Laman

Kamis, 05 Maret 2015

G-4-a : KHAYATUL KARIMAH



MENYEBARKAN ILMU KE KALANGAN EKSTERNAL
Mata kuliah : Hadits Tarbawi II
Disusun oleh :
Khayatul karimah
(2021113006)
 Kelas G

JURUSAN TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2015


PENDAHULUAN
Media masa merupakan alat untuk menyampaikan pesan ke berbagai lapisan masyarakat. Dengan media yang baik penyampaian pesan akan semakin mudah dan semakin mempengaruhi audience. Namun yang disayangkan banyak pemanfaatan media massa di gunakan oleh golongan non muslim dan banyak menimbulkan evek negatif bagi penyebaran islam, sehingga sebenarnya adakah dasar dalam penggunaan media untuk penyebaran islam bagi orang muslim, serta bagaimana pemjelasannya dan sampai dimana media itu penting bagi peneyebaran agama islam.

PEMBAHASAN
MEMANFAATKAN MEDIA PUBLIk UNTUK MENYEBARKAN ILMUKE KALANGAN EKSTERNAL

A.    Pengertian Media Massa
Secara bahasa Media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti tengah atau perantara. Massa berasal dari bahasa Inggris yaitu mass yang berarti kelompok atau kumpulan. Dengan demikian, pengertian media massa adalah perantara atau alat-alat yang digunakan oleh massa dalam hubungannya  satu sama lain
Secara istilah menurut Apriadi Tamburaka, media massa merupakan Sarana Penyampaian Komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara luas pula. Di lain pihak informasi massa merupakan informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya bisa di konsumsi oleh pribadi.
Sebelum suatu berita di tayangkan maka akan ada yang namanya gatekeeper atau penyeleksi informasi. Merekalah yang akan menyeleksi setiap informasi yang akan disiarkan. Bahkan kewenangan gatekeeper mencakup untuk memperluas, membatasi, informasi yang di siarkan. Merekalah para wartawan, desk surat kabar, editor, dan sebagainya[1].

  1. Macam-macam media masa
·         Media masa elektronik seperti : radio penyiaran, televisi, VCD, DVD, casset pengumuman dengan loud speaker, catriedge real computer. Internet (e-mail, web side, facebook, blogger streaming radio). Media ini sifatnya aktif bila interaktif dan pasif sehingga mampu menggugah emosi – tematis dalam wktu sempit atau terbatas.
·         Media masa cetak meliputi : majalah, koran, buletin, tabloid, flayer, sspanduk,mading, selebaran. Media ini bersifat pasif atau kurang mennggugah emosi. Waktunya bisa ditunda dalam waktu panjang dan bisa dibaca kapan saja. [2]

C.      Teori Pentingnya Media Massa
Teori masyarakat massa memiliki beberapa asumsi dasar mengenai individu, peran media, dan hakikat dari perubahan sosial, antara lain:
1.      Media adalah kekuatan yang sangat kuat dalam masyarakat yang dapat menggerogoti nilai dan norma sosial sehingga dapat merusak tatanan sosial. Untuk menghadapi ancaman ini, media harus berada di bawah kontrol elit.
2.      Media dapat secara langsung memengaruhi pemikiran kebanyakan orang, mentransformasi pandangan mereka tentang dunia sosial.
3.      Ketika pemikiran seseorang telah di transformasi oleh media, maka semua bentuk konsekuensi buruk dalam jangka panjang mungkin terjadi, tidak hanya dapat menghancurkan kehidupan seseorang, tetapi juga menciptakan masalah sosial dalam skala luas.
4.      Sebagian besar individu sangat rentan dengan media karena dalam masyarakat massa mereka terputus dan terisolasi dari lembaga sosial tradisional yang sebelumnya melindungi mereka dari usaha manipulasi media.
5.      Kerusakan sosial yang disebabkan oleh media mungkin akan dapat diperbaiki dengan pendirian sebuah tatanan sosial yang totaliter
6.      Media massa tidak dapat mengelak dari kegiatan yang merendahkan bentuk budaya yang lebih tinggi menyebabkan terjadinya penurunan secara umum dalam peradaban.[3]
Adapun media massa merupakan institusi yang menghubungkan seluruh unsur masyarakat satu dengan lainnya melalui produk media massa yang di hasilkan. Secara Spesifik Media institusi media massa adalah: (1) sebagai saluran produksi dan distribusi konten simbol; (2) sebagai institusi publik yang bekerja sesuai aturan yang ada; (3) keikutsertaan baik sebagai pengirim atau penerima sukarela; (4) menggunakan standar profesional dan birokrasi; dan (5) media sebagai perpaduan antara kebebasan dan kekuasaan.[4]

  1. Materi Hadis
- عَنْ سَعِيْدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله ُعَنْهُمَا قَالَ: (لَمَّا نَزَلَتْ: وَأَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ اْلاَقْرَبِيْنَ وَرَهْطَكَ مِنْهُمُ اْلمُخْلَصِيْنَ خَرَجَ رَسُوْلُ الله ِصَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى صَعِدَ الصَّفَا فَهَتَفَ يَاصَبَاحَاهْ فَقَالُوْا: مَنْ هَذَا؟ فَاجْتَمَعُوْ إِلَيْهِ فَقَالَ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخْبَرْ تُكُمْ أَنَّ خَيِلاً تَخْرُجُ مِنْ سَفْحِ هَذَا الْجَبَلِ َاكُنْتُمْ مُصَدِّقِيَّ قَالُوا مَاجَرَّبْنَا عَلَيْكَ كَذِبً قَالَ فَإِنِّي نَذِيْرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيْدٍ قَالَ أَبُوْلَهَبٍ تَبَّالَكَ مَاجَمِعْتَنَا إِلاَّ لِهَذَا؟ ثُمَّ قَامَ فَنَزَلَتْ:(تَبَّتْ يَدَا أَبِيْ لَهَبٍ وَتَبَّ), وَقَدْ تَبَّ. هَكَذَا قَرَأَهَا الأَعِمَشُ يَوْمَئِذٍ . (رواه البخارى فى الصحيح, كتاب تفسير القرآن الكريم, باب تباب خسران تتبيب تدمير)
  1. Terjemahan hadis
Dari Sa’id bin Jubair,Dari Abu Abbas r.a. berkata: “Ketika turun firman-Nya, dan berilah peringatan kerabat-kerabatmu yang terdekat dan golonganmu diantara mereka yang ikhlas. Rasulullah Saw keluar kemudian naik ke bukit shafa dan berseru “waspadalah”, maka mereka berkata siapa ini, maka berkumpullah kemari. Beliau bersabda: bagaimana pendapatmu jika aku mengabarkan bahwa pasukan berkuda akan keluar dari balik gunung ini, apakah kalian mempercayaiku? Mereka berkata: Kami tidak pernah melihat engkau berdusta, beliau bersabda: Sesungguhnya aku pemberi peringatan bagi kalian di hadapan adzab yang pedih. Abu Lahab berkata; Celakalah engkau, apakah engkau mengumpulkan kami kecuali untuk ini? Kemudian Rasulullah Saw pergi, maka turunlah ayat, binasalah kedua tangan Abu lahab, dan sungguh ia binasa.[5]

  1. Mufrodat
            Arti Kata                                             Teks Arab
Berilah peringatan                               أَنْذِرْ
Kerabat-kerabatmu                             عَشِيْرَ تَك                                                
Golongamu                                         رَهْطَكَ
Yang ikhlas                                         الْمُخْلَصِيْن
Naik                                                    صَعِدَ                            
Berseru                                               فَهَتَفَ
Waspadalah                                         بَاصَبَاحَاهْ
Berkumpullah                                      اِجْتَمَعُوْ
Balik                                                     سَفْحِ
Gunung                                               جَبَلِ
Berdusta                                              كَذِبً                                           
                                                  

  1. Biografi rowi
Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf putra paman Rasulullah Saw (Saudara sepupu Rasulullah). Ayahanya Abu Abbas bin Abdul Muthalib dan ibunya adalah Umul Fadhli Lubabah binti Al-Harits Al-Hialliyah. Abdullah bin Abbas lahir 3 tahun sebelum hijriyah dan Nabi mendoakannya, “Ya Allah, berilah ia pengertian dalam bidang agama dan berilah ia pengetahuan takwil (tafsir)” Allah mendengar doa Nabi dan Ibnu Abbad terkenal dengan pengausaan ilmunya yang luas dan pengetahuan fiqhnya yang mendalam. Abdullah bin Abbas adalah sahabat kelima yang banyak meriwayatkan hadits sesudah Sayyidina Aisyah r.a., ia meriwayatkan 1.660 hadits. Ia wafat di Thaif pada tahun 68 H.

  1. Keterangan hadis
            (Surah Tabbat yadaa abii lahab. Bismillahirrahmaanirrahiim). Pada selain  riwayat Abu Dzar tidak mencantumkan basmalah. Abu Lahab adalah Ibnu Abdul Muthalib. Nama adalah Abdul Uzza,dan ibunya adalah Khuza’iyah. Dia dipanggil abu Lahab, karena mungkin anaknya bernama Lahab, atau mungkin karena roman pipinya yang sangat merah. Al fakihi meriwayatkan dari jalur Abullah bin katsir, dia berkata, “Dia dinamai AbuLahab, karena wajahnya putih bersih ketampanannya.” Ternayata hal itu bersesuian dengan akhir urusanya, yaitu dia akan masuk api yang berkobar-kobar. Oleh karna itu dalam Al Quran disebutkan panggilanya bukan namanya. Disamping itu, nama panggilanya lebih masyhur selain bahwa nama aslinya menggunakan nama patung.
             Hal ini tidak dapat dijadikan hujjah bagi mereka yang memblehkan memberi nama panggilan orang musyrik secara mutlak. Bahkan pembolehan ini terbatas jika tidak menunjukkan penggunaan atau sesuatu yang mengharuskan, Al Waqidi berkata, “Abu Lahab adalah manusia paling memusuhi Nabi SAW. Hal itu dikarenakan Abu Thalib berkelahi dengan Abu Lahab. Namun, Abu Lahab lebih unggul dan ia menduduki dada Abu Thalib. Saat itu Nabi SAW datang dan memegang pinggul Abu Lahab, lalu membantingnya ke tanah. Abu Lahab berkata kepadanya, “Kami berdua adalah pamanmu. Mengapa engkau melakukan hal ini kepadaku? Demi Allah, hatiku tidak akan mencintaimu selamanya.” Peristiwa ini berlangsung sebelum kenabian.
             Ketika Abu Thalib meninggal, saudara-saudara Abu Lahab berkata kepadanya, “Sekiranya engkau mendukung putra pamanmu niscaya engkau adalah manusia paling berhak atas hal itu.” Abu Lahab bertemu Nabi SAW dan bertanya tentang leluhurnya, maka Nabi menjawab mereka tidak menganut agama. Mendengar hal itu Abu Lahab marah dan terus menerus memusuhi beliau. Abu Lahab meninggal setelah peristiwa perang Badar. Dia tidak menghadiri perang Badar, tetapi hanya mengirim pengganti. Ketika sampai kepadanya apa yang menimpa kaum Quraisy dia pun meninggal  karena kalut.
             وَتَبَّ: خَسِرَ, تَبَّابُ: خُسْرَانٌ (Tabba artinya merugi. Tabaab artinya kerugian). Dalam riwayat Ibnu Mardawaih disebutkan dari jalur lain dari Al A’masy, “Maka Allah menurunkan تَبَّتْ يَدَا أَبِيْ لَهَبٍ وَتَبَّ (binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sungguh binasa). Dia berkata , ‘Yakni merugi dan binasa’. “Maksudnya, dia merugi serta apa yang diusahakannya, yaitu anaknya. Abu Ubaidah berkata tentang firman-Nya dalam surah Al Mukmin ayat 37, وَمَاكَيْدُفِرْعَوْنَ إِلاَّفِي تَبَّابِ (dan tipu daya Fir’aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian), yakni kebiasaan.
             تَتْبِيبٌ: تَدْمِيرٌ (Tatbiib artinya kehancuran). Abu Ubaidah berkata tentang firman-Nya dalam surah Huud ayat 101, وما زادوهم غير تتبيب (Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka), yakni kehancuran.
                    عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله ُعَنْهُمَا قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: وَأَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ اْلاَقْرَبِيْنَ وَرَهْطَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ  (Dari Ibnu Abbas RA, dia berkata, “Ketika turun ‘Dan berilah peringatan keluargamu yang paling dekat, dan kelompokmu di antara mereka yang ikhlash”)demikian tercantum dalam riwayat Abu Usamah dari Al A’masy. Pembahasan tentang in telah dipaparkan dalam tafsir surah asy-syu”araa’.[6]

  1. Refleksi Hadis
Era globalisasi media dalam menyampaikan pesan semakin berkembang, sehinga semakin banyak kita menguasai media maka semakin banyak juga pengaruh kita terhadap orang lain. Tanpa dipungkiri dengan media yang baik maka evek untuk mempengaruhi audience akan semakin terpenuhi  seperti Menurut Keith R. Stamm & John E. Bowes (1990), efek media dalam mempengaruhi manusia, dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1.      Efek Primer, yaitu efek yang ditimbulkan karena adanya terpaan, perhatian dan pemahaman. Jika manusia tidak bisa lepas dari media massa, maka efek yang ditimbulkan sungguh-sungguh terjadi. Semakin memahami apa yang disampaikan oleh media, maka semakin kuat pula efek primer yang terjadi. Contoh terjadinya efek primer adalah, saat media menayangkan atau menulis berita mengenai maraknya polisi ditembak oleh orang tidak bertanggung jawab. Maka di saat yang sama, masyarakat tertarik menyimak berita itu dengan saksama.
2.      Efek Sekunder, yaitu efek yang ditimbulkan karena adanya perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap) dan perubahan prilaku (menerima dan memilih). Yang termasuk dari efek sekunder adalah prilaku penerima yang ada dibawah kontrol langsung si pemberi pesan. Efek sekunder diyakini lebih menggambarkan realitas yang sungguh-sungguh terjadi di masyarakat. Salah satu bentuk efek sekunder adalah efek dari teori penggunaan dan kepuasan, atau uses and gratifications, yang memfokuskan perhatian pada audience atau masyarakat sebagai konsumen media massa, dan bukan pada pesan yang disampaikan. Dalam perspektif teori tersebut, audience dipandang sebagai partisipan yang aktif dalam proses komunikasi, meski tingkat keaktifan setiap individu tidaklah sama. Contoh terjadinya efek sekunder adalah, saat media mengulas tentang peristiwa penembakan polisi oleh orang yang tidak bertanggungjawab, maka reaksi masyarakat begitu beragam. Mereka lebih berhati-hati. Tak hanya polisi yang membekali diri, masyarakat pun akhirnya melakukan hal serupa, yaitu membekali diri mereka dengan membeli rompi dan helm anti peluru. Terbukti, bahwa tingkat penjualan rompi dan helm anti peluru, mengalami peningkatan.[7]
Pemanfaatan media massa dalam islam sebenarnya sudah ada dan bahkan telah nabi contohkan sebagaimana hadis yang telah kami sebutkan, namun namapaknya orang islam pernah lupa akan hal ini khususnya diera kemunduran islam, sehingga sekarang ini orang islam baru mulai kembali untuk memanfaatkan media dalam penyampaian dan penyebaran agama islam, seperti televisi, surat kabar, majalah bahkan internet yang di isi dengan acara-acara ke-islaman.

  1. Aspek Tarbawi
Dari keterangan hadits di atas, Kita sebagai umat Islam hendaknya bisa menerapkan apa yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw pada zaman dahulu dengan memanfaatkan bukit shafa sebagai media publikasi untuk menyampaikan informasi atau ilmu ke kalangan eksternal. Dan  dalam menyampaikan suatu ilmu atau informasi meliputi semua kalangan termasuk orang-orang kafir tanpa membedakan-bedakan suku, ras, maupun agama
Media publik adalah sarana pendidikan yang dapat menjangkau masyarakat banyak. Media publik berfungsi sebagai fasilitas penunjang agar suatu informasi dapat diterima dengan baik dari segi kualitasnya.[8]

PENUTUP
Pemanfaatan media merupakan sebuah cara yang telah digunakan semenjak zaman nabi Muhammad SAW yang perlu kita kembangkan demi pengembangan penyebaran  agama islam, sebagai seorang muslim sejati kita harus pandai dalam menginovasi media. Sehingga semakin banyak kita menguasai media maka semakin banyak juga pengaruh kita terhadap orang lain. Tanpa dipungkiri dengan media yang baik maka evek untuk mempengaruhi audience akan semakin terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA

 Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT Raja Grafindo 2013).
Eva arifin, Teknik Konseling Dimedia Masa,yogyakarta, Graha Ilmu 2010.
http://id.wikipedia.org/wiki/Efek_media erakhir diubah pada 2 Oktober 2013, pukul 12.05. di akses 5 maret 2015
Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baar ijld 24, Jakarta, Pustaka Azzam 2008.
Sihabudin Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, Taqribu At-Tahdizb, Juz I (Beirut: darul Shodah).
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006).


















BIOGRAFI PENULIS

          Nama : khayatul karimah
          NIM   : 2021113006
Ttl       :pekalongan,30 mei 1995
Alamat: paninggaran
STATUS: Mahasiswi Stain pekalongan
Cita-cita : menjadi wanita sholikhah
Moto: berusaha memperbaiki diri tanpa mengenal masa.



[1] Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT Raja Grafindo 2013), hlm:13

[2] Eva arifin, Teknik Konseling Dimedia Masa,yogyakarta, Graha Ilmu 2010, hlm 101
[3] Apriadi Tamburaka, op.cit., hlm:13
[4] Apriadi Tamburaka, op.cit., hlm:13
[5] Sihabudin Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, Taqribu At-Tahdizb, Juz I (Beirut: darul Shodah), hlm. 296
[6] Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baar ijld 24, Jakarta, Pustaka Azzam 2008. Hlm.643-644
[7] http://id.wikipedia.org/wiki/Efek_media erakhir diubah pada 2 Oktober 2013, pukul 12.05. di akses 5 maret 2015
[8] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlmn. 121

Tidak ada komentar:

Posting Komentar