TAFSIR TARBAWI H 7 E
“Ilmu, Pena, dan Tulisan Mengangkat Budi Mulia”
Disusun
Oleh:
Kholifah : 2021114325
Kelas : H
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam
semoga rahmat dan kesejahteraan senantiasa di limpahkan oleh Allah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, para keluarga dan sahabatnya. Dengan rasa
syukur yang sedalam-dalamnya ke hadirat Allah SWT atas karunia dan nikmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Adab Mencari
Ilmu“ “Ilmu, Pena, dan Tulisan Mengangkat Budi Mulia “ ini yang
sekarang ada di hadapan para pembaca yang budiman.
Penulis telah berupaya menyajikan laporan ini
dengan sebaik-baiknya, meskipun tidak komprehensif. Di samping itu, apabila
terdapat kesalahan dan kekurangan, baik dalam pengetikan maupun isinya, maka
penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca guna penyempurnaan penulisan berikutnya.
Semoga makalah yang sederhana ini menambah
khasanah keilmuan dan dengan ini saya mempersembahkan dengan penuh rasa terima
kasih, semoga allah SWT memberkahi sehingga dapat memberikan manfaat.
Amin ya robbal ‘alamin.
Pekalongan, 05 April 2016
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Surah ini
populer dengan nama Surah al-Qalam atau Surah Nun ada juga yang
menggabung kedua kata itu yaitu Surah Nun Wal Qalam. Mayoritas ulama
menyatakan bahwa keseluruhan ayat-ayatnya adalah Makkiyah, diturunkan sebelum
Nabi saw. berhijrah ke Madinah. Sebagian ulama dengan mengutip Riwayat Ibn
‘Abbas r.a menyatakan bahwa awal surah ini sampai ayat 16 adalah Makkiyah, lalu
ayat 17 sampai ayat 33 adalah Madaniyyah, selanjutnya ayat 34 sampai 47 adalah
Makkiyah lagi, dan selebihnya ayat 48 sampai 50 adalah Madaniyyah lagi.
Isu sentral
surah ini sebagai hiburan terhadap Nabi saw. setelah beliau dihina oleh kaum
musyrikin sebagai orang gila. Dengan surah ini Allah swt. Menenangkan hati
beliau melalui janji serta pujian atas akhlak mulia beliau sambil mengingatkan
agar tidak mengikuti keinginan kaum musyrikin
atau melunakkan sikap dalam menghadapi mereka.
Sahabat Nabi
saw., Jabir Ibn Abdillah ra. menyatakan bahwa surah al-Qalam adalah surah kedua
yang diterima Nabi saw., setelahnya surah al-Muzzammmil baru al-Muddatstsir.
Sayyid Quthub
berpendapat lain. Menurutnya, tidak dapat ditentukan kapan persisnya surah ini
turun. Menurutnya, banyak riwayat-riwayat yang menyatakan bahwa surah ini
adalah surah kedua turun setelah surah Iqra’, tetapi tema surah dan uslub (gaya) bahasa yang digunakan
dalam surah tersebut membuat beliau berpandangan lain, bahkan menurutnya,
hampir dapat dikatakan bahwa surah ini turun setelah kurang lebih 3 tahun dakwah Nabi saw. yang
diarahkan kepada perorangan. Ia turun pada saat kaum musyrikin Mekkah menolak
dan memerangi dakwah Nabi itu, sehingga menuduh Nabi dengan tuduhan orang gila,
maka al-Qur’an membantah dan menafikan serta mengancam mereka yang menghalangi
dakwah sebagaimana diungkap pada awal surah.
Sayyid Quthub
juga menolak pendapat yang menyatakan bahwa sebagian surah ini Makkiyah dan
sebagiannya lagi Madaniyyah. Beliau menegaskan bahwa semua ayat-ayatnya adalah
Makkiyyah, dengan alasan bahwa ciri uraian ayat-ayatnya adalah ciri Makkiyyah
yang sangat menonjol.
Apapun
perbedaan pendapat itu, kesemuanya memiliki alasan masing-masing. Yang pertama
berdasarkan riwayat-riwayat yang banyak dan kedua berdasarkan analisis surah.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu
kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian makalah
ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Apa definisi judul tentang Ilmu, pena dan tulisan
mengangkat budi mulia?
2. Apa ayat pendukung ?
3. Apa Teori pengembangan QS Al-Qalam ayat 1-4?
4. Apa nilai-nilai Aspek Tarbawi?
C. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan
melalui studi literatur atau metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan
beberapa referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang di bahas.
Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan masalah yang
akan dibahas dengan melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah
pengkajian masalah, penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawaban
permasalahan dari berbagai sumber, dan penyintesisan serta pengorganisasian
jawaban permasalahan.
D.
Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam tiga bagian,
meliputi : BAB I, Bagian pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang
masalah, perumusan masalah, metode pemecahan masalah dan sistematika penulisan
makalah ; BAB II adalah pembahasan, ; BAB III, bagian penutup yang terdiri dari
simpulan dan saran-saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. QS Al-Qalam ayat 1-4
1. Definisi judul
Q.S.
Al-‘Alaq ini kata ( القلم) menurut
Al-Asfahani berarti potongan dari suatu yang agak keras seperti kuku dan kayu,
serta secara khusus digunakan untuk menulis (pena). Sedangkan menurut tafsir
Al-Maraghi ayat tersebut menjelaskan bahwa Dia-lah Allah yang menjadikan kalam
sebagai media yang digunakan manusia untuk memahami sesuatu, sebagaimana mereka
memahaminya melalui ucapan.
Lebih jelas, beliau menjelaskan bahwa al-qalam itu
adalah alat yang keras dan tidak mengandung unsur kehidupan alias benda mati,
dan tidak pula mengandung unsur pemahaman. Namun digunakannya al-qalam untuk
memahami sesuatu bagi Allah bukanlah masalah yang sulit. Dan dengan bantuan
al-qalam ini pula manusia dapat memahami masalah yang sulit. Allah memiliki
kekuasaan untuk menjadikan seseorang sebagai pembaca yang baik. Penghubung yang
memiliki pengetahuan sehingga ia menjadi manusia yang sempurna. Pada
perkembangan selanjutnya, pengertian al-qalam ini tidak terbatas hanya pada
alat tulis yang hanya bisa digunakan oleh masyarakat tradisional di
pesantren-pesantren. Namun secara subtansial al-qalam ini dapat menampung
seluruh pengertian yang berkaitan dengan segala sesuatu sebagai alat pentimpan,
merekam, syuting film dan sebagainya. Dalam kaitan ini maka al-qalam dapat
mencakup alat pemotret berupa kamera, alat perekam berupa recording, alat
penyimpan data berupa komputer, video campact disc (VCD). Berbagai peralatan
ini selanjutnya terkait dengan bidang teknologi pendidikan. [1]
Ilmu adalah sesuatu yang bisa membuka/menemukan perkara yang dicari
dengan sempurna. [2]
2.
Teori pengembangan QS Al-Qolam
ayat 1-4
أَعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّـيْطٰنِ الرَّجِيْمِ
بسم الله الرحمن الرحيم
بسم الله الرحمن الرحيم
artinya: ” Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. Dan Sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Allah
berfirman: Nun, demi qolam yakni demi pena yang biasa digunakan untuk menulis
oleh malaikat atau oleh siapapun dan juga demi apa yang mereka tulis. Bukanlah
engkau wahai Nabi Muhammad-disebabkan nikmat Tuhan Pemalihara dan Pembimbing-mu
semata. Seorang gila sebagaimana dituduhkan oleh para pendurhaka. Dan sesun gguhnya
untukmu secara khusus atas jerih payah dan kesungguhan mu menyampaikan dan
mengajarkan wahyu Ilahi- benar-benar telah tersedia pahala ynag besar dan yang
tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya engkau benar-benar berada diatas budi
pekerti yang agung.
Kata Qolam/pena
ada yang memahaminya dalam arti sempit yakni pena tertentu, ada juga yang
memahaminya secara umum yakni alat tulis apapun – termasuk computer tercanggih
sekalipun. Yang memahaminya dalam arti sempit ada yang memahaminya pena yang
digunakan malaikat untuk menulis takdir baik dan buruk serta segala kejadian
dan makhluk yang kesemuanya tercatat dalam Lauh Mahfuzh, atau pena yang
digunakan malaikat menulis amal-amal baik dan buruk setiap manusia, atau pena
sahabat Nabi menulis ayat-ayat al-Qur’an.[3]
Ayat pertama,
sangatlah relevan dengan kemajuan peradaban umat manusia, bahwa perintah
membaca yang diwahyukan pada surat al-‘Alaq yang mendahului surat ini, disambut
dengan pena serta apa yang dituliskan. Aktivitas baca tulis telah membawa
peradaban manusia ke tingkat yang lebih tinggi sampai saat ini. Dengan
aktivitas membaca dan menulis, gerak perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi terus meningkat, yang pada waktu bersamaan peradaban umat manusia
terus berkembang.
Maka seperti
dijelaskan ketika menafsirkan surat al-‘Alaq bahwa tidak secara kebetulan,
wahyu pertama turun kepada nabi Muhammad saw. Dimulai dengan ayat perintah
untuk membaca. Lebih tidak secara kebetulan lagi bahwa surat kedua yang turun
sesudah surat al-‘Alaq itu adalah surat ini dengan pembicaraan tentang dan apa
yang dituliskannya. Jadi sempurnalah diletakkan akar peradaban umat manusia
melalui pengembangan tradisi baca dan tulis.
Dengan
mempergunakan pena dan apa yang mereka tulis, terpahamkan para penulis yang
mempergunakan pena tersebut, apakah itu malaikat, ataukah para penulis wahyu
Allah, ataupun siapa saja yang mempergunakan pena untuk menulis. Tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa seluruh produk yang dihasilkan dari kegiatan
menulis pasti memberikan nilai tambah bagi kehidupan. Tulisan yang ada dilauh
mahfuzh menjadi sebab dari seluruh peristiwa yang terjadi dialam semesta.
Ayat kedua,
setelah bersumpah dengan nun dan Qalam, Allah kemudian menyampaikan sebuah
bujukan penyejuk hati bagi Muhammad bin Abdullah, lelaki pilihan yang telah
ditetapkan sebagai utusan-Nya. Bujukan itu sangat diperlukan karena lelaki
pilihan itu, yang tadinya dipuja dan disanjung oleh masyarakat Quraisy sebagai
seorang yang dipercaya sehingga beliau diberi gelar al-amin, sekarang dituduh
sebagai seorang yang sudah kena sihir, tenung, dan pellet, sudah dirasuki oleh
setan, bahkan suda gila. Sebagaimana riwayat yang menjadi asbabun nuzul ayat
ini.
Allah membujuk
Nabi saw, dengan menepis segala tuduhan. Berkat nikamat Tuhanmu, Allah yang
maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Curahan nikmat telah dikucurkan kepada
Muhammad bin Abdullah. Semenjak beliau masih dalam kandungan, hujan nikmat
selalu menyertai kehidupan beliau. Walaupun masih dalam kandungan, ayah beliau sudah
tiada, beliau tumbuh sebagai janin yang sehat sampai beliau dilahirkan oleh
aminah. Lalu beliau diasuh oleh ibu pengasuh Halimatussa’diyah.
Ayat ketiga,
kata mamnun manurut Quraish Shihab diambil dari kata manna yang mengandung yang
mengandung dua arti, yakni putus dan menyebut-nyebut pemberian. Jika diambil
kata putus, demikian Shihab, maka paha yang diberikan oleh Allah tidak akan
putus berkesinambungan terus menerus. Siapa yang mengajar satu kebaikan, maka
ia akan memperoleh ganjarannya dan ganjaran orang yang dia ajar itu ganjarannya
akan mengalir secara terus menerus , selama orang yang diajarkan itu
mengajarkan lagi dan mengamalkan apa yang diajarkan itu.
Jika diambil
arti menyebut-nyebut pemberian, maka ini hanya hanya tertuju kepada Nabi saw.
Sendiri ini berarti ganjaran yang Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad saw.
Kendati sangat banyak, tetapi ia tidak disebut-sebut dalam bentuk yang
merendahkan atau menyakitkan hati beliau. Memang ada orang yang membantu,
tetapi tidak lama kemudian menyebut-nyebut bantuannya, maka bantuan tersebut
akan kehilangan pahala dan berkah dari Allah swt.
Ayat keempat,
setelah membujuk yang membesarkan hati, member pahala yang terus-menerus, Allah
kemudian memuji Nabi saw dengan pujian yang sangat tinggi. Dan sesungguhnya
kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Pujian dari Eksistensi Yang Maha
Agung, pujian dari siapapun pastilah membanggakan diri. Pujian dari orang yang
mempunyai fungsi dan kedudukan tinggi pasti lebih membanggakan lagi. Apalagi
pujian datang dari presiden atau raja pastilah lebih membanggakan. Tetapi
pujian dari Allah dzat Yang Maha Perkasa dan Maha Tinggi adalah sesuatu yang
sangat luar biasa yang tidak bisa digambarkan dengan semua kata dan bahasa
untuk berbangga.
Pujian memang
bisa membangkitkan semangat, tetapi tidak sedikit pula pujian yang membunuh dan
menghancurkan. Berapa banyak orang yang hancur luluh karena pujian sehingga
tidak kreatif lagi. Tidak sedikit orang yang mengalami keguncangan kepribadian
sehingga timbul kesombongannya. Sangat sering ditemui akibat pujian timbul
keangkuhan sehingga tidak mau menerima nasihat yang diperlukan. Apalagi pujian
dari dzat Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.
Rasulullah
adalah Pribadi yang agung, yang dipilih oleh Allah sebagai Nabi dan Rasul. Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Keagungan budi
pekerti Rasulullah ini menjadi sumber inspirasi kaum muslimin dalam membangun
masyarakat islam. Malalui uswah hasanah Rasulullah saw sebagai Nabi terakhir
dengan agama yang terakhir, dituntut dari setiap Muslim untuk berjihad dijalan
Allah membangun masyrakat yang ditegakkan diatas fondasi akhlak dan moral.[4]
3.
Hadits
atau ayat pendukung
QS Al-‘Alaq
ayat 4:
ا
لّذْ ي عَلَّم بِا لْقَلَم
Artinya:
“Yang mengajar (manusia) dengan perantara qalam”
Allah menyatakan bahwa dia menjadikan manusia dari alaq lalu di ajarinya
komunikasi dengan prantara kalam bahwa manusia di ciptakan dari sesuatu bahan
hina dengan melalui proses sampai kepada kesempurnaan sebagai manusia sehingga
dapat mengetahui segala rahasia sesuatu
Tafsiran
Ayat ke 4 :
Kemudian dengan ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia
menyediakan kalam sebagai alat untuk menulis, sehingga tulisan itu menjadi
penghubung antar manusia walaupun mereka berjauhan tempat, sebagaimana mereka
berhubungan dengan perantaraan lisan. Kalam sebagai benda pada yang tidak dapat
bergerak dijadikan alat informasi dan komunikasi, maka apakah sulitnya bagi
Allah menjadi Nabi Nya sebagai manusia pilihan Nya bisa membaca, berorientasi
dan dapat pula mengajar.
Allah
menyatkan bahwa Dia menjadikan manusia dari ‘Alaq lalu diajarinya berkomunikasi
dengan perantaraan kalam. Pernyataan ini menyatakan bahwa manusia diciptakan
dari sesuatu bahan hina dengan melalui proses, sampai kepada kesempurnaan
sebagai manusia sehingga dapat mengetahui segala rahasia sesuatu, maka
seakan-akan dikatakan kepada mereka, “Perhatikanlah hai manusia bahwa engkau
telah berubah dari tingkat yang paling rendah hingga tingkat yang paling mulia,
hal mana tidak mungkin terjadi kecuali dengan kehendak Allah Yang Maha Kuasa
dan Maha Bijaksana menciptakan segala sesuatu sesuai dengan kehendak Nya.[5]
4.
Aspek
tarbawi
1.
Belajar
adalah proses eksplorasi potensi diri menjadi aktual. Selain itu, belajar juga
merupakan proses untuk mengetahui.
2.
Pembelajaran
adalah proses bimbingan dan penyerapan mikro anak didik dari gurunya untuk
mencapai tujuan belajar yaitu teraktualisasikannya pengetahuan. Mengajar adalah
aktivitas eksplorasi untuk mengeluarkan pengetahua dari daya menjadi aktual.
3.
bertanggung
jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi
anak didik, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor.
4. Pendidikan
Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk mengantarkan
kegiatan pendidikannya ke arah tujuan yang dicita-citakan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Q.S.
Al-‘Alaq ini kata ( القلم) menurut
Al-Asfahani berarti potongan dari suatu yang agak keras seperti kuku dan kayu,
serta secara khusus digunakan untuk menulis (pena). Ilmu adalah sesuatu yang bisa membuka/menemukan perkara yang dicari
dengan sempurna.
Ayat pertama, sangatlah relevan dengan kemajuan peradaban umat
manusia, bahwa perintah membaca yang diwahyukan pada surat al-‘Alaq yang
mendahului surat ini, disambut dengan pena serta apa yang dituliskan.
Ayat kedua, setelah bersumpah dengan nun dan Qalam, Allah kemudian
menyampaikan sebuah bujukan penyejuk hati bagi Muhammad bin Abdullah, lelaki
pilihan yang telah ditetapkan sebagai utusan-Nya.
Ayat ketiga, kata mamnun manurut Quraish Shihab diambil dari kata
manna yang mengandung yang mengandung dua arti, yakni putus dan menyebut-nyebut
pemberian.
Ayat keempat, setelah membujuk yang membesarkan hati, member pahala
yang terus-menerus, Allah kemudian memuji Nabi saw dengan pujian yang sangat
tinggi.
B. Kritik
dan saran
Mahasiswa
akan senantiasa berhubungan dengan tugas makalah. Oleh karena itu anda harus
rajin belajar, lebih-lebih anda sering membaca. Karena membaca adalah sebagai
modal dasar bagi seorang penulis. Untuk menggelorakan semangat berkarya anda,
renungkan kalimat bijak ini: “Untuk menjadi penulis, yang
dibutuhkan hanyalah kemauan keras untuk menulis dan kemudian mempraktekkannya,
orang yang hanya mempunyai kemauan untuk menulis namun tidak pernah
melakukannya maka ia sama saja dengan bermimpi untuk memiliki mobil, tanpa ada
usaha dan kerja keras untuk memilikinya”.Penulis berharap dengan ditulisnya materi Ilmu Hadits
ini dapat memberikan efek positif kepada kita yang tengah menjalani mata kuliah
Metodologi Study Islam.
MY PROFIL
Nama saya
kholifah, biasa dipanggil oliv, saya sekarang kuliah di Universitas STAIN Pekalongan
angkatan 2014. Rumah saya terletak didaerah pantura dekat laut, tepatnya di
Desa Kaliprau Kec. Ulujami Kab. Pemalang. saya tinggal bersama keluarga saya
yang terdiri atas ayah, ibu, kakak perempuan dan adik laki-laki, umur saya
sekarang menginjak 21 tahun, saya lahir pada hari rabu 17 september 1995. sejak
kecil kami selalu hidup saling menyayangi meskipun kami sering berantem satu
sama lain,,,,,,
Setelah kami
sama-sama dewasa kami menjadi anak yang bisa dikatakan sering bermusuhan, mengejek,
bahkan berantem. maka awal dari sinilah kami dipisahkan oleh orang tua kami di
sebuah pesantren HADIRUL ULUM Kedungpedati Desa Tasikrejo Kecamatan
Ulujami Kabupaten Pemalang.
Dari pertama
saya ditempatkan di pesantren saya selalu menangis karena ini keputusan orang
tua saya, tapi lama kelamaan saya merasakan nikmatnya hidup di pesanteren dan
dari sinilah saya menemukan jati diri saya mengenal Allah.
Bagi
teman-teman yang pernah merasakan kehidupan di pesantren tentunya terkadang
merasakan indahnya hidup di pesantren. Ada suka dan ada duka, hidup berjama’ah
dengan teman-teman. Merasakan indahnya kebersamaan, makan bersama, tidur
bersama, sholat berjamaah, belajar bersama dan mandi bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar