Ajaran 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
Identitas suatu bangsa adalah ciri-ciri
khas yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan dari bangsa lain. Salah satu
Identitas bangsa Indonesia adalah ia dikenal sebagai sebuah bangsa yang
majemuk. Kemajemukan Indonesia dapat dilihat dari sisi sejarah, kebudayaan,
suku bangsa agama dan bahasa.
Masuknya globalisasi yaitu suatu
perubahan sosial semakin bertambahnya keterkaitan masyarakat dengan
faktor-faktor yang terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi
modern dalam kehidupan berbangsaa dan bernegara adalah konsekuensi yang harus
kita sikapi secara bijak. Kita harus cermat dan selalu waspada dalam menyikapi
arus globalisasi dengan menggunakan pancasila sebagai Identitas Nasional,
mengambil segi positif dan mengantisipasi segi negatifnya.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Hakikat dan Dimensi Identitas Nasional
·
Secara
harfiah identitas adalah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada
sesuatu atau seseorang yang membedakannya dengan yang lain. Apa saja, baik fisik
maupun non-fisik, bisa dijadikan identitas sepanjang ia bisa menjelaskan
sesuatu, seseorang, kelompok atau suatu bangsa.
·
Secara
teoritis, seperti dikatakan Koento Wibisono, pengertian identitas pada
hakekatnya merupakan “manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang
dalam aspek kehidupam suatu bangsa dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri
yang khas tersebut maka suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dikehidupannya”.
·
Dengan
ungkapan lain, Identitas Nasional adalah sesuatu yang selalu berubah dan
terbuka untuk diberi makna baru agar tetap sesuai dengan tuntutan zaman.
·
Dengan
demikian identitas nasional suatu bangsa adalah ciri-ciri khas yang dimiliki
suatu bangsa yang membedakannya dari bangsa lainnya. Namun demikian, proses
pembentukan identitas nasional bukan merupakan sesuatu yang sudah selesai,
tetapi sesuatu yang terbuka dan terus berkembang mengikuti perkembangan zaman.
Secara umum terdapat beberapa dimensi yang
menjelaskan kekhasan suatu bangsa.
Beberapa dimensi
dalam identitas nasional antara lain :
1. Pola perilaku, adalah gambaran pola
perilaku yang terwujud dalam kehidupan sehari-sehari, misalnya: adat istiadat
dan budaya, (kebiasaan, ramah tamah, hormat kepada orang tua dan gotong
royong).
2. Lambang-lambang, adalah sesuatu yang
menggambarkan tujuan dan fungsi negara. Lambang-lambang ini biasanya dinyatakan
dalam undang-undang, misalnya : bendera, bahasa, dan lagu kebangsaaan.
3. Alat-alat perlengkapan, adalah sejumlah
perangkat atau alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan
berupa bangunan, peralatan dan teknologi, misalnya : bangunan candi, masjid, gereja,
peralatan manusia seperti pakaian adat, dan teknologi seperti kapal laut,
pesawat terbang dan lainnya.
4. Tujuan yang ingin dicapai, identitas
yang bersumber dari tujuan ini bersifat dinamis dan tidak tetap seperti :
budaya unggul, prestasi dalam tertentu.
1.2 Unsur-unsur Pembentukan Identitas Nasional
1.
Sejarah
Semangat
juang bangsa indonesia dalam mengusir penjajah menurut banyak kalangan telah
menjadi ciri khas tersendiri bagi bangsa indonesia yang kemudian menjadi salah
satu unsur pembentuk identitas nasional indonesia.
2. Kebudayaan
Aspek
kebudayaan yang menjadi pembentuk identitas nasional meliputi tiga unsur
meliputi : akal budi, peradaban, dan pengetahuan.
3. Suku bangsa
Kemajemukan
merupakan identitas lain bangsa indonesia yang harus terus dikembangkan dan
dibudayakan. Kemajemukan alamiah bangsa Indonesia dapat dilihat pada keberadaan
lebih dari 300 kelompok suku, beragam bahasa, budaya dan keyakinan yang
mendiami kepulauan Nusantara.
4. Agama
Keanekaragaman
agama merupakan identitas lain dari kemajemukan alamiah indonesia. Dengan kata
lain, keragaman agama dan keyakinan di indonesia tidak hanya dijamin oleh
konstitusi negara, tetapi juga merupakan suatu rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang
harus tetap dipelihara dan disyukuri bangsa indonesia. Menyukuri nikmat kemajemukan
pemberian Allah dapat dilakukan dengan salah satunya, sikap dan tindakan untuk
tidak memaksakan keyakinan dan tradisi suatu agama, baik mayoritas maupun
minoritas, atas kelompok lainnya.
5. Bahasa
Bahasa
adalah salah satu atribut identitas nasional indonesia. Sekalipun indonesia
memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa indonesia sebagai bahasa
penghubung berbagai kelompok etnis yang mendiami kepulauan nusantara memberikan
nilai identitas tersendiri bagi bangsa indonesia.
1.3 Pancasila: Nilai Bersama dalam
Kehidupan Kebangsaan dan Kenegaraan
Tidak pernah ada
suatu bangsa hidup terpisah dari akar tradisinya sebagaimana tidak ada pula
suatu bangsa yang hidup tanpa pengaruh dari luar. Bangsa yang besar adalah
bangsa yang hidup dengan kelenturan budayanya untuk mengadaptasi unsur-unsur
luar yang dianggap baik dan dapat memperkaya nilai-nilai lokal. Ketidakmampuan
beradaptasi dengan budaya luar acapkali menempatkan bangsa tersebut kedalam
kisaran kehilangan identitas namun tidak pula berhasil hidup dengan identitas
barunya yang diadopsi dari luar.
Searah dengan
pandangan ini, indonesia seyogyanya hidup mengakar pada tradisinya sendiri
namun tetap kreatif dengan mengadopsi segala kebaikan luar untuk memperkuat dan
memperkaya bangunan peradabannya. Dalam konteks ini, sebagai produk kebudayaan
bangsa indonesia, pancasila dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk mengukuhkan
keuniversalan pandangan hidup bangsa indonesia dan kelenturannya dengan
perkembangan zaman.
Pancasila adalah
capaian demokrasi paling penting yang dihasilkan oleh para pendiri bangsa
indonesia. Pancasila tidak lain merupakan sebuah konsensus nasional bangsa
indonesia yang majemuk. Kemajemukan pancasila dapat dilihat pada kelima
silanya. Kelima sila pancasila tersebut pada dasarnya mewakili beragam
pandangan dan kelompok dominan di indonesia pada paruh pertama abad ke-20.
Sebagai sebuah konsensus
nasional, pancasila merupakan sebuah pandangan hidup indonesia yang terbuka dan
bersifat dinamis. Sifat keterbukaan pancasila dapat di lihat pada muatan
pancasila yang merupakan perpaduan antara nilai-nilai ke-Indonesiaan yang
majemuk dan nilai-nilai yang bersifat universal. Universalitas pancasila dapat
dilihat pada semangat ketuhanan (sila pertama), kemanusiaan, keadilan dan
keadaban (sila kedua), dan keadilan sosial (sila kelima), dan sekaligus keindonesiaan
(persatuan indonesia) serta semangat gotong royong (sila keempat).
Pandangan yang
mempertentangkan pancasila dengan demokrasi tidak lepas dari
penyimpangan-penyimpangan politik atas pancasila yang di lakukan oleh kekuasaan
sebelumnya yaitu orde lama dan orde baru. Sepanjang sejarah Orde Baru,
pancasila telah di jadikan alat untuk membungkam suara kedaulatan rakyat dengan
atas nama pembangunan nasional. Orde Baru juga telah melakukan penyeragaman
tafsir atas pancasila yang di sebarluaskan melalui penataraan dan pendidikan di
sekolah dan perguruan tinggi. Ironisnya, pada saat yang sama Orde Baru
melakukan tindakan-tindakan yang sama sekali bertentangan dengan nilai-nilai
luhur pancasila. Tindakan represif, korupsi, kolusi, nepotisme dan
penyalahgunaan hukum di kalangan pejabat pemerintahan adalah diantara sekian
banyak penyalahgunaan pancasila yang dilakukan oleh penguasa Orde Baru. Dampak
langsung dari manipulasi atas dasar negara pancasila, khususnya yang dilakukan
oleh Orde Baru, adalah lahirnya sikap antipati ( phobia ) atas pancasila.
Seiring dengan
lengsernya Orde Baru telah melahirkan sikap dan pandangan baru dikalangan warga
negara Indonesia atas dasar negara pancasila. Tuntutan demokrasi dan penegakkan
HAM yang di suarakan oleh kalangan tokoh reformasi berdampak pada sikap dan
pandangan mempertentangkan pancasila dan demokrasi. Pancasila dinilai sebagai
simbol ketidakadilan, pelanggaran HAM, dan penyelewengan kekuasaan Orde Baru.
Sementara demokrasi sesungguhnya identik dengan keadilan, persamaan,
penghormatan terhadap HAM, dan taat hukum. Akibat penyalahgunaan pancasila oleh
Orde Baru, pancasila yang seyogyanya dapat kembali menjadi “ perekat “ komponen bangsa yang heterogen
yang tercerai berai, telah diidentikan oleh banyak kalangan dengan kekuasaan
Orde Baru itu sendiri.
Sebagai sebuah
karya luhur anak bangsa, pancasila selayaknya di tempatkan secara terhormat
dalam khazanah kehidupan berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia. Posisinya
sebagai panduan nilai dan pedoman bersama untuk mewujudkan tujuan atau kesejahteraan
bersama bangsa Indonesia, pancasila tidak bisa digantikan oleh
pandangan-pandangan sektarian manapun, yang berpotensi mengancam keutuhan Indonesia
sebagai sebuah bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1.4 Revitalisasi Pancasila dalam
Konteks Perubahan Sosial-Politik Indonesia Modern
Gelombang
demokrasi dalam bentuk tuntutan reformasi di negara-negara tidak demokrasi,
termasuk Indonesia, menjadi ancaman bagi eksistensi ideologi nasional seperti
pancasila. Tiga faktor yang membuat pancasila semakin sulit dan marjinal dalam
perkembangannya saat ini.
1.
Pancasila
terlanjur tercemar karena kebijakan rezim Soeharto yang menjadikan pancasila
sebagai alat politik untuk mempertahankan status quo kekuasaannya.
2. Liberalisasi politik dengan penghapusan
ketentuan yang ditetapkan Presiden BJ Habibi tentang pancasila sebagai
satu-satunya asas setiap organisasi.
3. Desentralisasi dan otonomisasi daerah
yang sedikit banyak mendorong penguatan sentimen kedaerahan.
Dalam
proses ini, pancasila baik sengaja maupun akibat langsung dari proses
desentralisasi akan makin kehilangan posisi sentralnya.
Mempertimbangkan
posisi krusial pancasila diatas, maka perlu dilakukan revitalisasi makna,
peran, dan posisi pancasila bagi masa depan Indonesia sebagai negara modern.
Perlunya revitalisasi pancasila karena didasari keyakinan bahwa pancasila
merupakan simpul nasional yang paling tepat bagi Indonesia yang majemuk. Lebih
jauh Azra menyatakan bahwa pancasila telah terbukti sebagai common platform
ideologi negara-negara Indonesia yang paling feasible dan sebab itu lebih
viable bagi kehidupan bangsa hari ini dan masa depan.
Karena posisi pancasila yang krusial seperti
ini, tegas Azra, maka sangat mendesak untuk dilakukan rehabilitasi dan
rejuvenasi pancasila. Lebih lanjut Azra menjelaskan, rejuvenasi pancasila dapat
dimulai dengan menjadikan pancasila sebagai publik discourse (wacana
publik). Dengan menjadi wacana publik sekaligus dapat dilakukan reassessment,
penilaian kembali atas pemaknaan pancasila selama ini, untuk kemudian menghasilkan
pemikiran dan pemaknaan baru. Dengan demikian, menjadikan pancasila sebagai
wacana publik merupakan tahap awal krusial untuk pengembangan kembali pancasila
sebagai ideologi terbuka yang dapat dimaknai secara terus menerus sehingga tetap
relevan dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia.
1.5 Globalisasi, Glokalisasi, dan
ketahanan nasional
a.
Hakikat Globalisasi
§ Secara umum Globalisasi adalah suatu
perubahan sosial dalam bentuk semakin
bertambahnya keterkaitan antara masyarakat dengan faktor-faktor yang terjadi
akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi modern.
§ Istilah globalisasi dapat diterapkan
dalam berbagai konteks sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya. Globalisasi merupakan fenomena berwajah majemuk,
seperti diuraikan Schollte (2000),sebagaimana dikutip oleh Sugeng Bahagijo dan
Darmawan Triwibowo, bahwa globalisasi sering diidentikan dengan :
1.
Internasionalisai
Hubungan
antar negara, meluasnya arus perdagangan dan penanaman modal.
2.
Liberalisasi
Pencabutan
pembatasan-pembatasan pemerintah untuk membuka ekonomi tanpa pagar dalam
hambatan perdagangan, pembatasan keluar masuk mata uang, kendali devisa dan
ijin masuk suatu negara (visa).
3.
Universalisasi
Ragam hidup
seperti Mc. Donald, kendaraan di seluruh pelosok penjuru dunia.
4.
Westernisasi
Ragam hidup
model budaya barat
5.
De-Teritorialisasi
Perubahan-perubahn
geografis sehingga ruang social dalam perbatasan, tempat dan distance menjadi
berubah
§ Menurut B. Herry-priyono, ada tiga lapis
definisi globalisasi.
Lapis pertama,
Globalisasi sebagai transformasi kondisi spasial-temporal kehidupan. Hidup yang
kita alami mengandaikan ruang dan waktu. Namun fakta itu juga berarti jika
terjadi perubahan dalam pengelolaan tata ruang-waktu, terjadi pula transformasi
pengorganisasian hidup.
Ahli geografi,
David Harvey, menyebutnya sebagai gejala “ pemadatan ruang-waktu “, atau “ pengerutan dunia “. Sedangkan Anthony
Giddens mengartikan globalisasi sebagai “ aksi dari kejauhan “. Dengan kata
lain, pada lapis ini globalisasi menyangkut transformasi cara-cara kita
menghidupi ruang dan waktu. Globalisasi adalah perubahan kondisi
spasial-temporal kehidupan: ruang dan waktu tidak lagi dialami sebatas lingkup
suku atau negara bangsa, tetapi seluas bola dunia. Lapis kedua,
globalisasi sebagai transformasi lingkup cara pandang. Pada lapis ini
globalisasi menyangkut transformasi cara memandang, cara berfikir, cara merasa,
dan cara mendekati persoalan. Lapis ketiga, globalisasi sebagai modus
tindakan dan praktek. Inilah lapis arti globalisasi yang banyak ditampilkan
secara publik oleh para pelaku bisnis serta pejabat dan dalam citra dimedia .Dengan
demikian, peningkatan saling
keterkaitan antara seseorang atau satu bangsa dengan bangsa lainnya telah
menggiring dunia kearah pembentukan desa global( global village). Desa global merupakan
kenyataan sosial yang saling terpisah secara fisik tapi saling berhubungan dan
memengaruhi secara non fisik. Beberapa unsur penting yang terkait dengan
globalisasi adalah :
1.
Global
Space ( dunia maya)
Globalisasi
informasi ditunjukan dengan semakin pesatnya penggunaan media elektronik dalam
mengiring dan menerima informasi . Surat kabar, radio dan telefisi tidak lagi
merupakan sumber utama informasi;
kehadiran
internet telah memudahkan informasi dunia diterima oleh siapapun di penjuru
pelosok dunia.
2.
Beberapa
Kecenderungan Gelombang Globalisasi terhadap
Nasionalisme
Ada
beberapa kecenderungan dari gelombang globalisasi : pertama, bahwa salah
satu pengaruh yang sangat kuat dari globalisasi informasi adalah hilangnya
diferensiasi sosial dan dengan itu hirarki sosial menjadi tidak tepat lagi . kedua,
dengan adanya arus lalu lintas informasi yang sangat canggih pengawasan
terhadap akses informasi oleh lembaga sensor atau negara semakin berkurang . Ketiga, munculnya cyberspace
yang menerobos batas teritorial negara akan berdampak negara tidak lagi
memonopoli semua peraturan . Peralihan ini pada tingkat politik menunjukkan
peralihan dari government ke governance, dan peralihan dari sifat pengawasan
nasional yang sentralistik kepengawasan yang bersifat lokal dan otonom. Dengan
demikian, sentralisme negara tidak lagi efektif,dan hanya dapat ditolong oleh
desentralisasi inisiatif-inisiatif dalam kelompok masyarakat sendiri, baik
menyangkut organisasi pengawasan maupun pelaksanaan pengawasan . Keempat,
adanya suatu gelombang perubahan didalam konstelasi politik global.Kelima,
saling menguatnya hubungan antar negara yang berarti semakin kuatnya saling
ketergantungan . keenam, globalisasi menonjolkan pemain -pemain baru
didalam kehidupan masyarakat. Ketujuh, lahirnya berbagai isu baru
didalam agenda hubungan- hubungan internasional.
3. Tantangan Masa Depan dalam Gelombang
Globalisasi
Beberapa
yang menjadi tantangan besar dan bersama , mengutip pendapat Tilaar, yang
diakibatkan dari gelombang globalisasi adalah sebagai berikut:
1.
Program
melawan kemiskinan
2.
Memperjuangkan
dan Melaksanakan hak asasi manusia
3.
Menciptakan
dan memelihara tatanan dunia yang aman
4.
Perlu
diwujudkan tatanan ekonomi dan keuangan yang baru
5.
Melindungi
dan memelihara planet bumi sebagai stau – satunya tempat kehidupan bersama
manusia
6.
Kerjasama
regional perlu dikembnagkan dalam rangka kerjasama internasional
b.
Glokalisasi
Secara umum, glokalisasi adalah penyesuaian
produk global dengan karakter lokal. Ada
juga yang mengatakan bahwa glokalisasi adalah berfikir global namun bertindak
lokal. Menurut Eko Budiarjo, Guru Besar Universitas Diponegoro, Glokalisasi
berarti globalization with local flavour( globalisasi dengan cita rasa lokal) .
Dalam
wilayah budaya , glokalisasi dimaknai sebagai munculnya interpretasi produk –
produk global dalam konteks lokal yang dilakukan oleh masyarakat dalam berbagai
wilayah budaya.Interpretasi lokal masyarakat tersebut kemudian juga membuka
kemungkinan adanya pergeseran makna atas nilai budaya .
Salah
satu medium yang digunakan dalam proses globalisasi adalah bahasa. Bahasa mampu
mendekatkan emosi hingga produk global terasa lokal.
c.
Ketahanan Nasional dan Globalisasi
Ketahan
nasional adalah kondisi dinamik suatu bangsa yang berisi keuletan dan
ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan, baik yang datang
dari luar maupun dari dalam negeri. Dalam rangka ketahanan nasional, peluang
dan tantangan bangsa indonesia dalam era globalisasi dapat dijumpai dalam beberapa
bidang yang meliputi: bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial-budaya.
1.6 Multikulturalisme
Antara Nasionalisme dan Globalisasi
Multikulturalisme
pada dasarnya adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai
kesatuan tanpa mempedulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa ataupun
agama.
a.Pengertian
Multikulturalisme
Achmad
Fedyani Saifuddin menyatakan bahwa ada tiga cara pandang atau pemahaman orang
tentang multikulturalisme :
1.
Populer,
orang memahami multikulturalime dengan menunjuk hadirnya berbagai jenis
makanan. Seperti Mc. Donald, masakan padang, dsb. Atau
jenis-jenis kegiatan seperti karate, yudo, dan fashion yang berasal dari luar.
2.
Akademik,
khususnya antropologi multikulturalisme dipandang kontras dari pluralisme ,
karena pluralisme lebih merujuk pada hadirnya sejumlah kebudayaan yang
masing-masing identitas, ciri-ciri dan
sifat sendiri.
3.
Politis,
dipandang sebagai gejala meningkatnya kemajemukan kebudayaan.
Berbeda dengan konsep dan
perspektif masyarakat majemuk, konsep
multikulturalisme sangat menjunjung perbedaan bahkan menjaganya agar tetap
hidup dan berkembang secara dinamis. Karakter
masyarakat multikultural adalah toleran. Mereka hidup dalam semangat peaceful
co-exsistence, hidup berdampingan secara damai. Prinsip “ aku dapat bersatu
dengan engkau, tetapi antara kita berdua tetap ada jarak “ sangat kuat dalam
masyarakat multikultural. Untuk menjaga jarak sosial tersebut tetap kondusif
diperlukan jalinan komunikasi, dialog, dan toleransi yang kreatif.
b.Multikulturalisme
diantara Nasionalisme dan Globaliasasi
Dalam
sejarahnya, nasionalisme indonesia melalui beberapa tahap perkembangan: Tahap
pertama, ditandai
dengan tumbuhnya perasaan kebangsaan dan persamaan nasib yang diikuti dengan
perlawanan terhadap penjajahan baik sebelum maupun sesudah proklamasi
kemerdekaan .
Tahap kedua
adalah bentuk nasionalisme indonesia yang merupakan kelanjutan dari semangat
revolusioner pada masa perjuangan kemerdekaan, dengan peran pemimpin nasional
yang lebih besar .
Tahap ketiga
adalah nasionalisme persatuan dan kesatuan .
Tahap
keempat adalah nasionalisme kosmopolitan. Dengan bergabungnya
indonesia dalam sistem global internasional,
nasionalisme
indonesia yang dibangun adalah nasionalisme kosmopolitan yang melandaskan bahwa
indonesia sebagai bangsa tidak dapat menghindari dari bangsa lain, namun dengan
memiliki nasionalisme kultural keindonesiaan dengan memberikan kesempatan kepada
aktor-aktor didaerah secara langsung untuk menjadi aktor kosmopolit. Sudah saatnya
nasionalisme yang kehilangan akar nilai-nilai kearifan lokal ini diredefinisi. Dengan kecenderungan
globalisasi atau menguatnya gerakan
kosmopolitanisme di dunia internasional, nasionalisme Indonesia akan menemukan
bentuk baru yang manusiawi. Nasionalisme
Indonesia yang
kosmopolit adalah nasionalisme yang disemangati oleh multikulturalisme .
Achmad Fedyani Saifuddin menyatakan ada lima hal
penting jika melihat hubungan antara pancasila dan multikulturalisme. Pertama, multikulturalisme adalah
pandangan kebudayaan yang berorientasi praktis yaitu yang menekankan perwujudan
ide menjadi tindakan. Kedua,
multikulturalisme harus grand strategy kemasa depan. Ketiga, dengan memosisikan multikulturalisme sebagai wujud
pancasila maka kebudayaan dijadikan sampiran atau embel-embel saja, atau
dijadikan kambing hitam jika terjadi pergolakan dimasyarakat, melainkan
dijadikan salah satu prioritas utama untuk membangun bangsa karena integrasi
bangsa bertumpu pada persoalan kebudayaan. Keempat,
kalau multikulturalisme didefinisikan sebagai “ sejumlah kebudayaan yang hidup
berdampingan, dan seyogyanya mengembangkan cara pandang yang mengakui dan
menghargai keberadaan kebudayaan satu sama lain” , maka secara empirik dapat dinyatakan apakah kriteria “saling menghargai” itu ada dalam masyarakat
yang bersangkutan. Dalam konteks empiris ini ditemukan bahwa pancasila
nampaknya kurang operasional untuk menjelaskan batas-batas kebudayaan. Akan
tetapi jika memosisikan pancasila sebagai cita-cita, maka persoalan metodologis
tersebut tidak akan mempersulit posisi pancasila. Kelima, perubahan dari cara berpikir pluralisme kemultikulturalisme dalam memandang pancasila adalah
perubahan kebudayaan yang menyangkut nilai-nilai dasar yang tidak mudah
diwujudkan. Diperlukan dua persyaratan, pertama
kita harus memiliki pemahaman yang mendalam mengenai model multikulturalisme
yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Kedua,
kebijakan itu harus berjangka panjang, konsisten, dan membutuhkan kondisi
politik yang mendukung(Achmad Fedyani Saifuddin,2006:142).
Dalam rangka untuk menjaga kohesi dan integrasi sosial yang harus dikembangkan adalah:
1. Ideologi dan tradisi lokal yang masih berfungsi harus dipelihara
2. Menjaga dan melaksanakan jaringan sosial yang masih berfungsi
3. Institusi-institusi lokal yang masih berfungsi dan adaptasi terhadap perubahan
haruslah dipertahankan.
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Berdasarkan
uraian pada pembahasan yang telah disampaikan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan bahwa menyikapi arus globalisasi harus dilakukan secara cerdas,
kritis dan bijaksana.
Sebagai
produk kebudayaan bangsa Indonesia, Pancasila dapat dijadikan sebagai titik
tolak untuk mengukuhkan keuniversalan pandangan hidup bangsa Indonesia dan
kelenturannya dengan perkembangan zaman.
2.2 Saran
Upaya membangun Indonesia yang multicultural hanya
mungkin dapat terwujud bila :
a.
Konsep multikulturalisme menyebarluas dan dipahami oleh masyarakat Indonesia, serta
adanya keinginan bangsa Indonesia pada tingkat nasional untuk mengadopsi dan
menjadikan sebagai pedoman.
b.
Kesamaan pemahaman diantara masyarakat mengenai makna multikulturalisme
dan bangunan konsep yang mendukungnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ubaedillah,A
dan Abdul Rozak.2006.Pendidikan
Kewarganegaraan.Indonesia Center
for Civic Education:Jakarta Selatan.
NAMA : MUHAMMAD EKO PRIYANTO
BalasHapusKELAS : TA 3
dulu timor timor adalah termasuk identitas negara indonesia tami sekarang sudah lolos dan mendirikan negara sendiri,,
apa sebab utama dari lolosnya timor timor? dan apa pencegahannya apabila ada daerah lain di indonesia yang akan mendirikan negara sendiri?
Nama : Moh. Aban Falahi
BalasHapusKelas: TA.3
sejarah Orde Baru, pancasila telah di jadikan alat untuk membungkam suara kedaulatan rakyat
melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur pancasila. Tindakan represif, korupsi, kolusi, nepotisme dan penyalahgunaan hukum di kalangan pejabat pemerintahan, diantara sekian banyak penyalahgunaan pancasila yang dilakukan oleh penguasa Orde Baru. Dampak langsung dari manipulasi atas dasar negara pancasila, adalah lahirnya sikap antipati ( phobia ) atas pancasila.
Nah, apa peran Pancasila dewasa ini mengingat banyak Petinggi-petinggi negara sendiri banyak yang melakukan Korupsi, Kolusi dan yang bertentangan dengan Nilai-nilai Pancasila.?
Apa kita akan kembali ke jaman orde baru lagi???
ihh,,jangan deh
Nama : Moh. Aban Falahi
BalasHapusKelas: TA.3
sejarah Orde Baru, pancasila telah di jadikan alat untuk membungkam suara kedaulatan rakyat
melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur pancasila. Tindakan represif, korupsi, kolusi, nepotisme dan penyalahgunaan hukum di kalangan pejabat pemerintahan, diantara sekian banyak penyalahgunaan pancasila yang dilakukan oleh penguasa Orde Baru. Dampak langsung dari manipulasi atas dasar negara pancasila, adalah lahirnya sikap antipati ( phobia ) atas pancasila.
Nah, apa peran Pancasila dewasa ini mengingat banyak Petinggi-petinggi negara sendiri banyak yang melakukan Korupsi, Kolusi dan yang bertentangan dengan Nilai-nilai Pancasila.?
Apa kita akan kembali ke jaman orde baru lagi???
ihh,,jangan deh
Nama : Iga Zulfia
BalasHapusKelas : TA3
Bagaimana caranya untuk membatasi diri kita dari pengaruh internet yang disebabkan adanya globalisasi???
dan apa dampak positif serta negatif dari globalisasi itu sendiri??
Nama:Maisaroh
BalasHapusKelas:TA3
Apa manfaat identitas nasional didalam suatu negara?