Laman

Kamis, 05 Maret 2015

F-4-c : HIMMATUL ALIYAH



SUMBER ILMU PENGETAHUAN
“ Manfaat Panca Indera untuk Mencari Ilmu “ 
Mata kuliah : Hadis Tarbawi II


Disusun oleh:
 Himatul Aliyah           (2021113163)
Kelas : F 

JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan  nikmatnya kepada saya, sehingga saya dapat menyusun tugas makalah tentang “ memanfaatkan panca indera untuk mencari ilmu” dengan lancar.
Bahwasannya Allah menciptakan manusia ke dunia ini dengan sebaik-baiknya yang di anugerahi panca indera yang sangat istimewa dan sebagai kelebihan yang paling besar untuk menjalankan fungsinya asebagai khalifah di muka  bumi ini sebagai mana yang telah ditugaskan Allah kepada manusia.  Semoga isi dalam makalah ini bisa bermanfaat baik untuk saya pribadi maupun bagi orang yang membacanya.













PENDAHULUAN
Latar belakang
Pada dasarnya manusia dilahirkan ke dunia ini masih dalam keadaan fitrah, polos, telanjang, buta ilmu pengetahuan, dan Allah hanya membekali dengan kekuatan dan panca indera yang dapat menyiapkannya untuk mengetahui apa yang ada di sekitarnya dan belajar.
Panca indera inilah yang menjadi alat-alat manusia untuk digunakan memperoleh pengetahuan dan juga merupakan jendela-jendela dengan melaluinya orang dapat menjenguk ke alam yang luas untuk mengetahui rahasia-rahasianya, kemudian mengambil manfaat untuk kemakmuran, kebahagiaan dan kelestarian hidup manusia di bumi ini.
Panca indera juga merupakan sarana yang paling besar untuk membantu manusia membangun dunia serta menjalankan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi sesuai dengan yang di Ridhai Allah SWT. Maka dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai hadits tentang pemanfaatan panca indera dalam mencari ilmu dan Dorongan untuk memanfaatkan panca indera.










PEMBAHASAN
A.  Pengertian
Secara etimologis ilmu berasal dari bahasa arab ilm yang padananya dalam bahasa inggris science, dalam bahasa jerman wissenchaft dan dalam bahasa belanda wetenshap. Kata ilmu merupakan suatu perkataan yang memiliki makna ganda, artinya mengandung lebih dari satu arti. Pada umumnya ilmu diartikan sebagai sejenis pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan dapat dikatakan ilmu, melainkan pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara tertentu berdasarkan kesepakatan para ilmuan.
Secara terminologis, istilah ilmu atau science kadang kadang diberi arti sebagai ilmu khusus yang lebih terbatas lagi, yakni sebagai pengetahuan sistematis mengenai dunia fisik atau meterial.[1]
Sedangkan Indera atau indria merupakan alat penghubung atau kontak antara jiwa dalam wujud kesadaran rohani diri dengan material lingkungan. Dalam bahasa Sansekerta lima macam indera disebut dengan panca budi indriya yang berfungsi sebagai alat sensor. Sedangkan dalam bahasa Indonesia lebih di kenal dengan panca indera yaitu mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit.[2] Indra merupakan sarana manusia untuk memahami dan mengerti. Namun keduanya tidak cukup untuk mengantarkan pada pengetahuan yang hakiki dalam banyak hal.[3]
B.  Teori pendukung
Allah berfirman dalam surat an-Nahl : 78 yang artinya “ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur “.
Allah SWT letah menganugrahkan kepada manusia beberapa indera, akan tetapi yang paling utama adalah indera pendengaran dan penglihatan, agar manusia dapat berinteraksi dengan semesta tempat ia hidup, dapat mengetahui apa yang ada didalamnya, serta makhluk-makhluk yang hidup disana. Kemudian manusia menggunakan semua itu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh Allah SWT dalam penciptaan manusia.[4]
C.   Materi hadits
a. hadis dan terjemahannya
 Berikut hadits tentang memanfaatkan panca indera untuk mencari ilmu
- عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدِ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسّلَّمَ يَقُوْلُ : { نَضَّرَ اللهُ إِمْرَاَءً سَمِعَ مِنَّا شَيْأً فَبَلَغَهُ كَمَا سَمِعَ فَرُبَّ مُبَلِّغُ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ } قَالَ أَبُوْعِيْسَى هَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَقَدْ رَوَاهُ عَبْدِ اْلمَالِكُ بِنْ عُمَيْرِ عَبْدِ الرَّحْمنِ بِنْ عَبْدِ اللهِ . ( رواه الترمذى فى الجامع, كتاب العلم عن رسول الله, باب ما جاء فى الحث على تبليغ السماع )

Dari Abdullah bin Mas’ud ra dia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Semoga Allah memuliakan seseorang yang mendengar sesuatu dari kami,lalu dia menyampaikannya ( kepada yang lain ) sebagaimana yang dia dengar,maka kadang-kadang orang yang disampaikan ilmu lebih memahami dari pada orang yang mendengarnya”. (HR.At-Tirmidzi).
b. keterangan hadits
Do’a yang ditujukan kepada orang yang dimaksud dalam hadits, yaitu: semoga Allah SWT mempereloknya dengan keagungan dan keindahan, bagi orang yang mendengar sesuatu dari kami yaitu perkara Agama berupa suatu ayat dari Al-Qur’an atau suatu Hadits, lalu iamenyampaikannya persis seperti apa yang ia dengar tanpa mengurangi atau menambahinya, baik ia lelaki maupun wanita.
Banyak orang yang mendengar hadits tidak secara langsung tetapi melalui perantara sehingga lebih hafal, lebih menguasai dan lebih memahami dari pada orang yang mendengar secara langsung.[5]
Hadits tersebut menggambarkan pentingnya kedudukan ilmu dalam pandangan islam, karena ‘mendengar’ sendiri merupakan salah satu proses mangetahui sebuah ilmu. Sehingga Rasulullah meninggikan derajat seseorang yang mau mendengarkan sesuatu dari beliau, yang kemudian menyampaikan sebagai mana yang telah ia dengar, sehingga akan banyak orang yang mengetahui dari apa yang ia dengar dan ia sampaikan. Hal ini berarti adanya anjuran untuk memanfaatkan panca indera dalam mencari ilmu.
Semakin banyak kita mendengar, melihat, dan berfikir dengan menggunakan panca indera, maka semakin banyak ilmu yang akan kita peroleh. Dan Allah memberikan pendengaran dan penglihatan agar manusia dapat berfikir dan bersyukur.[6]

D.  Refleksi hadits dalam kehidupan
Indera pendengar merupakan instrumen ( alat ) paling pokok dan penting bagi setiap manusia untuk menyerap berbagai informasi yang berkaitan dengan keberadaan alam semesta ini.
       Setiap orang yang mau memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an al-Karim ini, niscahya akan memahami bahwa nilai indera pendengar sangatlah istimewa dan terbilang penting. Karenya, orang yang senantiasa memikirkan (makna-makna yang terkandung dalam) Al-Qur’an melupakan segenap hakikat (rahasia) besar yang terpendam di balik pentingnya indera pendengaran.
Seiring perkembangan dan kemajuan ilmu engetahuan yang terbilang sangat pesat, kalangan ilmuan berhasil membuktikan bahwa indera pendengaran sangat penting dan dibutuhkan seseorang untuk dapat berbcara. Mereka juga berhasil mengungkapkan fakta bahwa proses pendengaran sangaterat kaitannya dengan seluruh fungsi panca indera.[7]
E.   Aspek Tarbawi
Dari hadits di atas banyak nilai yang yang dapat kita ambil dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari, bahwa panca indera merupakan anugrah yang sangat besar yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusi, maka dari itu kita harus selalu bersyukur atas nikmat ini. Kemudian panca indera juga sangat penting dalam hal mencaari ilmu terutama pada alat penginderaan. Kemudian bagi orang yang mempunyai ilmu dituntut untuk mengamalkan kepada orang lain, agar selain bermanfaat bagi diri sendiri juga bermanfaat bagi orang lain.












PENUTUP
            Dari pembahasan hadits di atas tentang memamfaatkan panca indera untuk mencari ilmu, bahwa pada dasarnya panca indera merupakan sarana untuk mencari ilmu yang amat penting serta nikmat yang amat besar yang di Anugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia untuk mengetahui dirrinya sendiri dan sekitarnya. Dengan itu manusia dapat menangkap ketentuan-ketentuan dan rahasia-rahasia yang tersimpan dalam raya ini, yang dapat menjadi bukti yang valid atas keberadaan Allah SWT, yang telah menciptakan seluruh alam semesta ini dengan sebaik-baiknya.















DAFTAR PUSTAKA
Imam Syafi’ie, Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Alquran  Yogyakarta: UII press, 2000
Najati mohammad ustman, Terjemah al-Quran wa ‘ilmu nafs, Bandung: PUSTAKA, 1985
Nashif Ali Mansyur Syekh, Mahkota pokok-pokok hadis Rasulullah SAW. Jilid I, Bandung: Sinar Baru, 1993
Qardhawi Yusuf, As-sunnatu Mashdaran lil,  Jakarta:Gema Insani Press, 1998
Yusuf As-Sayid Mohammad, Pustaka Pengetahuan Al-Qur’an, Jakarta :  PT Rehal Publika
Http://www.Wikipedia.org/indera.com
Http://www.nasehatislam.com, diakses tanggal 10 Februari 2013













Nama                           : HIMATUL ALIYAH     
Jurusan / Prodi : Tarbiyyah / PAI            
Semester                      : IV ( Empat )
Tempat Tanggal Lahir: Pekalongan, 23 Desember 1994
Lulusan                       : SMAN 01 Paninggaran Tahun 2013
Tempat Tinggal           : Paninggaran                                                                                               



[1] Syafi’ie imam, Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Alquran ( Yogyakarta: UII press, 2000), halm 25-16
[2] http://www.Wikipedia.org/indera.com
[3]Mohammad utsman najati, Terjemah al-Quran wa ‘ilmu nafs, (Bandung: PUSTAKA, 1985) , halm 134
[4] Yusuf Qardhawi, As-sunnatu Mashdaran lil, ( Jakarta:Gema Insani Press, 1998 ), halm. 145-146
[5] Syekh Mansyur Ali Nashif, Mahkota pokok-pokok hadis Rasulullah SAW. Jilid I, (Bandung: Sinar Baru, 1993), hlm 167.
[6] Http://www.nasehatislam.com, diakses tanggal 10 Februari 2013.
[7] Muhammad as-Sayyid Yusuf, Pustaka Pengetahuan Al-Qur’an, (Jakarta :  PT Rehal Publika), halm.65-67

Tidak ada komentar:

Posting Komentar