Laman

Kamis, 12 September 2013

SBM-I,02: pembelajar, gizag dan uswah



PEMBELAJAR, GIZAG DAN USWAH

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah                : Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu        : Ghufron Dimyati, M. S. I



   
Disusun Oleh:
Kelas: I
Kelompok: 2
1.    Jati Diri                          2021 111 109
2.    Nurul Azizah                 2021 111 142
3.    Nurul Falah                    2021 111 163


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013
 

BAB I
Pendahuluan

Pengajaran dan pendidikan selalu mengikat tiga unsur, yaitu guru, siswa dan materi ajar. Dan yang terpenting adalah bagaimana guru bertindak di hadapan peserta didik ketika mengajar, mendidik maupun dalam membelajarkan. Guru memiliki kedudukan terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru di hormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur seorang guru. Masyarakat yakin bahwa guru dapat memberikan kedauladanan yang baik kepada peserta didik, sehingga mereka menjadi orang yang berkepribadian mulia.
Hakikat guru tidak hanya menjadi seorang diri, akan tetapi menyatu dalam semua keberagaman. Artinya bahwa guru harus pandai menyatukan keberagaman peserta didiknya dari tingkat kemampuan intelektual, keberagaman dalam bercakap, keberagaman dalam berkepribadian hingga keberagaman kecenderungan yang didasari oleh bakat mereka.















BAB II
Pembahasan

A.      Pembelajar, Gizag dan Uswah
1.        Pembelajar
Manusia pembelajar adalah orang-orang yang menjadikan kegiatan belajar sebagai bagian dari kehidupan dan kebutuhan hidupnya. Manusia pembelajar belajar dari banyak hal, misalnya: dari pengalaman keberhasilan atau kegagalan orang lain, pengalaman diri sendiri yang bersifat sukses atau yang bersifat gagal, dari buku-buku, jurnal, majalah, koran, hasil-hasil penelitian, hasil observasi, hingga yang bersifat spontan.[1]
Untuk bisa menjadi pembelajar sepanjang hayat, individu atau kelompok harus mampu belajar untuk belajar. Pendidikan atau pembelajaran sepanjang hayat menawarkan konsep bagaimana orang belajar, menjadi kreatif, memiliki efektifitas diri tingkat tinggi, dapat menerapkan kompetensi dalam situasi kehidupan, dan dapat bekerja secara baik dengan orang lain.
Kesemuanya itu dilakukan atas dasar kesadaran sendiri, tanpa ikatan formal atau struktural apapun. Konsepsi ini menempatkan pembelajar benar-benar bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari dan kapan mereka belajar, serta bagaimana mereka sadar untuk menjadi pembelajar sejati. Pembelajar menyediakan kerangka kerja bagi pembelajaran pribadinya secara bertanggung jawab untuk lebih maju.[2]
Ada 6 pilar utama yang ada untuk menjadi manusia pembelajar sepanjang hayat:
a.         Rasa ingin tahu
Inilah merupakan awal mula dari seseorang untuk menjadi manusia berpengetahuan.
b.         Optimis
Inilah modal dasar orang untuk tidak mudah menyerah dengan aneka keadaan.
c.         Keikhlasan
Orang-orang yang ikhlas nyaris tidak mengenal lelah.
d.        Konsistensi
e.         Pandangan visioner
Pandangan jauh ke depan, melebihi batas-batas pemikiran orang kebanyakan.
f.          Tuntutan pekerjaan
Pekerjaan jenis tertentu menuntut pelakunya terus belajar dan berlatih mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan teknologi, agar tidak ketinggalan zaman.[3]
2.         Gezag (Kewibawaan)
Gezag berasal dari kata zeggen yang berarti “berkata”. Siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan atau gizag terhadap orang lain.[4] Kewibawaan atau “gezag” adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia secara sadar dan suka rela menjadi tunduk dan patuh kepadanya. Jadi barang siapa yang memiliki kewibawaan, akan dipatuhi secara sadar, dengan tidak terpaksa, dengan tidak merasa atau diharuskan dari luar, dengan penuh kesadaran, keinsyafan, tunduk, patuh, menuruti semua yang dikehendaki oleh pemilik kewibawaan itu.[5]
Kewibawaan adalah sesuatu yang sangat penting untuk dimiliki oleh seorang guru. Guru yang mempunyai kewibawaan berarti mempunyai kesungguhan, suatu kekuatan, sesuatu yang dapat memberikan kesan dan pengaruh.
Agar kewibawaan yang dimiliki oleh pendidik tidak goyah dan tidak melemah, maka hendaknya pendidik itu selalu:
a.         Bersedia memberi alasan
Dengan adanya kejelasan, maka akan membuat anak didik menerima semuanya penuh dengan kerelaan dan kesadaran.
b.         Bersikap demi kamu / you attitude
Pendidik menuntut anak didik ini, melarang berbuat itu, semuanya demi anak didik sendiri bukan untuk kepentingan pendidik.
c.         Bersikap sabar
Pendidik harus memberikan nasihatnya berkali-kali kepada seorang anak, pendidik dituntut kesabarannya sungguh-sungguh, tidak boleh putus asa.
d.        Bersikap memberi kebebasan
Semakin bertambah umur anak didik atau semakin dewasa, pendidik hendaknya semakin memberi kebebasan, memberi kesempatan kepada anak didik, agar belajar berdiri sendiri, belajar bertanggung jawab, dan belajar mengambil keputusan.[6]
3.        Uswah (Keteladanan)
Secara terminologi kata “keteladanan” berasal dari kata “teladan” yang artinya “perbuatan atau barang dan sebagainya yang patut ditiru atau dicontoh”.[7]
Dalam Al-quran kata-kata keteladanan yang diistilahkan dengan uswah, diantaranya yaitu sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-quran surat Al-Ahzab ayat: 31 yang artinya sebagai berikut:
“Sesungguhnya pada diri Rasulullah SAW itu telah ada teladan (uswah) yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharapkan  (rahmat) Allah SWT dan (kedatangan) hari kiamat dan yang mengingat Allah SWT sebanyak-banyaknya.” (Q.S Al-Ahzab: 21).[8]
Keteladan merupakan pendidikan yang mengandung nilai pedagogis tinggi bagi peserta didik. Dengan kepribadian, sifat, tingkah laku dan pergaulannya dengan sesama manusia Rasulullah SAW benar-benar merupakan interpretasi praktis dalam kehidupan nyata dari hakikat ajaran yang terkandung dalam Al-quran.
Berkaitan dengan keteladanan ini, Menurut Ahmad Tafsir sebagaimana yang dijelaskan dalam bukunya Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam dijelaskan, bahwa syarat-syarat pendidik dalam pendidikan Islam salah satunya adalah harus berkesusilaan. Syarat ini sangat penting dimiliki untuk melaksanakan tugas mengajar. Sementara itu Ibnu Sina lebih jauh menjelaskan bahwa sifat yang harus dimiliki oleh pendidik adalah sopan santun. Perangai pendidik yang baik akan berpengaruh bagi pembentukan kepribadian peserta didik.[9]

B.       Perbedaan antara mendidik, mengajar dan membelajarkan
Tugas guru dalam mendidik dan mengajar murid-muridnya adalah membimbing memberikan petunjuk, teladan, bantuan, latihan, penerangan, pengetahuan, pengertian, kecakapan, keterampilan, nilai-nilai, norma-norma kesusilaan, kebenaran, kejujuran, sikap dan sifat-sifat yang baik dan sebagainya.
Mendidik adalah usaha melakukan internalisasi nilai sesuai dengan ilmu yang ditranformasikan dalam kegiatan mengajar. Hasil kegiatan mendidik itulah yang membedakan pola pikir dan cara pandang siswa tentang sesuatu dan lebih kepada penanaman nilai kepribadian.
     Mengajar adalah kegiatan mentransfer ilmu pengetahuan oleh guru kepada peserta didik dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode mengajar, mulai dari perencanaan sampai melakukan evaluasi. Kompetensi pendukung utama yang diperlukan adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam memotivasi dan memfasilitasi peserta didik agar dapat melakukan kegiatan belajar.[10]

C.      Kegunaan gezag dan uswah
a.         Fungsi gezag:
1)        Mempengaruhi anak untuk menuju kekedewasaan, sehingga membantu anak menjadi orang yang sanggup memenuhi tugas hidupnya dengan berdiri sendiri.
2)        Membawa anak kearah pertumbuhan yang kemudian dengan sendirinya mengakui wibawa orang lain dan mau menjalankannya.
3)        Membuat anak mendapatkan nilai-nilai dan norma-norma hidup.
4)        Pendidik dapat menjalankan kewajibannya atas dasar cinta.

b.        Fungsi uswah:
1)        Memberikan kemudahan kepada pendidik dalam melakukan evaluasi terhadap hasil dari proses belajar mengajar yang dijalankannya.
2)        Memudahkan peserta didik dalam mempraktikkan dan mengimplementasikan ilmu yang dipelajarinya selama proses pendidikan berlangsung.
3)        Menciptakan hubungan harmonis antara peserta didik dengan  pendidik.
4)        Tujuan pendidikan yang ingin dicapai menjadi lebih terarah dan tercapai dengan baik.
5)        Mendorong pendidik untuk senantiasa berbuat baik karena menyadari dirinya akan dicontoh oleh peserta didiknya.[11]
BAB III
Penutup

Manusia pembelajar adalah orang-orang yang menjadikan kegiatan belajar sebagai bagian dari kehidupan dan kebutuhan hidupnya. Tugas guru dalam mendidik dan mengajar murid-muridnya adalah membimbing memberikan petunjuk, teladan, bantuan, latihan, penerangan, pengetahuan, pengertian, kecakapan, keterampilan, nilai-nilai, norma-norma kesusilaan, kebenaran, kejujuran, sikap dan sifat-sifat yang baik dan sebagainya.
Dalam proses belajar mengajar seorang guru dituntut untuk memiliki kewibawaan dan keteladanan yang baik untuk peserta didiknya. Kewibawaan atau “gezag” adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia secara sadar dan suka rela menjadi tunduk dan patuh kepadanya. Sedangkan keteladan adalah perbuatan atau barang dan sebagainya yang patut ditiru atau dicontoh oleh peserta didik.













DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Cet. Ke-2. Jakarta: Ciputat Pers.
Darwin, Sudarwan. 2010. Pengantar Kependidikan. Bandung: Alfabeta.
Mustakim, Zaenal. 2009. Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: Stain Press.
Nur Uhbiyati, Abu Ahmadi. 1991. Ilmu Pendididkan. Jakarta: Rineka Cipta.
Purwanto, M. Ngalim. 2002. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-2 Cet. Ke-4. Jakarta: Balai Pustaka.
RI, DEPAG. 1971. Al-Quran dan Terjemahannya. Jakarta.
Tafsir, Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Cet. Ke-2. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.



       [1] Sudarwan Darwin, Pengantar Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 145.
       [2] Ibid, hlm. 142-143.
       [3] Ibid, hlm. 145-146.
       [4] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 48.
       [5] Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendididkan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 57.
       [6] Abu Ahmad, Nur Uhbiyati, Op. Cit. hlm. 60.
       [7] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995) Edisi ke-2 Cet. Ke-4, hlm. 129.
       [8] DEPAG RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: 1971), hlm. 671.
       [9] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), Cet. Ke-2, hlm. 46.
       [10] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan: Stain Press, 2009), hlm. 2-4.
       [11] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002, Cet. Ke-2, hlm. 109.

31 komentar:

  1. assalamu alaikum........
    ma'ap walaupun saya bukan warga PAI namun saya juga warga STAIN, yang ingin sedikit bertanya tentang makalh ini.......

    pada poin yang ketiga yakni USWAH menurut kelompok anda, figur seperti apakah yang bisa di katakan uswah???????
    dan juga adakah landasan tentang USWAH

    terima kasih wassalamu'alaikum....................

    BalasHapus
    Balasan
    1. trimakasih atas pertanyaannya, sedikit menambahi saja, dapat dipahami bahwa Uswah dalam bahasa arab berarti tuntunan atau teladan atau dapat dikatakan sebagai kepribadian yang dimiliki seseorang yang menarik untuk diikuti orang lain, apakah baik, buruk, menyenangkan atau membahayakan. dalam makalah kelompok kami ini adalah mengenai uswah (uswatun khasanah), Sementara Uswah Hasanah berarti tuntunan yang baik lagi terpuji yang diikuti orang banyak, atau tuntunan yang lurus yang diikuti, artinya teladan baik yang sayogyanya dicontoh dan diikuti.

      “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia, ketika mereka berkata pada kaum mereka, sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali pekataan Ibrahim kepada bapaknya, “sungguh aku akan memohonkan ampun untuk kamu tetapi aku tidak kuasa menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah, (Ibrahim berkata): “Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.”(Q.S. al-Mumtahanah: 4).
      “Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) terdapat teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. Dan barang siapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dialah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”(Q.S. al-Mumtahanah: 6).
      Disimpulkan bahwa Nabi Ibrahim telah mengedepankan keteladanan dalam beberapa hal. Dengan kasih sayang dan kelemah lembutan Nabi Ibrahim tampil sebagai teladan sekaligus pendidik umatnya. Oleh karena itu, hendaknya seorang pendidik tidak berlaku kasar, tidak menghina kepada anak didik yang sedang berkembang.

      Hapus
    2. Waalaikumsalam
      Mungkn menurut kami, Dengan memberikan keteladan atau contoh yang baik terhadap peserta didik, seperti jujur, selaras antara perkataan dan hati, maka pendidik akan mendapat balasan yang mulia, Landasanny dalm sabda Rasul Saw: “Barang siapa yang memberikan contoh yang baik dalam Islam maka baginya pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang- orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tidak menghalangi pahala orang-orang yang mengikutinya sedikitpun. Dan barang siapa yang memberikan contoh yang buruk didalam Islam maka baginya dosa atas perbuatannya dan dosa orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang-orang yang mengikutinya” (HR Muslim)

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. NAMA: KHOLIS ARIFAH
    NIM: 2021 111 293

    Assalamu'alaikum wr.wb.
    Yang ingin saya tanyakan kepada pemakalah yaitu,
    1. bagaimana menjadi pendidik yang disukai oleh anak didik? adakah kriteria tertentu?
    2. adakah tips-tips agar pendidik tetap berwibawa dihadapan anak didiknya meskipun pendidik tersebut suka humor dengan anak didiknya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaikumsalam
      Kholis arifah, trimakash atas pertakonannya :D

      Jadi lgsung sajah,
      Yang pertama menurut kami adalah sebgai pendidik kita harus jauh jauh dng sifat otoriter bila ingin disukai peserta didik, krn sifat tsb adl yg menjaga jarak dgn murid, biasanya ia tak mengizinkan anak melewati btas atau jarak sosial tertentu, guru itu tak ingin murid mjd akrab dgn dia skalipun dlm situasi rekreasipun, guru tetp merasa berkuasa & berhak untuk memberi perintah, biasany guru seperti itulah yg jarang dsukai peserta didik atau bisa dsbut guru killer. sebalikny pendidik yg integratif membolehkan anak didikny untk menentukan sendiri apakah ia suka melakukan apa yg dsarankan oleh guru. Disini pendidik tdk bnyak mencampuri, mengatur atau menegur pekrjaan anak, akan tetapi membiarkan bekerja menurt kemampuan n cra masing2. Tiap anak dhargai menurut pribadinya masing2. Dgn dmikian tjd integrasi/keharmoniran pendidik n anak didik tanpa menimbulkan pertentangan.

      Menambahi sdkit, pada umumnya guru yg dsenangi ialah guru yang sering dmintai nasihatnya, yg mau diajak berckap-ckap dlm suasana yg menggembirakan, tdk menunjukkan superioritasnya dlm pergaulan sehari2 dg murid, slalu ramah, slalu berusah memahami anak didiknya.

      Yang kedua, menurut kami tips-tipsnya adalah tetap bertindak tegas untk menciptakan suasana disiplin, tetap menjaga adanya jarak sosial antara dirinya dg murid, tetap dipanggil ibu guru/pak guru, dlam kelas guru duduk atau berdiri didpan murid mksdny posisi menonjol sept itu memberi kedudukan lbh tinggi dripd muridnya, dan mempunyai kepribadiannya sendiri sept memiliki rasa tanggung jwb, taat waktu, kejujuran, ketekunan, kesdiaan membimbing dan membantu murid, kesabaran, persiapan yg cermat.

      Hapus
    2. sedikit menambai saja,
      Kewibawaan akan muncul jika pendidik memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih baik daripada anak didiknya. Oleh karena itu dapat dikemukakan beberapa upaya yang dapat dilakukan seorang guru untuk meningkatkan kewibawaannya, misalnya dengan cara memiliki keunggulan, percaya diri, ketepatan dalam pengambilan keputusan, dan tanggung jawab yang tinggi.

      Hapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. ULFATUL MAULA ( 2021111089 )
    Assalamu'alaikum..
    saya mau tanya terkait tentang gizag / kewibawaan. seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa seorang guru alangkah baiknya memiliki kewibawaan yang baik karena akan menjadi contoh bagi orang lain. Yang menjadi pertanyaan, apa hakikat kewibaawaan itu sendiri bagi seorang guru? penting manakah antara kewibaan/ gizag dengan tingkat pengetahuan yang seorang guru harus miliki?
    sekian, terimakasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaikumsalam . Ulfatul maula,
      Iya trimakash sblmnya, to the point aja :D jadi menurut kami hakikat kewibawaan guru itu adlah ketika peserta didik menghormati guru tanpa ada rasa terpaksa, rasa karena takut ataupun terlihat killer oleh peserta didik, tetapi ketika peserta didik bisa termotivasi untuk belajar secra nyaman n bersemangat dng kewibaan seorang pendidik itu sendiri .

      Menurut kami antara kewibawaan dan pengetahuan itu sama sama penting dan sama sama terkait, seperti halnya antara suami & istri yang selalu terkait dalam menjalin hubungan dlm kekeluargaan, pengetahuan tanpa kewibawaan akan pincang karena sewaktu-waktu pengetahuan itu sndri bisa dsepelekan, dan kewibawaan tanpa pengetahuan akan buta karena bisa saja menumbuhkan suasana yang tidak sinkron dalam suatu pengajaran. Mungkin dr teman2 ada yg mau menambahi?

      Hapus
  7. Ahris Maula Ulya
    2021111177
    saya mau tanya, bagaimana/tolak ukur seorang pengajar bisa dikatakan mempunyai uswah,sekian dan terima kasih. . .

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  9. Trimakash mas ahris,
    Langsung saja yah,
    (1) kepribadian yang matang dan berkembang. Artinya seorang guru agama mempunyai sifat-sifat fisik yang memungkinkan dia dapat membimbing peserta didiknya yang sedang dalam tahap perkembangan fisik dan moralnya, mempunyai ciri-ciri kepribadian yang kuat dan seimbang, dan mempunyai visi tentang etika tingkah laku manusia sebagai individu dan anggota masyarakat; (2) penguasaan ilmu dan teknologi yang kuat. Artinya guru agama dituntut untuk mampu membawa peserta didik memasuki dunia ilmu dan teknologi yang terus berkembang, sebab apabila guru tidak menguasai ilmu dan teknologi yang kuat, mustahil hal itu dapat dilakukan; (3) keterampilan membangkitkan minat peserta didik. Artinya penguasaan metodologis bagi guru agama sangat diperlukan untuk membangkitkan semangat dan menimbulkan prakarsa belajar agama peserta didik dan (4) pengembangan profesi yang berkesinambungan, artinya seorang guru agama harus berusaha untuk meningkatkan kualitas diri secara berkesinambungan dengan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, karena ilmu pendidikan dan keguruan serta teknologi terus berkembang pesat (Ghofir, 1999) (4). perkataan dan perbuatan yang selaras, mksudny perkataan & perbuatan tersebut sama halnya baik sehingga dpat dijadikan panutan yang baik pula.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Artinya seorang guru agama mempunyai sifat-sifat fisik yang memungkinkan dia dapat membimbing peserta didiknya yang sedang dalam tahap perkembangan fisik dan moralnya, mempunyai ciri-ciri kepribadian yang kuat dan seimbang,
      maksud dr sifat2 fisik yg dmksd diatas itu bgaimana mas?

      Hapus
    2. iya mas ahris terimakasih, jadi maksudnya disinibahwa pengajar itu mampu membimbing dan memotivasi anak didiknya dalam belajar mengajar untuk menjadi lebih baik lagi .. melalui bimbingan dan motivasi itu mas ahris

      Hapus
  10. Assalamu'alaikum wr.wb
    berbicara mengenai gizag/kewibawaan, memang seorang guru harus memiliki sikap gizag tersebut, namun fenomena sekarang banyak guru-guru yang terlihat berwibawa di dalam sekolah khususnya di dalam kelas namun jika ia sudah berada di luar sekolah terkadang ada sebagian guru yang seolah-olah menghilangkan kewibawaannya itu. yang ingin saya tanyakan bagaimana pendapat pemakalah mengenai hal seperti ini.
    terima kasih
    wassalamu'alaikum wr.wb

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalam wr.wb. yah yang dimaksutt menghilangkan kewibawaan itu sendiri apa mb?
      jadi menurut kami, setiap orang kan harus bisa mengkondisikan situasi dimana berada, jadi itu bukan hilang kewibawaannya tetapi bahwa pengajar tersebut mampu mengkondisikan situasi, kalo wibawa seorang pengajar hilang hilang pula pengetahuan dan harga dirinya mb, mungkin sperti itu mb

      Hapus
  11. Gilang Gintaka
    2021 111 207

    Apakah kewibawaan yg dimiliki setiap pengajar bisa dijadikan tolak ukur keberhasilan dia dalam mengajar?

    BalasHapus
    Balasan
    1. tidak,, tidak,, tidak,, kberhasilan didalam mngajar tdk hanya membutuhkan kewibawaan saja, tp pengajar juga harus mampu menguasai materi dan metode yang akan diberikan kepada peserta didik. jd mnurut saya kalo hnya kewibawaan saja tdk bisa dijadikan sbg tolak ukur kberhasilan didalam mengajar.

      Hapus
    2. iya menambahi sedikit, saya setuju dengan jati diri negara, keberhasilan dalam mengajar adalah mampu menguasai dan mengkondisikan kelas, dapat memtivasi pesrta didik pula tetapi juga jngan lupakan kewibawaan itu, karena itu juga SALAH SATU faktor penunjang keberhasilan

      Hapus
    3. ya bisa jadi, karena kewibawaan merupakan syarat yang harus ada pada pendidik dan karena pendidikan untuk membawa anak didik kepada kekedewasaan, maka kewibawaan itu termasuk alat pendidikan. Oleh karena apabila pengakuan dan penerimaan anjuran-anjuran dari pendidik itu tidak berdasarkan adanya kewibawaan dalam pendidikan, jadi anak menuruti anjuran-anjuran itu hanya berdasarkan rasa takut akan sesuatu, berdasarkan akan rasa terpaksa. Jadi kewibawaan itu merupakan salah satu faktor suksesnya proses belajar mengajar.

      Hapus
  12. elik istikomah (2021 111 106)

    assalamualaikum....
    kulo badhe tangled nggeh,, sering sya menjumpai ada orang yang menilai seseorang itu berwibawa...tapi penilaian itu d lihat dari fisiknya...
    mnurut pemakalah, apakah kewibawaan itu juga bisa d lihat dari segi fisik, dan kalau misalnya kewibawaan itu bsa d lihat dari segi fisik, maka fisik yang seperti apa yang d nilai berwibawa itu...?
    maturnuwun...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaikum salam...
      Menurut saya kewibawaan itu tidak bisa dinilai dari segi fisik, tp dari segi kepribadian dan sikap.

      Jawabannya gak usah banyak2 yaa, anak kecil gak usah dikasih jwbn yg banyak2. heheee

      Hapus
    2. menambahi sedikit saja, kewibawaan tidak bisa dilihat dari fisik saja tetapi tingkah laku itu sendiri dan selarasnya antara perkataan dan perbuatan.

      Hapus
    3. sedikit menambahi mb,,,
      ya memang biasanya kewibawaan itu dapat timbul karena kesan-kesan lahiriah dari seseorang, seperti : bentuk tubuh yang tinggi besar, pakaian lengkap dan rapi, tulisan yang bagus, suara yang keras dan jelas. begitu juga bagi seorang pendidik, diharapkan memiliki kewibawaan dari segi fisiknya seperti berpakaian rapi, sopan misanya, karena pada dasarnya seorang pendidik adalah teladan bagi anak didiknya.

      Hapus
  13. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  14. nama : eni marfuah
    nim : 2021110238
    kls : g
    Menurut pemakalah bagaimana caranya kita sebagai calon-calon pendidik dan sebagai pelajar baik agar senantiasa meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad dalam pengaplikasiannya di dunia pendidikan khususnya. ..?
    Karena pada zaman sekarang ini, meneladani uswah maupun gezag nabi itu merupakan hal yg dapat dikatakan sulit, sedangkan untuk meniru artis atau idola (public figur) itu justru lebih bersemangat,Mnurut pemakalah bagaimana menanggapi hal tersebut khususnya pada generasi-generasi muda zaman skrg.. .?

    BalasHapus
  15. terima kasih pertanyaannya,
    Caranya yaitu dengan sungguh-sungguh dan dikerjakan dengan niat yang baik mengharap ridho ALLAH yaitu dengan hati yang ikhlas. Dengan begitu maka dengan sendirinya kesulitan-kesulitan itu dapat diatasi dengan sendirinya tanpa adanya suatu paksaan. Diantara sifat-sifat rasulullah yang kita teladani sebagai seorang pendidik adalah :
    1.Siddiq artinya jujur
    Sifat inilah yang harusnya dikembangkan oleh semua elemen, termasuk bagi seorang pendidik.
    2.Amanah artinya dapat dipercaya
    Rasulullah adalah orang yang paling dapat dipercaya, Sifat ini perlu kita kembangkan dalam kehidupan, orang yang amanah tidak akan menyia-nyiakan tugas, tidak akan bekerja asal-asalan. Mereka akan bekerja sungguh-sungguh karena mereka sadar akan tanggug jawab yang diembannya. Jika amanah sudah menjadi kewajiban, maka kita akan semakin maju karena segala hal dilandasi oleh etos yang baik, semangat dan bertanggung jawab.
    3.Tabligh artinya menyampaikan
    Sepanjang hidupnya Rasulullah tidak pernah berhenti bertabligh, menyampaikan ajaran Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Tablig bisa diwujudkan dengan selalu mengajak manusia kepada jalan kebenaran dan mencegah mereka dari kemungkaran. Hal ini sangat penting dilakukan dalam pendidikan, sehingga dengan adanya sifat tabligh ini akan berjalan seimbang dan istiqomah.
    4.Fathonah artinya cerdas.
    Rasulullah adalah orang yang cerdas, Beliau mampu menghadapi semua kemelut dalam kehidupan umatnya dengan cara yang tepat. Hal ini harus diikuti oleh seorang pendidik, bahwa seorang pendidik harus memilki pengetahuan yang luas.

    BalasHapus
  16. inayah 2021 111 165
    Karena penekanan pendidikan Islam adalah pendidikan moral, maka metode yang dipakai dalam pendidika tersebut seperti apa agar dapat tercapai tujuannya dengan sukses?

    BalasHapus
  17. tolong contohkan representasi dari kewibawaan guru....?

    BalasHapus