Laman

Minggu, 15 Maret 2015

L - 5 - c: M. MUSYAFA'

AL-QURAN SEBAGAI SUMBER ILMU PENGETAHUAN
Mata Kuliah    : Hadis Tarbawi II

 
Disusun Oleh:
M. MUSYAFA’    
2021213032
KELAS L (Reguler Sore)

JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2015

 PENDAHULUAN


Al-Quran merupakan kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Dengan tujuan untuk memberikan petunjuk kepada beliau dan para umatnya agar terhindar dari siksa Allah yang amat pedih. Di dalam Al-Quran ini terdapat berbagai macam ilmu, baik itu yang sifatnya sebagai petunjuk, hukum, kisah-kisah terdahulu dan salah satu satunya adalah ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan yang terdapat dalam Al-Quran menyangkut tentang segala macam aspek pengetahuan yang ada di jagad raya ini. Mulai dari proses terbentuknya bumi hingga berakhirnya kehidupan di jagad raya. Ilmu pengetahuan yang terdapat dalam Al-Quran tidak perlu lagi diragukan kebenarannya dan juga kebenarannya bersifat ilmiah atau dapat dibuktikan.

PEMBAHASAN
Pengertian
Al-Quran
Ditinjau dari segi bahasa, Al-Quran berasal dari bahasa arab qara’a yang artinya “bacaan” atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Sedangkan menurut istilah yaitu firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"
Ilmu
Ilmu dalam bahasa Arab diambil dari kata ilm yang artinya kejelasan atau al-fahm (memahami sesuatu). Jadi ilmu secara istilah berarti memahami hakikat sesuatu, atau memahami hukum yang berlaku atas sesuatu. Saliba mendefinisikan ilmu dengan “memahami secara mutlak, baik tasawwur maupun tasdiq dan baik yakin maupun tidak.
Teori Pendukung
Al- Qur’an adalah buku induk ilmu pengetahuan, di mana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan, semuanya telah tercantum di dalamnya yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah, sesama manusia, alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis, ilmu agama, umum dan sebgaianya.
Al-Quran bukanlah kitab atau buku ilmu pengetahuan, dalam arti disusun berdasarkan hasil penelitian dan perenungan manusia, melainkan merupakan kitab petunjuk bagi manusia yang mengajarkan apa-apa yang dapat diketahuinya melalui penelitian dan perenungan. Disamping itu, Al-Quran juga mengajarkan apa-apa yang tidak dapat diketahui manusia karena berada diluar jangkauan penelitian dan perenungan.
Al-Quran telah menambahkan dimensi baru terhadap studi mengenai fenomena jagad raya dan membantu pikiran manusia melakukan terobosan terhadap batas penghalang dari alam materi. Al-Quran membawa manusia kepada Allah melalui ciptaan-Nya dan realitas konkret yang terdapat di bumi dan di langit. Inilah yang sesungguhnya dilakukan oleh ilmu. Ilmu pengetahuan, yaitu: mengadakan observasi, lalu menarik hukum-hukum alam berdasarkan observasi dan eksperimen. Hal ini lah yang akan mengantarkan manusia kepada Allah, dengan memalui petunjuk yang diberikan Allah yaitu Al-Quran.
Al-Qur’an yang paling utama adalah hubungannya dengan sains dan ilmu pengetahuaan, begitu pentingnya sains dan ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an sehingga Allah menurunkan ayat yang pertama kali Q.S Al-alaq ayat 1-5, yang berbunyi:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ. خَلَقَ اْلإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اِقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ. الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ اْلإِنْسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ.
“bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang maha pemurah, yang mengajar (manusia)dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
    Ayat tersebut mengandung perintah membaca, membaca berarti berfikir secara teratur atau sitematis dalam mempelajari firman dan ciptaannya, berfikir dengan menkorelasikan antara ayat qauliah dan kauniah manusia akan mampu menmukan konsep-konsep sains dan ilmu pengetahuan. Bahkan perintah yang pertama kali dititahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammada SAW. dan umat Islam sebelum perintah-perintah yang lain adalah mengembangkan sains dan ilmu pengetahuan serta bagaimana cara mendapatkannya. tentunya ilmu pengetahuan diperoleh di awali dengan cara membaca, karena membaca adalah kunci dari ilmu pengetahuan.
Al-Quran juga menjelaskan tentang syariat. Syariat mencakup segala aspek ajaran islam. Syariat disini tidak berarti hukum islam, tetapi juga bermakna akidah, akhlak, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan ajaran islam. Al-Quran juga menjelaskan tentang proses belajar yang dilakukan manusia. Dari sekian banyak proses dan cara, salah satunya adalah Metode Peniruan. Dalam fase ini, manusia banyak belajar tentang berbagai kebiasaan dan tingkah laku kedua orang tua dan saudara-saudaranya. Al-Quran sendiri telah mengemukakan contoh bagaimana manusia belajar dengan metode ini. Ini dikemukakan dalam kisah pembunuhan yang dilakukan Qabil terhadap Habil yang tercantum dalam QS. Al-Maidah,5:31. Dan masih banyak metode-metode yang lain.
Dari sekian banyak ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Al-Quran, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi dan keguanaan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Al-Quran adalah sebagai berikut:
Menyadari jati diri dan memahami berbagai kebaikan yang terkandung dalam ajaran syariat, seperti berpuasa itu lebih baik bagi siapapun yang berilmu.
وَأَنْ تَصُوْمُوْاخَيْرٌلَّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“dan berpuasa itu lebih baik jika kamu mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 184)
Mengetahui rahasia alam metafisik. Seperti firman Allah dalam QS. Al-Baqarah:164. “sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membaa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-Nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”
Mengetahui rahasia alam fisika. Rahasia alam fisika diantaranya diungkapkan melalui biologi, geografi, kimia dan farmasi. Ilmu-ilmu ini dapat mengungkapkan keteraturan dan keharmonisan alam, baik alam mikro maupun alam makro.
Memanfaatkan SDA dan sarana kehidupan yang lebih luas. Dengan mengetahui rahasia alam fisika, seseorang akan mengetahui akan mengetahui hal-hal yang merugikan dirinya sendiri. Al-Quran menyebutka bahwa disediakan untuk manusia dengan pengetahuannya. Manusia dapat memanfaatkannya secara praktis dan ekonomis. Diantara hasil rekayasa manusia adalah listrik, transportasi, telekomunikasi, pertanian dll.
Memenuhi tuntunan hidup yang lebih baik. Diantara tuntutan hidup manusia yang lebih baik telah menghasilkan rekayasa di bidang makanan, pakaian dan tempat tinggal. Seperti firman Allah dalam QS. Al-Baqarah:22, Al-An’am:142 dan ayat-ayat yang lain. Ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia harus merekayasa fasilitas tersebut guna mengambil manfaat yang lebih besar, sehingga berbagai rekayasa yang ditemukan manusia kian berkembang dan kian canggih.
Mengatasi berbagai problem kehidupan. Al-Quran menjelaskan bahwa Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya. Oleh karena itu untuk mengatasi problem kehidupan mesti ditingkatkan, seperti ilmu kedokteran, psikologi, ilmu-ilmu agama, sosiologi, beladiri dan sebagainya.
Memelihara perdamaian dunia. Emosi harus diimbangi dengan fungsi rasio dan hati. Tanpa fungsi keduanya, emosi akan bersekongkol dengan egoisme hingga melahirkan hukum rimba. Seperti firman Allah dalam QS. Al-Anfal:6 yaitu “dan siapkanlah untuk menghadapi kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu, dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscahya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)”
Materi Hadis
Hadis
عَنْ الْحَارِثِ قاَلَ مَرَرْتُ فِي الْمَسْجِدِ فَآِذَا النّاَسُ يَخُوضُونَ فِي الآَحَادِيثِ فَدَخَلْتُ عَلىَ عَلٍيِ فَقُلْتُ يَاآَمِيرُ الْمُؤمِنِيْنَ ألاَ تَرَى أَن النَّاَسَ قَدْ خَاضُوا فِي الْاحَادِيثِ قَالَ وَقَدْ فَعَلُوهَا قُلْتُ نَعَمْ قَالَ آَمَا إِنِّي قَدْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللٌهِ صَلٌىَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: آَلَا إنّهاَ سَتَكُونُ فِتْنَةُ فَقُلْتُ مَا المَخْرَجُ مِنْهَا يَا رَسُولَ اللَهِ قاَلَ كِتَابُ اللٌهِ فِيهِ نَبَأُ ماَ كَانَ قَبْلَكُمْ وَخَبَرَ مَا بَعْدَكُم وَ حُكَمَ مَا بَيْنَكُمْ وَهُوَ الْفَصْلٌ لَيْسَ بِالْهَزْلِ مَنْ تَرَكَهُ مِنْ جَبَّارٍ قَصَمَهُ اللهُ وَمَنْ ابْتَغَى الْهُدَى فِي غَيْرِهِ أضَلَّهُ اللهُ وَهُوَ حَبْلُ الله الْمَتِينُ وَهُوَ الٌدِّكْرُ اْلحَكِيْمُ وَهُوَ الِّصرَاطَ الْمُسْتَقِيْمُ هُوَ اَّدِلَاء تَزِيغُ بِهِ الآَهْوَاءُ وَلاَتَلْتَبِسُ بِهِ الألْسِنَةُ وَلاَ يَشْبَعُ مٍنْهُ الْعُلَمَاءُ وَلاَ يَخْلَقُ عَلَى كَثْرَةِ الرٌّدِّوَلَا تَنْقَضِي عَجَائِبُهُ هُوَ الَّذِي لَمْ تَنْتَهِ الْجِنُّ إِذْ سَمِعَتْهُ حَتَّى قَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْانَا عَجَبَا يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَامَنَّأ بِهِ, مَنْ قَالَ بِهِ صَدَقَ وَمَنْ عَمِلَ بِهِ آُجِرَ وَمَنْ حَكَمَ بِهِ عَدَلَ وَمَنْ دَعَا إِلَيْهِ هَدَى إلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمِ خُذْهَا إِلَيْكَ يَا آَعْوَرُ.}  قَالَ آَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثِ غَرِيبُّ لا نَعْرِفُهُ إلاَّ مِنْ هَذَا الوَجْهِ وَإِسْنَادُهُ مَجْهُولٌ وَفِي الحَارِثِ مَقَالٌ  (رواه الترمذي فى الجامع,كتاب فضائل القران عن رسول الله,باب ما جاء فى فضل القرآن)
“Di riwayatkan dari Al Harits, Beliau Berkata “ Pada suatu waktu aku melewati masjid, di sana pada waktu itu aku melihat orang-orang sedang berbicara panjang lebar, lalu aku mendatangi Ali. Aku bertanya kepadanya, wahai Amirul Mu’minun tidakkah engkau melihat orang-orang yang telah berbicara panjang lebar. Beliau bertanya ataukah mereka benar-benar meengerjakannya, aku menjawab Ya. Beliau berkata,”ingatlah sesungguhnya aku mendengar Rasulullah bersabda: “ Ingatlah bahwa sesungguhnya akan terjadi fitnah. Lalu aku (Ali) bertanya : apa jalan keluar darinya wahai Rasulullah?. Beliau bersabda Kitabullah yang di dalamnya terdapat cerita cerita tentang umat sebelum kalian juga kabar tentang hal yang akan terjadi setelah kehidupan kalian dan hukum sesuatu yang terjadi diantara kalian. Dan Kitabullah adalah pemisah antara yang haq dan yang bathil bukan senda gurau. Barang siapa yang meninggalkannya dari orang-orang yang  angkuh atau sombong maka Allah akan membinasakannya dan barang siapa mencari petunjuk dengan selamanya maka Allah akan menyesatkannya. Kitabullah adalah kitab Allah yang kuat, juga dzikir yang bijaksana, serta jalan yang lurus. Kitabullah adalah sesuatu yang membuat keinginan tidak menyeleweng, tidak membuat lidah sulut dalam melafalkan, tidak membuat para ulama merasa puas , tidak usang sebab banyak di ulang serta tidak akan habis keajaiban-keajaibannya. Kitabullah adalah sesuatu yang membuat jin tidak berhenti kala mendengarnya sehingga mereka berkata, “Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur’an yang menakjubkan, yang memberi petunjuk pada jalan kebenaran, lalu kami beriman kepadanya “. Barang siapa berbicara dengannya (Kitab Allah) maka dia telah berkata jujur. Barang mengamalkannya maka akan diberikan pahala. Barang siapa menghukumi dengannya maka dia telah berbuat adil. Barang siapa yang mengajak kepadanya maka dia telah diberi petunjuk pada jalan yang lurus. Ambillah kalimat-kalimat ini wahai orang yang bermata satu. Hadist ini adalah Hadist ghorib yang tidak kami ketahui kecuali dari hadistnya Hamzah Al Zayyat mata rantai hadistnya tidak diketahui dan dalam hadistnya Al-Hadist terdapat komentar. (HR. At-Tirmidzi)
Biografi Perawi
Dilahirkan pada 279 H di kota Tirmiz, Imam Tirmizi bernama lengkap Imam Al-Hafiz Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin Ad-Dahhak As-Sulami At-Tirmizi. Sejak kecil, Imam Tirmizi gemar belajar ilmu dan mencari Hadits. Untuk keperluan inilah ia mengembara ke berbagai negeri, antara lain Hijaz, Irak, Khurasan, dan lain-lain.
Dalam lawatannya itu, ia banyak mengunjungi ulama-ulama besar dan guru-guru Hadits untuk mendengar Hadits dan kemudian dihafal dan dicatatnya dengan baik. Di antara gurunya adalah; Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Abu Daud. Selain itu, ia juga belajar pada Imam Ishak bin Musa, Mahmud bin Gailan, Said bin Abdurrahman, Ali bin Hajar, Ahmad bin Muni', dan lainnya.
Perjalanan panjang pengembaraannya mencari ilmu, bertukar pikiran, dan mengumpulkan Hadits itu mengantarkan dirinya sebagai ulama Hadits yang sangat disegani kalangan ulama semasanya. Kendati demikian, takdir menggariskan lain. Daya upaya mulianya itu pula yang pada akhir kehidupannya mendapat musibah kebutaan, dan beberapa tahun lamanya ia hidup sebagai tuna netra. Dalam kondisi seperti inilah, Imam Tirmizi meninggal dunia. Ia wafat di Tirmiz pada usia 70 tahun. 
Di kemudian hari, kumpulan Hadits dan ilmu-ilmunya dipelajari dan diriwayatkan oleh banyak ulama, di antaranya; Makhul ibnul-Fadl, Muhammad bin Mahmud Anbar, Hammad bin Syakir, Abd bin Muhammad An-Nasfiyyun, Al-Haisam bin Kulaib Asy-Syasyi, Ahmad bin Yusuf An-Nasafi, Abul-Abbas Muhammad bin Mahbud Al-Mahbubi, yang meriwayatkan kitab Al-Jami' daripadanya, dan lain-lain. Mereka ini pula murid-murid Imam Tirmizi.
Refleksi Hadis Dalam Kehidupan
Al-Quran adalah kalamullah yang ditujukan untuk memberi petunjuk kepada manusia. Kita dapat mengetahui, bahwa dari Al-Quranlah kemudian muncul berbagai ilmu tentang persoalan akhirat maupun dunia. Hal ini menunjukkan bahwa keotentikan dan kebenaran Al-Quran semakin nyata dan dibutuhkan sesuai dengan perkembangan zaman.
Namun kita dapat menilai, bahwa kehidupan sekarang ini banyak orang yang telah terlena atas kehidupan ini, banyak orang yang sombong, lupa akan nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya, suka berbuat dhalim, merusak dan lain-lain. Hal ini dikarenakan mereka telah mengindahkan Al-Quran dengan kehidupan dunia. Mereka tidak mau mengamalkan isi yang ada dalam Al-Quran sehingga tidak sedikit dari mereka yang menerima adzab yang ditimpakannya oleh Allah.
Dan orang-orang yang beriman senantiasa menjaga komitmennya untuk membaca dan mengamalkan apa yang ada di dalam Al-Quran, karena mereka tahu akan manfaat yang luar biasa dari Al-Quran, mereka yakin bahwa isi yang ada di dalam Al-Quran selalu memberi petunjuk yang benar. Disinilah dapat dipahami bahwa Al-Quran dapat memberikan suatu pengetahuan kepada manusia, dan juga membimbing manusia kearah yang lebih baik untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki.
Aspek Tarbawi
Menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup.
Menjadikan Al-Quran sebagai sumber dari segala sumber ilmu.
Menjadikan Al-Quran sebagai rujukan utama dalam menghadapi problem kehidupan.
Mempelajari dan mengamalkan berbagai pengetahuan yang terdapat didalamnya.
Menjadikan Al-Quran sebagia acuan untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.


PENUTUP
SIMPULAN
Al-Quran merupakan kitab suci bagi umat islam yang wajib diimani dan wajib dijadikan sebagai pedoman hidup. Al-Quran selalu mendorong akal pikiran manusia dan menekankan pada upaya pencarian ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, Al-Quran berperan penting dalam membantu manusia untuk menemukan suatu pengetahuan yang dapat menyelesaikan segala problem kehidupan yang muncul seiring dengan perkembangan zaman. Di dalam Al-Quran sudah dijelaskan berbagai aspek pengetahuan dari masalah-masalah duniawi sampai masalah-masalah ukhrawi. Kita diwajibkan untuk senantiasa membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Quran, karena Al-Quran  merupakan sumber dari segala ilmu pengetahuan yang akan menyelamatkan kita di dunia dan di akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
http://andri-religi.blogspot.com/2012/12/pengertian-al-quran-secara-bahasa-dan.html
http://hadist.masjid.asia/2012/12/biografi-singkat-imam-tirmidzi.html
http://www.blog.radenpotret.com/2012/09/al-quran-sebagai-sumber-ilmu-pengetahuan.html
Najati, M. '. (1997). Al-quran dan ilmu jiwa. Bandung: PUSTAKA.
Rahman, A. (2000). AL-QUR'AN SUMBER ILMU PENGETAHUAN. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Rosyanti, N. I. (2002). ESENSI AL-QURAN. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.
Yusuf, K. M. (2012). Studi Alquran. Jakarta: AMZAH.
Yusuf, K. M. (2013). Tafsir Tarbawi. Jakarta: AMZAH.

PROFIL PENULIS

Nama            : M. Musyafa’
TTL            : Pekalongan, 7 januari 1995
Alamat            : Ds. Bubak Kec. Kandangserang Kab.
              Pekalongan
Riwayat Pendidikan    : SDN 01 Bubak
              MTs Simbang Kulon
              SMK Muhammadiyah Kajen
 (Teknik Audio Video)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar