Laman

Rabu, 06 Maret 2013

f4-2 nur latifah: tanggung jawab panca indra

MAKALAH
HADITS TENTANG PERTANGGUNG JAWABAN PANCA INDRA
Disusun Guna Memenuhi Tugas :
Mata Kuliah            : Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu    : Muhammad Ghufron Dimyati, M. S. I.
 








Disusun oleh :
NUR LATIFAH
NIM:   2021 111 215

Kelas: F


JURUSAN TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2013


BAB I
PENDAHULUAN
Hidup di dunia ini hanya sementara, semua orang pasti akan mati. Setelah kematian semua orang akan dihidupkan kembali di alam akhirat nanti. Dalam kehidupan inilah setiap manusia akan dimintai pertanggung jawabannya tentang hidupnya di dunia. Salah satunya adalah pertanggung jawaban panca indra, seperti apa dan bagaimana panca indra ini digunakan di dunia ini. Sesuai dengan hadits yang dikeluarkan oleh Imam Tirmidzi di bawah ini.















BAB II
PEMBAHASAN
A.  Hadits Tentang Pertanggung Jawaban Panca Indra
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةً وً عًنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قالَ رًسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلًيْه وَسَلًمً : { يُؤتًى بِالْعَبْدِ يَوْمَ القِيَامَةِ فَيَقُولُ اللهُ لَهُ ألَمْ أجْعَلْ لَكَ سَمْعَا وَ بَصَرًا وَ مَالاً وَ وَلًدًا وَسَخَّرْتُ لكَ الأنْعَامَ و الْحرْثَ وَ تَرَكْتُكَ تَرْأسُ وَ تَرْبَعُ فكُنْتَ تطَنَّ أنَكَ مُلاَقِي يَومَكَ هَذَا قَالَ فَيَقُولُ لَا فَيَقُولُ لهُ الَيوْم َنسَاكَ كَمَا لَسِيتَنِي. قَالَ أَبُو عِسَى هذَا حَدِيَثُ صَحِيحُ غَرِيبُ وَمَعْنَى قَولِهِ اليُومَ اَتْرُكُكَ في الْعَذَابِ هَكَذَا فَسْرُوهُ قالَ أبُو عيسَي وَقَدْ فَسَّرَ بَعضُ أهْلِ الْعِلْمِ هَذِهِ الأيَتَ فَالْيوْمَ نَسَاهُمْ قَالُوا إنَّمَا مَعْنَاهُ الْيوْمَ نَثْرُكُهُمْ ڤِي الْعَذَابِ }.  ( رواه الترمذي فى الجامع،كتاب صفت القيامة و الرقائق َ الورع عن رسول الله )
B.  Tarjamah Hadits
Dari Abu Hurairah dan Abi Said berkata: Rasullah SAW bersabda : Pada hari kiamat nanti para hamba dipertemukan dengan-Nya, dan Allah berkata kepada mereka “Bukankah telah Ku ciptakan untukmu pendengaran, penglihatan, harta serta keturunan dan telah kutundukan padamu hewan ternak dan tumbuhan dan hasil bumi agar kau bisa memimpin dan hidup sejahtera dan kamu mengira bahwa kamu kan bertemu dengan hari ini ?” mereka berkata “tidak” maka Allah mengatakan pada mereka “Hari ini Aku melupakan seperti kamu melupankan-Ku.” (HR. Imam Tirmidzi)
C.  Mufrodat
Seorang hamba
يؤتى
Dihadapkan
بالعبد
Hari kiamat
يوم القيامة
Pendengaran
سمعا
Penglihatan
وبصرا
Harta benda
ومال
Anak
ولدا
Menundukkan
سخر
Hewan ternak
الانعام
Pertanian
الحرث

D.  Biografi Perowi
1.    Abu Hurairah
Menurut pendapat mayoritas, nama beliau adalah ‘Abdurrahman bin Shakhr ad-Dausi. Pada masa jahiliyyah, beliau bernama Abdu Syams, dan ada pula yang berpendapat lain. Kunyah-nya Abu Hurairah (inilah yang masyhur) atau Abu Hir, karena memiliki seekor kucing kecil yang selalu diajaknya bermain-main pada siang hari atau saat menggembalakan kambing-kambing milik keluarga dan kerabatnya, dan beliau simpan di atas pohon pada malam harinya. Tersebut dalam Shahihul Bukhari, bahwa Nabi pernah memanggilnya, “Wahai, Abu Hir”.
Ahli hadits telah sepakat, beliau adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Abu Muhammad Ibnu Hazm mengatakan bahwa, dalam Musnad Baqiy bin Makhlad terdapat lebih dari 5300 hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.
Selain meriwayatkan dari Nabi, beliau juga meriwayatkan dari Abu Bakar, Umar, al-Fadhl bin al-Abbas, Ubay bin Ka’ab, Usamah bin Zaid, ‘Aisyah, Bushrah al Ghifari, dan Ka’ab al Ahbar Radhiyallahu 'anhum. Ada sekitar 800 ahli ilmu dari kalangan sahabat maupun tabi’in yang meriwayatkan hadits dari Abu Huraira, dan beliau adalah orang yang paling hafal dalam meriwayatkan beribu-ribu hadits. Namun, bukan berarti beliau yang paling utama di antara para sahabat Rasulullah.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mendo’akan ibu Abu Hurairah, agar Allah memberinya hidayah untuk masuk Islam, dan do’a tersebut dikabulkan. Abu Hurairah wafat pada tahun 57 H menurut pendapat yang terkuat.
2.    Abu Sa’id
Dia dinisbatkan kepada Kudrah, salah satu kabilah Khazraj. Ditolak untuk turut berperang pada perang Uhud karena masih kecil. Bapaknya syahid di Uhud. Setelah itu dia berperang bersama Rasulullah sebanyak 12 kali perang. Dia adalah ahli fiqih, ulama dan orang mulia dari kalangan sahabat. Meninggal pada tahun 64 H. Hadits-haditsnya yang dicantumkan dalam kitab-kitab hadits sebanyak 1170 hadits.[1]
3.    At-Tirmidzi
Imam at-Tirmidzi, nama panggilannya adalah Abu ‘Isa, sedangkan nama aslinya Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dhahhak as-Sulami.
Beliau dilahirkan pada tahun 209. Di Desa Bugh, kemudian pindah ke kota Tirmidz sampai akhir hidupnya yakni pada tahun 279 H pada usia 70 tahun.
Para ahli sejarah menyatakan bahwa di masa hayat Imam Tirmidzi merupakan masa keemasan ilmu hadits, dan sebagai penggeraknya adalah Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i al-Muthalibi (Imam Syafi’i) yang hidup antara tahun 150 H sampai 204 H.[2]
E.  Penjelasan Hadits
Sebagai makhluk yang sempurna manusia telah dilengkapi oleh Allah dengan panca indra. Salah satu indra yang terpenting adalah pendengaran (telinga) dan penglihatan (mata). Dengan pendengaran dan penglihatan manusia dapat mengenal segala pernak-pernik kehidupan ini, dapat mendengar dan melihat hal-hal yang baik dan buruk, serta dapat menikmati keindahan alam. Pendengaran dan penglihatan merupakan salah satu anugerah yang terbesar yang diberikan oleh Allah kepada manusia.
Allah telah menciptakan pendengaran dan penglihatan sebagai sarana untuk merenung, berfikir jernih, serta meneliti alam semesta ini. Kemudian dengan akal dan hatinya, manusia mengolah alam ini untuk dijadikan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan. Kita di didik secara ilmiah melalui berfikir obsevasi, diskusi hingga penyimpulan akhirnya kita dapat meraih ilmu pengetahuan dan menghasilkan sesuatu.[3]
Rasulullah SAW pun juga mengatakan bahwa manusia akan bertanggung jawab atas umur, harta, dan kemudaannya lewat sabdanya yang lain:
 لَا تَزُوْلُ قُدَ مَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَا مَةِ حَتَّى يَسْأَ لَ عَنْ اَرْبَعِ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَ اَفْنَاهُ ؟ وَعَنْ عِلْمِهِ مَا فَعَلَ فِيْهِ؟ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيْمَ ابلْاَهُ ؟  )اخر جه التر مذى(  
“Tidaklah beranjak kaki seorang hamba pada hari kiamat sebelum dimintai pertanggungjawaban empat hal ini: tentang usia, dihabiskan untuk apa usia itu, tentang ilmu pengetahuan, diamalkan untuk apa ilmunya itu, tentang harta diperoleh dari mana dan dibelanjakan untuk apa hartanya itu dan tentang tubuhnya, dilusuhkan untuk apa tubuhnya itu.” (HR. Tirmidzi).
Dan al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 179 juga menjelaskan tentang keharusan menggunakan panca indra sejalan dengan syari’at agama.
Oleh karena itu seluruh anggota badan harus terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah sehingga manusia dapat menggunakan anggota badannya sesuai dengan kehendak Allah, dalam rangka beribadah dan taat kepada-Nya.[4]
F.   Aspek Tarbawi
Pelajaran yang dapat di ambil dari keterangan dan penjelasan hadist di atas ialah :
1.    Memanfaatkan panca indra sesuai dengan perintah Allah dan jangan sampai sebaliknya.
2.    Menghormati Sang Pencipta yang telah menganugerahkan indra yang tak terhingga ini sebagai karunia-Nya.  
3.    Jangan pernah melalaikan Allah.
4.    Selalu bersyukur atas nikmat dan karunia Allah.












BAB III
PENUTUP
Panca indera merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan. Salah satunya pendengaran dan penglihatan, kedua panca indera tersebut merupakan sesuatu yang sangat berharga dalam proses mencari ilmu pengetahuan. Dan kedua nya akan dimintai pertanggung jawaban di hari kiamat atas apa yang digunakan di dunia ini.















DAFTAR PUSTAKA

An-Nahlawi, Abdul Rahman. 1995. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat. Jakarta: Bema Insani Press.
Hawi, M. Tarsyi. 1998. Tarjamah Hadits Mengenai Pribadi dan Budi Pekerti Rasulullah SAW. Bandung: CV. Diponegoro.
Mistu, Musthafa Dieb Al Bugha Syeh Muhyidin. 2008. Al Wafi: Syarah Hadist Arba’in Imam An Nawawi. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
http://abufathirabbani.blogspot.com/2011/05/pertanggungjawaban-hidup.html, diakses pada tanggal 15 Februari 2013.




[1] Musthafa Dieb Al Bugha Syeh Muhyidin Mistu, Al Wafi: Syarah Hadist Arba’in Imam An Nawawi, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), hlm.469.
[2] Drs. M. Tarsyi Hawi, Tarjamah Hadits Mengenai Pribadi dan Budi Pekerti Rasulullah SAW, (Bandung: CV. Diponegoro, 1998), hal. 19.
[3] Abdul Rahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta: Bema Insani press, 1995), hal. 44.
[4] http://abufathirabbani.blogspot.com/2011/05/pertanggungjawaban-hidup.html, diakses pada tanggal 15 Februari 2013.

17 komentar:

  1. tolong jelaskan intinya saja apa itu pertanggung jawaban panca indera?
    dan mengapa panca indera itu ada pertanggungjawaban padahal apa yg dilakukan panca indera kita itu bersumber dari akal dan hati kita mau apakah panca indera kita itu. itu kan kehendak akal dan hati kita. jelaskan!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Intinya adalah dalam hadits ini yang dibahas hanyalah salah satu panca indra yaitu mata dan telinga, karena keduanya berperan penting dalam aktivitas mencari ilmu. Yang pertama adalah mata. Mata ini juga bila tidak dijalankan sesuai dengan fungsinya seperti yang telah disyariatkan maka bagi dia sebuah neraka telah tersedia baginya. Sebuah kutipan dari Firman Allah “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (An Nuur:34). Jadi, jangan sia-siakan mata ini, ketika langkah kaki kita keluar dari rumah, maka bertebaranlah pandangan-pandangan yang tidak hak untuk kita lihat, kuatkan mata ini untuk selalu menghindar dari hal-hal yang membawa kita untuk ditempatkan di neraka yang pertama.
      Beralih ke daerah samping mata, ya apalagi kalau bukan Telinga alias pendengaran ini. Seperti yang kita ketahui bahwa telinga ini berfungsi untuk mendengar, apa pun itu. Namun, alangkah sayangnya bila apa yang kita dengar keluar dari batas kewajaran.
      Hal kecil, seperti infotaiment yang layaknya dianggap sebuah acara penghibur, sebenarnya kita telah memposisikan sesuatu yang salah untuk di dengar dan itu adalah sesuatu yang ghibah dengan kata indahnya gossip. Karena yang tercantum dalam firman-Nya “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Al Israa: 36). Ayat-ayat suci yang dilantukan dengan begitu merdu dan syahdu kadang kita malas mendengarkannya, namun saat lagu-lagu indah duniawi kita luput dan hanyut dibawanya.
      Menurut saya mengapa panca indera itu ada pertanggungjawabannya, karena hidup ini merupakan ujian, maka sudah sewajarnya seseorang akan diminta pertanggung jawabannya di akhirat kelak, apakah dia berhasil menjawab soal-soal ujian hidup di dunia atau tidak. Orang yang bisa menjawab soal-soal ujian di dunia, yaitu melaksanakan segala perintah Allah, menjauhi segala larangan-Nya, mensyukuri semua nikmat yang diberikan Allah kepadanya dan bersikap sabar dalam menghadapi musibah yang menimpanya, pasti ia dapat mempertanggung jawabkan hidupnya. Terhadap orang semacam ini Allah akan memberikan balasan yang baik dan memasukkannya ke dalam surga. Sebaliknya orang yang tidak bisa menjawab soal-soal ujian hidup di dunia, pasti tidak bisa mempertanggung jawabkan hidupnya. Kelak Allah akan memberikan balasan yang buruk dan akan memasukkannya ke dalam neraka.
      Pertanggung jawaban hidup di akhirat kelak merupakan wujud dari keadilan Allah, dan menunjukkan bahwa penciptaan langit dan bumi dengan segala isinya termasuk di dalamnya manusia tidaklah sia-sia. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
      "Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnyya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?".(QS. Al-Mu'minun : 115).
      Nha, berkaitan tentang akal dan hati, manusia diberikan akal dan hati supaya berfikir dan membedakan mana hal yang sesuai dengan syari’at dan mana yang tidak. Oleh karena itu hati dan akal kita harus selalu sejalan dengan syari’at agar semua perilaku kita juga sesuai dengan perintah-Nya.
      Maaf bila terlalu panjang….

      Hapus
  2. labib maimun
    2021 111 313
    banyak orang yang tidak bisa menggunakan panca indra ,yang melenceng dari agmanya.
    apa pendapat pemakalah tentang hal itu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya, orang yang tidak dapat menggunakan panca indra sesuai dengan agamanya, maka dia pasti tidak dapat mempertanggung jawabkan hidupnya di akhirat. Kelak Allah akan memberikan balasan yang buruk dan akan memasukkannya ke dalam neraka. Na’udzubillahi min dzalik….

      Hapus
  3. nur slamet
    2021 111 266
    F
    bagaimana apabila seseorang mempunyai panca indera yang tidak sempurna lagi karena terkenaa musibah ,sehingga ia hanya pasrah dengan keadaannya tanpa berusaha bahkan pesimis , apakah perbuatannya tersebut juga di mintai pertanggung jawabkan ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pasti akan dimintai pertanggung jawaban,,karena panca indra yg telah diberikan Allah itu pasti akan dimintai pertanggung jawaban, akan tetapi kalau cacat itu terjadi karena sesuatu hal . contohnya kecelakaan,berarti sebelum kecelakaan indranya masih berfungsi , dan tentunya indranya pernah melakukan aktivitas .
      tapi kita lihat dulu, apabila ada kesalahan dalam menjalankan aktivitas, sebelum dia cacat pasti akan dimintai pertanggung jawaban.. akan tetapi Allah swt pun akan menghisap ssorang ssesuai umurnya, apakah dia melakukanya sebelum baligh atau sesudah baligh.

      Hapus
  4. Muhammad Fahminnafi
    2021111365

    Assalaamu'alaikum wr. wb..
    apakah sama bentuk pertanggungjawaban panca indra yang tidak berfungsi dan panca indra yang berfungsi??misal tuna rungu,,
    Jelaskan!!!!
    matur tengkyu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa’alaikumsalam wr. wb.
      Menurut saya sama saja, yang pada intinya seseorang siapapun itu dan bagaimanapun keadaannya akan menjawab pertanyaan yang sama di hari akhir nanti, yaitu:
      (1) Tentang umur, untuk apa umur itu dihabiskan.
      (2) Tentang ilmu, untuk apa ilmu itu difungsikan.
      (3) Tentang harta benda, dari mana harta benda itu diperoleh dan dibelanjakan untuk apa.
      (4) Tentang kondisi tubuh, untuk apa tubuh itu digunakan.
      Dan yang paling membedakanya adalah ketaqwaannya.

      Hapus
  5. Rizqotul Maula
    2021111265
    F

    Assalamu'alaikum
    Bagaimana cara memaksimalkan penggunakan panca indera dengan baik yang sesuai dengan agama? sedangkan manusia itu tidak luput dari godaan yang ada di sekitarnya!
    Kemudian bagaimana pendapat pemakalah terkait orang yang tidak menggunakan panca indera dengan sebaik-baiknya, padahal dia mengerti tentang ilmu agama? dan bagaimana dengan pertanggung jawabannya?
    Terimakasih atas jawabannya :-)
    Wassalamu'alaikum

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikumsalam wr.wb.

      Menurut saya caranya adalah sesuai dengan firman Allah yang artinya:
      "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya."(QS. Al Israa’: 36)
      Kesimpulannya adalah: gunakanlah hati, pendengaran, penglihatan sebagai indra untuk menangkap realitas dan pelajarilah dengan sungguh-sungguh, jangan tergesa-gesa, gunakan akal dengan benar, dengan didasari ilmu pengetahuan, jangan atas dasar dugaan semata Q.S Az Zukhruf: 20.

      Dan terkait dengan orang yang tidak menggunakan panca indera dengan sebaik-baiknya, padahal dia mengerti tentang ilmu agama, menurut saya orang tersebut sama halnya dengan orang yang tidak dapat menggunakan panca indra sesuai dengan agamanya, maka dia pasti tidak bisa mempertanggung jawabkan hidupnya. Kelak Allah akan memberikan balasan yang buruk dan akan memasukkannya ke dalam neraka.

      Hapus
  6. Aminah Balgis Alatas
    2021 111 221
    F

    Assalamu'alaikum
    Bagaimana menurut pemakalah cara pemanfaatan panca indra dengan baik?
    di dalam realitanya banyak yang menyalahgunkan panca indra mereka untuk hal-hal yang dilarang oleh agama Islam.
    Trimakasih
    Wassalamu'alaikum

    BalasHapus
  7. Aminah Balgis Alatas
    2021 111 221
    F

    Assalamu'alaikum
    Bagaimana menurut pemakalah cara pemanfaatan panca indra dengan baik?
    di dalam realitanya banyak yang menyalahgunkan panca indra mereka untuk hal-hal yang dilarang oleh agama Islam.
    Trimakasih
    Wassalamu'alaikum

    BalasHapus
  8. Lutfia Riska
    2021 111 216
    F

    Apabila ada seseorang yang belum sadar dan belum bisa memanfaatkan panca indranya , Bagaimana caranya menyadarkan seseorang agar mau memanfaatkan, mengoptimalkan, dan memaksimalkan panca indera untuk ke hal-hal yang baik,bagaimana usaha kita untuk menyadarkan orang tersebut ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. - mengajarkan agar senantiasa bersyukur
      - menyadari kebesaran Allah, karena Allah telah memberi anugrah yakni kelengkapan panca indra seharusnya kita memberi penjelasan kepada orang tersebut agar memanfaatkannya secara optimal dan sejalan dengan perintah Allah.

      Hapus
  9. Ning Yuliati
    2021 111 214
    F
    bagaimana pendapat anda tentang manfaat tanggungjawab panca indera??? dan bagaimana tanggung jawab orang yang memiliki kekurangan pada panca inderanya yang lebih lagi pada orang yang sudah tidak memiliki akal yang waras (gila)??? mohon jelaskan !

    BalasHapus
    Balasan
    1. Manfaat adanya pertanggungjawaban panca indra:
      1. Mendidik kita selaku umat muslim untuk bersyukur terhadap nikmat Allah, yang sebagian itu adalah panca indra yang kita miliki.
      2. Mendidik agar kita selalu berbuat sesuai dengan syari’at islam, karena semua yang kita miliki ini akan dimintai pertanggungjawaban diyaumil qiyamah nanti.
      3. Allah itu maha adil diantara keadilanya adalah memberikan balasan terhadap apa yang telah kita kerjakan.
      4. Memberikan rambu-rambu kepada kita untuk tidak berbuat yang dimurkai Allah SWT
      5. Menambah keimanan kita kepada Allah.
      6. Mendidik kita untuk hati-hati dalam melakukan segala tindakan.

      Menurut saya orang yang hilang akalnya tidak dimintai pertanggung jawaban panca indranya disaat hilangnya akal mereka, namun jika hilangnya akal bukan sejak lahir maka yang dimintai pertanggung jawaban hanya aktivitas sebelum dia hilang akalnya. Karena di antara serangkaian kejadian yang harus diimani dan pasti akan terjadi pada hari kiamat nanti adalah hari penghisaban. Hari dimana semua perbuatan dan prilaku manusia, baik yang mukmin dan yang kafir, selama hidup didunia akan dimita pertanggung jawaban dihadapan Allah SWT.


      Pada hari itu Allah akan meberikan pertanyaan-pertanyaan yang tentunya semua manusia tidak akan bisa berbohong karena ketika mulut mereka berbohong maka anggota tubuh yang lain akan menjadi saksi dan ikut berbicara, Alquran telah menerangkan apa saja yang akan Allah pertanyakan kepada manusia diakhirat nanti, di antaranya.



      Pertama, Khusus bagi orang musyrik dan orang kafir Allah akan mempertanyakan berhala-berhala yang mereka sembah didunia, dimana ketika mereka akan menghadapi siksaan neraka, berhala-berhala yang mereka sembah tidak bisa menolong mereka. Dan dikatakan kepada mereka: "Dimanakah berhala-berhala yang dahulu kamu selalu menyembah(nya) selain dari Allah? Dapatkah mereka menolong kamu atau menolong diri mereka sendiri?"


      Kedua, Allah akan menanyakan apa yang dikerjakan manusia sepanjang hidupnya didunia, “Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu.” (QS Al Hijr [15]:92-93)


      Ketiga, Allah akan menanyakan tentang nikmat-Nya yang selama ini diberikan kepada manusia, apakah manusia itu bersyukur dan menggunakannya dijalan yang diridhai Allah atau apakah mereka kufur nikmat dan menggunakannya untuk bermaksiat dan bermegah-megahan. “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS At Takaatsur[102]:8)


      Keempat, Allah akan menanyakan tentang panca indra, apakah digunakan untuk mengimani dan beribadah Allah atau digunukan untuk inkar dan bermaksiat kepada Allah. “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS Al Israa' [17]:36). (QS Asy Syu'araa'[26]:92-93)

      Hapus