Laman

Selasa, 13 November 2012

sbm H10 : model pembelajaran pusat siswa

sbm H10 : model pembelajaran pusat siswa - word

sbm H10 : model pembelajaran pusat siswa - ppt






MAKALAH
MODEL PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA

Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliyah : Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu : Muhammad Ghufron, M.S.I











Disusun Oleh :
Ayu Hidayah               2021110342
Ainun Najib                 2021110343
Linda Puspitasari         2021110344
Dian Aklamliana          2021110345




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
Jurusan Tarbiyah PAI
2012
PENDAHULUAN
Paradigma pembelajaran dari “guru mengajar” ke “ siswa belajar” telah merubah wajah dunia pendidikan ke arah yang lebih maju dan lebih humanis. Pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher oriented) selalu menempatkan siswa pada obyek yang kurang menguntungkan. Siswa hanya mendengar dan menyimak secara seksama penjelasan guru dan untuk selanjutnya mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. Peran guru sebagai satu-satunya sumber sangat dominan. Hal ini tidak sepenuhnya salah, namun pada beberapa bagian tertentu hal tersebut dapat diperbaiki. Paradigma yang berkambang saat ini adalah siswa belajar (students oriented). Maksudnya, siswa dan aktivitas belajarnya ditempatkan pada posisi tertinggi sebagai hal utama yang harus difasilitasi, diskenario dan dilakukan guru. Konsekuensinya, guru lebih banyak menjadi fasilitator dan mediator. Dengan demikian, perlu adanya penataan yang lebih terprogram dan sistematis sehingga hasilnya optimal. Salah satu yang harus dilakukan adalah dengan mengaktifkan belajar siswa (active learning). Ketika belajar siswa aktif, siswa lebih banyak bekerja. Mereka mempergunakan otak mereka, belajar ide-ide baru, pemecahan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Lebih dari itu, belajar aktif menjadi penting sebab untuk belajar sesuatu, siswa perlu mendengar, melihat, bertanya, dan mendiskusikannya dengan yang lain.[1]






PEMBAHASAN
*   Pengertian Pembelajaran Berpusat pada Siswa
Pembelajaran berpusat pada peserta didik merupakan pembelajaran yang lebih berpusat pada kebutuhan, minat, bakat dan kemampuan peserta didik, sehingga pembelajaran akan menjadi sangat bermakna. Dengan pendekatan pembelajaran berpusat pada peserta didik menghasilkan peserta didik yang berkepribadian, pintar, cerdas, aktif, mandiri, tidak bergantung pada pengajar, melainkan mampu bersaing atau berkompetisi dan memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik.[2]

*   Model-Model Pembelajarannya
Dalam pembelajarana yang berpusat pada siswa, terdapat beberapa model pembelajarannya, yaitu :
A.    PEMBELAJARAN KOOPERATIF ( COOPERATIVE LEARNING )
1.      Landasan Pemikiran
Sekitar tahun 1960-an, belajar kompetitif dan individualistis  telah mendominasi pendidikan di Amerika Serikat. Siswa datang ke Sekolah untuk berkompetisi dan tekanan dari orang tua untuk  menjadi yang terbaik. Tentunya dengan tempat duduk yang terpisah di kelas.
Jika disusun dengan baik, belajar kompetitif dan individualistis  akan evektif dan cara memotivasi siswa untuk melakukan yang terbaik. Meskipun demikian, terdapat beberapa kelemahan pada belajar kompetitif dan individualistis.[3] Untuk menghindarinya dan agar siswa dapat membantu siswa yang lain untuk mencapai sukses, maka jalan keluarnya adalah dengan  belajar kooperatif.
Artzt dan Newman menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.
Bernaung dalam teori konstruktivis, pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen.[4] Tujuannya untuk memberi kesempatan pada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Tugasnya mencapai ketuntasan materi dari guru, dan membantu teman sekelompoknya mencapai ketuntasan belajar.
Selama belajar, siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa pertemuan. Mereka diajarkan keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan, berdiskusi, dan sebagainya. Belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi pelajaran.

2.      Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Johnson dan Johnson menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena bekerja dalam tim, dengan sendirinya dpat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.
Zamroni mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas social di kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.[5] Maka siswa akan mengambangkan keterampilan berhubungan dengan sesame manusiayang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Keterampilan social atau kooperatif berkembang secara signifikan dalam pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatihkan keterampilan kerja sama dan kolaborasi, dan juga keterampilan tanya jawab. dalam cooperative learning siswa berperan ganda, yaitu sebagai siswa atau sebagai guru. Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa lainnya.

3.      Unsur Penting, Prinsip Utama dan Ciri Pembelajaran Kooperatif
Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antar siswa
Kedua, interaksi antara siswa yang semakin meningkat.
Ketiga, tanggung jawab individu.                                   
Keempat, proses kelompok.                
Dan prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a.       Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya dan berpikir bahwa semua anggota kelompok memiliki tujuan yang sama.
b.      Dalam kelompok terdapat pembagian tugas secara merata dan dilakukan evaluasi setelahnya.
c.        Saling membagi kepemimpinan antar anggota kelompok untuk belajar bersama selama pembelajaran.
d.      Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas semua pekerjaan kelompok.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a.       Siswa dalam kelompok bekerja sama menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b.      Kelompok dibentuk secara heterogen.
c.       Penghargaan lebih diberikan kepada kelompok, bukan kepada individu.

4.      Efek-efek Cooperative Learning
Tiga macam hasil yang dicapai model pembelajaran ini:
a)      Efeknya pada perilaku kooperatif
Kebanyakan orang menjunjung tinggi perilaku kooperatif dan percaya bahwa perilaku itu merupakan tujuan penting bagi pendidikan. Misalnya dalam kegiatan ekstrakurikuler.
b)      Efeknya pada toleransi terhadap keanekaragaman
Dari hasil penelitian Johnson dan Johnson menunjukkan bahwa cooperative learning tidak hanya mempengaruhi toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap siswa-siswa dengan kebutuhan khusus, tetapi juga dapat mendukung tercapainya hubungan yang lebih baik diantara siswa-siswa dengan ras dan etnis yang beraekaragam.
c)      Efeknya pada prestasi akademik[6]

5.      Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan
Proses demokrasi dan pern aktif merupakan ciri yang khas dari lingkungan pembelajaran kooperatif. Agar pembelajaran kooperatif dapat berajalan sesuai dengan harapan, dan siswa dapat bekerja secara produktif dalam kelompok, siswa perlu diajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif, berfungsi untuk melancarkan peranan hubungan kerja dan tugas.
6.      Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
1.      Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
2.      Menyajikan informasi
3.      Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif
4.      Membimbing kelompok bekerja dan belajar
5.      Evaluasi
6.      Memberikan penghargaan

7.      Beberapa variasi dalam model Cooperative Learning
1.      Student Teams Achievement Division (STAD)
Slavin menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Guru nenyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Persiapan-persiapan yang dibutuhkan STAD, yaitu:
1.      Perangkat Pembelajaran
2.      Membentuk kelompok kooperatif
3.      Menentukan skor awal
4.      Pengaturan tempat duduk
5.      Kerja kelompok
2.      Tim Ahli (Jigsaw)
Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aroson dan teman-teman dari Universitas Texas dan diadopsi oleh Salvin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins.
Langkah-langkah pembelajaran jigsaw:
-          Siswa dibagi atas beberapa kelompok
-          Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub-bab.
-          Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
-          Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
-          Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.
-          Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
3.      Investigasi Kelompok
Dalm implementasi tipe investigasi kelompok, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 orang yang heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Lalu menyiapkan dan mempresentasikannya kepada seluruh kelas.
Langkah-langkah pelaksanaan model investigasi kelompok meliputi 6 fase, yaitu:
-          Memilih topik
-          Perencanaan Kooperatif
-          Implementasi
-          Analisis dan Sintesis
-          Presentasi Hasil Final
-          Evaluasi
4.      Think Pair Share (TPS)
Strategi TPS atau berpikir berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Langkah-langkah TPS:
-          Berpikir (Thinking)
-          Berpasangan (Pairing)
-          Berbagi (Sharing)


5.      Numbered Head Together (NHT)
Numbered Head Together (NHT) atau jenis penomoran berpikir bersama adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.
Langkah-langkah NHT:
-          Penomoran
-          Mengajukan pertanyaan
-          Berpikir bersama
-          Menjawab

8.      Karakteristik dan prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
1)   Karakteristik SPK
-          Pembelajaran secara tim
-          Didasarkan kepada menajemen kooperatif
-          Kemauan untuk bekerja sama
-          Keterampilan untuk bekerja sama
2)   Prinsip-prinsip SPK
-          Prinsip ketergantungan positif (Positive Independence)
-          Tanggung jawab perseorangan (Individual Accountability)
-          Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)
-          Partisipasi dan komunikasi (Partisipation Communication)

9.      Prosedur Pembelajaran Kooperatif
1)      Penjelasan materi
Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
2)      Belajar dalam kelompok
3)      Penilaian
Penilaian dalam SPK bisa dilakukan dengan tes atau tulis.
4)      Pengakuan Tim
Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim yang paing berprestasi untuk kemudian diberikan hadiah atau penghargaan.

10.  Keunggulan dan kelemahan SPK
Ø Keunggulan SPK:
1.      Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru.
2.      SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkap ide dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
3.      SPK dapat membantu anak untuk respek kepada orang lain.
4.      SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5.      SPK merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.
6.      Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri.
7.      Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan belajar abstrak menjadi nyata.
8.      Meningkatkan motivasi dan rangsangan untuk berpikir.

Ø Kelemahan SPK:
-          Butuh waktu lama untuk memahami filosofis SPK.
-          Ciri utama dari SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan.
-          Penilaian didasarkan pada hasil kerja kelompok.
Keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang cukup panjang.[7]

B.     PENGAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PROBLEM BASED INSTRUCTION)
1.      Pengertian
Istilah Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBM) diadopsi dari istilah inggris Problem Based Instruction (PBI). Model pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Dewasa ini model pembelajaran ini mulai diangkat, sebab ditinjau secara umum, pembelajran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan pada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inquiri. Menurut Dewey, belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan pada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan system syaraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif, sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.[8]
Pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis.
2.      Ciri Khusus Pengajaran Berdasarkan Masalah
a.       Pengajuan pertanyaan atau masalah
b.      Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
c.       Penyelidikan autentik
d.      Menghasilkan produk dan memamerkannya
e.       Kolaborasi

3.      Tujuan Pengajaran Berdasarkan Masalah
a.       Membantampilan berfikir siswa mengembangkan ketrampilan siswa bermasalah
-    PBI memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat kongkret, tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks. Dengan kata lain PBI melatih kapada peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi.
b.      Belajar peranan orang dewasa yang autentik
-    Model pembelajaran berdasarkan masalah amat penting untuk menjembatani gap antara pembelajaran formal di sekolah dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah.
c.       Menjadi pembelajar yang mandiri
-    Dengan bimbingan guru secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka menagjukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri dalam hidupnya kelak.

4.   Manfaat Pengajaran Berdasarkan Masalah
Menurut sudjana manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah.tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tapi dari masalah yang ada di sekitar.selain manfaat, model pengajaran berdasarkan masalahnya memiliki kelebihan dan kekurangan
Kelebihan PBM sebagai model pengajaran adalah sebagai berikit :
1.      Realistic dengan kehidupan siswa
2.      Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
3.      Memupuik sifat inquiri siswa
4.      Retensi konsep jadi kuat, dan
5.      Memupuk kemampuan problem solving
Selain kelebihan tersebut, PBM juga memiliki beberapa kekurangan antara lain :
1.      Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep)
2.      Sulitnya mencari problem yang relevan
3.      Sering terjadi miss-konsepsi
4.      Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan.
5.      Pelaksanaan Pengajaran Berdasarkan Masalah
1.      Tugas-tugas Perencanaan
a.       Penetapan tujuan
b.      Merancang situasi masalah
c.       Organisasi sumber daya dan rencana logistic
2.      Tugas interaktif
a.       Orientasi Siswa pada Masalah
b.      Mengorganisasikan Siswa untuk belajar
c.       Membantu Penyelidikan mandiri dan kelompok
3.      Linkungan Belajar dan Tugas-tugas Manajemen
4.      Assesment dan Evaluasi























PENUTUP

Pembelajaran yang berpusat pada siswa memang memusatkan perhatian dalam pembelajaran hanya kepada siswa. Guru sebagai pendamping dalam model pembelajaran ini. Dan model pembelajaran yang berpusat pada siswa ini memiliki dua jenis model, yaitu :
1.    Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning )
Cooperative learning merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Cooperative learning disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dalam pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi, dalam cooperative learning siswa berperan ganda, yaitu sebagai siswa atau sebagai guru.
2.    Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)
Adapun Ciri Khusus Pengajaran Berdasarkan Masalah:
a.       Pengajuan pertanyaan atau masalah
b.      Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
c.       Penyelidikan autentik
d.      Menghasilkan produk dan memamerkannya
e.       Kolaborasi





DAFTAR PUSTAKA
Munir. 2008. Kurikulum Berbasis TIK. Bandung : Alfabeta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatis-Progresif : Konsep,  Lndasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Zaenal Mustakim. 2011. Strategi dan Metode Pembelajaran . Pekalongan: STAIN Press.





[1] http://aguspurwantoko.blogspot.com/
[2] Munir, Kurikulum Berbasis TIK, (Bandung : Alfabeta, 2008), hal. 80,81
[3] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatis-Progresif : Konsep, Lndasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009), hal. 55
[4] Trianto, Ibid, hal. 56
[5] Trianto, Op.Cit, hal. 57-58
[6] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN Press, 2011), hlm. 278
[7] Zaenal Mustakim, Ibid, hal. 277-292.
[8] Trianto, Op.Cit, hal. 91

7 komentar:

  1. SUSWATI
    2021110358
    KELAS : H

    Hambatan-hambatan apa sajakah yang dialami dalam pelaksanaan pembelajaran berdasarkan masalah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beberapa hambatan dalam pelaksanaan PBM (Pembelajaran Berdasarkan Masalah)diantaranya:
      1.Persiapan pembelajaran (alat, konsep)
      2.Sulitnya mencari problem yang relevan
      3.Sering terjadi miss-konsepsi
      4.Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan.

      Hapus
  2. risnatul khikmah (2021110374)kelas H

    apakah kooperatif learning dan Problem Based Instruction ini adalah yang terbaik untuk pembelajaran?
    Bisakah menggabungkan antara 2 model pembelajaran (berpusat guru dan berpusat siswa) dlm satu pembelajaran?
    Berikan contoh2 variasi pembelajaran dari kooperatif learning?
    terima kasih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dengan semakin berkembangnya IPTEK serta medianya maka seorang guru mempunyai tanggung jawab yang lebih untuk menciptakan suatu model pembelajaran yang lebih efektif dalam rangka tercapainya tujuan pembelajaran salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif learning dan Problem Based Instruction.Kami menganggap 2 model ini sebagai metode yang cukup ampuh,Misalnya dalam Cooperative learning disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dalam pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi, dalam cooperative learning siswa berperan ganda, yaitu sebagai siswa atau sebagai guru.Sedangkan dalam PBI siswa diajak supaya berpikir lebih kreatif lagi dalam menyelesaikan masalahnya.Beberapa variasi dalam model Cooperative Learning:
      1. Student Teams Achievement Division (STAD)
      2. Tim Ahli (Jigsaw)
      3. Investigasi Kelompok
      4. Think Pair Share (TPS)
      5. Numbered Head Together (NHT)

      Hapus
  3. farah dibha (2021110357)

    diatas telah dipaparkan efek2 cooperative. yg saya ingin tanyakan, penjelasan mengenai efeknya dari prestasi akademik apa?

    BalasHapus
  4. Bariroh
    2021111029
    kelas :E(H)
    apa yang menjadi ciri pembelajaran yang berpusat pada siswa yang membedakan pada pembelajaran yang berpust pada guru?
    samakah pembelajaran yang berpust pada masalah dengan metode problem solving dalam pelaksanaanya?

    BalasHapus
  5. adin refqi l
    2021110359

    apakah pengunaan model pembelajaran secara kooperatif telah berjalan dengan baik di indonesia?

    BalasHapus