OBJEK PENDIDIKAN
‘‘LANGSUNG’’
KERABAT SEBAGAI OBJEK
PENDIDIKAN
Q.S ASY-SYU’ARA AYAT
214
ROFI MAULANA
NIM 2021115229
Kelas
A (PAI)
JURUSAN
TARBIYAH / PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2016
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah
swt. Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala rahmat dan nikmat yang
telah dilimpahkan kepada hamba-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul
besar “objek pendidikan langsung”
dan judul kecil “kerabat sebagai objek pendidikan” dalam QS. Asy syu’ara
ayat 214. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi I,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan tahun akademik 2016.
Penulis menyadari tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak maka makalah ini tidak akan terwujud.
Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1.Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku dosen pengampu matakuliah Tafsir Tarbawi
I.
2.Bapak dan Ibu selaku kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan
moral, materiil serta motivasinya.
3.Segenap staff perpustakaan
IAIN pekalongan yang telah memberikan bantuan referensi buku rujukan.
4. Mahasiswa prodi PAI
kelas A yang telah memberikan bantuan, dukungan dan motivasinya. Serta,
5. Semua pihak yang telah
memberikan dukungan moral dan materiilnya.
Penulis menyadari betul
bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu
penulis mengharapkan dorongan, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah ini dan dapat mudah dimanfaatkan.
Pekalongan, 3 November
2016
Rofi
Maulana
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sebuah pendidikan tentunya terdapat sebuah
subyek, objek dan sarana-sarana lain yang sekiranya dapat membantu
terselenggaranya sebuah pendidikan. Allah SWT telah memerintahkan kepada
Rasul-Nya yang mulia, di dalam ayat-ayat yang jelas ini, agar dia memberikan
peringatkan kepada keluarga dan sanak kerabat dulu kemudian kepada seluruh umat
manusia agar tidak seorang pun yang berprasangka jelek kepada nabi, keluarga
dan sanak kerabatnya. Jika dia memulai dengan memberikan peringatan kepada
kelurga dan sanak kerabatnya, maka hal itu akan lebih bermanfaat dan seruannya
akan lebih berhasil. Allah juga menyuruh agar bersikap tawadhu kepada
pengikut-pengikut yang beriman, bersikap baik kepada mereka, dan ikut
menanggung kesusahan yang mereka mau menerima nasehat.
B. Judul
Objek Pendidikan Langsung “kerabat sebagai objek pendidikan”
C. Nash
Q.S. Asy-Syu’ara Ayat 214
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
Artinya : ”Dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”.
D. Arti Penting
Pendidikan
bukanlah proses pengajaran saja, Dalam Perspektif Al-Quran Surat Asy-Syu’ara
Ayat 214 وَأَنْذِرْ
عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِين “Dan berilah peringatkan kepada
kerabat-kerabatmu yang terdekat” Dalam sebuah pendidikan tentunya terdapat ilmu
pengetahuan, adanya tujuan pendidikan, subjek pendidikan, metode pengajaran dan
tentunya terdapat objek pendidikan pula melainkan segala usaha penanaman
(Internalisasi ) nilai-nilai islam kedalam diripun diperlukan, dan harus
ditanamkan yang namanya Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Teori
Objek adalah
pusat pengamatan yang menjadi sumber ilmu pengetahuan (sasaran yang dipelajari)
[1].Dan
Pendidikan menurut bentuknya dibedakan dalam tiga kategori. Pendidikan sebagai
suatu proses belajar mengajar, pendidikan sebagai suatu kajian ilmiah, dan
pendidikan sebagai lembaga pendidikan. Pendidikan disebut sebagai suatu proses belajar mengajar
karena pendidikan selalu melibatkan seseorang guru yang berperan sebagai tenaga
pengajar dan murid sebagai peserta didiknya. Kemudian pendidikan juga disebut sebagai suatu kajian
ilmiah karena pendidikan dapat dijadikan salah satu objek penelitian ilmiah.
Objeknya juga cukup banyak. Mulai dari fakta dan kenyataan pendidikan yang
terjadi dilapangan, sampai telaah filosofi sebagai acuan pengembangan
keilmuannya. Sedangkan pendidikan sebagai suatu lembaga pendidikan karena pada
dasarnya penggunaan istilah pendidikan hampir selalu tertuju pada suatu lembaga
yang disebut sekolah, madrasah, atau lembaga perguruan yang menyelenggarakan
proses belajar mengajar.[2]
Pengertian
pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum terdapat di zaman nabi.
Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh nabi dalam menyampaikan seruan
agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih
keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang
mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim, telah mencakup arti
pendidikan dalam pengertian sekarang. Orang arab Mekah yang tadinya penyembah
berhala, musyrik, kafir, kasar dan sombong maka dengan usaha dan kegiatan Nabi
mengislamkan mereka, lalu tingkah laku mereka berubah jadi penyembah Allah Tuhan
Yang Maha Esa, mukmin, muslim, lemah lembut, dan hormat pada orang lain. Mereka
telah berkepribadian muslim sebagaimana yang dicita-citakan oleh ajaran islam.
Dengan itu berarti Nabi telah mendidik, membentuk kepribadian yaitu kepribadian
muslim dan sekaligus berarti bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang pendidik
yang berhasil.[3]
Dan sebagaimana Allah SWT telah
memerintahkan kepada Rasul-Nya yang mulia, di dalam surat asy-syuara ayat 214 “Dan berilah peringatkan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”. agar dia memberikan peringatkan kepada keluarga dan sanak kerabat dulu
kemudian kepada seluruh umat manusia agar tidak seorang pun yang berprasangka
jelek kepada nabi, keluarga dan sanak kerabatnya.
B.Tafsir
1.Tafsir Ibnu Katsir
Allah Ta’ala menyuruh manusia
menyembah Dia semata, tanpa sekutu baginya-Nya. Dia memberitahukan bahwa
barangsiapa yang menyekutukan-Nya maka Dia akan mengazabnya. Kemudian Dia
menyuruh Rasulullah SAW. Agar memberi peringatan kepada kerabat-kerabatnya yang
terdekat dan bahwasanya tidak ada yang dapat menyelamatkan para kerabat kecuali
keimanan mereka kepada Tuhannya. Allah pun menyuruh Rasulullah bersikap lembut
kepada kaum mukmin yang mengikutinya , dan hendaklah dia berlepas diri dari
orang-orang yang menduharkainya, siapapun dia. Karena itu, Allah Ta’ala
berfirman, “jika mereka mendurhakaimu, maka katakanlah,’Sesungguhnya aku tidak
bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.’” Peringatan yang khusus ini
tidaklah menegaskan peringatan yang umum, namun merupakan bagian dari
peringatan yang umum, sebagaimana firman Allah Ta’ala,“Agar aku peringatkanmu dengan
Al-Qur’an dan orang yang dapat menerimannya.”[4]
2.Tafsir
Al-Maraghi
(وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ
الْأَقْرَبِينَ)
Takut-takutilah
kaum-kerabatmu yang terdekat dengan azab dan siksa Allah yang keras bagi orang
yang kafir kepada-Nya dan menyekutukan-Nya dengan yang lain.
Dalam ayat-ayat terdahulu Allah telah menghibur hati
rasul-Nya saw. Dan menegakkan hujjah atas kenabiannya; kemudian menyajikan
pertanyaan orang-orang yang ingkar dan jawabannya terhadap mereka. Disini Allah
menyuruh beliau untuk beribadah kepada-Nya semata, memberi peringatan kepada
kaum kerabatnya yang terdekat, dan bergaul dengan kaum mu’minin dengan
lembut-lembut. Kemudian, menutup seluruh perintah ini dengan menyuruh beliau
brtawakal kepada-Nya semata, karena Dia-lah yang maha mengetahui tentang segala
urusan dan keadaanya.
Bukhari dan
Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra., bahwa ketika Allah menurunkan ayat :
wa anzir ‘asyiratakal-aqrabin, nabi saw. naik kebukit shafa lalu berseru,”Wahai
orang-orang, sudah pagi!” Orang-orang berkumpul kepadanya: ada yang datang
sendiri, adapula yang mengutus utusanya. Kemudian rasulullah saw. berpidato,
“wahai Bani Abdul Muttalib, wahai Bani Fihr, wahai Bani Lu’ay, apa pendapat
kalian jika aku memberitahu kalian bahwa dikaki bukit ini ada seekor kuda yang
hendak menyerang kalian, apakah kalian mempercayai aku?” mereka menjawab,”ya,
kami mempercayai anda.” Beliau bersabda, “sesungguhnya aku memperingatkan
kalian akan azab yang sangat keras.” Abu lahab berkata, “Celakalah kamu untuk
selama-lamanya! Apakah hanya untuk ini kamu memanggil kami?” maka Allah Ta’ala
menurunkan firman-Nya: “Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia
akan binasa.” (Al-Lahab,111:1).[5]
3. Tafsir Al-Mishbah
Kata (عشيرة) ‘asyirah berarti anggota suku
yang terdekat. Ia terambil dari kata
(عاشر)
‘asyara yang berarti saling bergaul karena anggota suku yang
terdekat atau keluarga adalah orang-orang yang sehari-hari saling bergaul. Kata
(الْأَقْرَبِين) al-aqrabin, yang menyifati kata ‘asyirah,merupakan
penekanan sekaligus guna mengambil hati mereka sebagai orang-orang dekat dari
mereka yang terdekat.[6]
C. Aplikasi Dalam
Kehidupan Sehari-hari
Demikian ayat ini
mengajarkan kepada Rasul saw. dan umatnya agar tidak pilih kasih, atau memberi
kemudahan kepada keluarga dalam hal pemberian peringatan dan pendidikan. Dalam
sebuah pendidikan tentunya terdapat sebuah subjek, objek dan sarana-sarana lain
yang sekiranya dapat membantu terselenggaranya sebuah pendidikan. Allah swt
telah memerintahkan kepada Rasul-Nya yang mulia, di dalam ayat yang jelas ini,
agar dia memberikan peringatan kepada keluarga dan sanak kerabatnya dulu
kemudian kepada seluruh umat manusia agar tidak seorang pun yang berprasangka
jelek kepada nabi, keluarga dan sanak kerabatnya, maka hal itu akan lebih
bermanfaat dan seruannya akan lebih berhasil.
D. Aspek Tarbawi
1. Mengajak manusia
untuk bersegera dalam mengajak umat manusia kejalan yang benar. Bersiap
menyatukan tekad dan memberi peringatan kepada umat manusia.
2. Perintah atau
kewajiban terhadap keluarga dan sanak kerabat agar mendidik hukum-hukum agama
kepada mereka.
3.Memberikan sesuatu
apa yang kita miliki baik tenaga, pikiran, jiwa dan semuanya dengan mengharap
ridha Allah SWT tanpa mengharapkan imbalan yang lebih di dunia ini.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Al-Qur’an
surat asy-syu’ara 214 berisi perintah menjadikan keluarga terlebih dahulu dalam
arti sebagai objek pendidikan yang utama. Baru kemudian kerabat jauh dan
akhirnya seluruh manusia. Selain itu lingkungan keluarga merupakan lingkungan
pertama dan utama bagi anak, oleh itu peranan keluarga (orang tua) dalam
pengembangan kesadaran beragama anak sangatlah dominan. di surat Asy-syu’ara
ayat 214 ini mengajarkan pada seluruh umat untuk tidak mengenal pilih kasih,
jadi pendidikan itu adalah sebagian dari kewajiban kita untuk melakukan mulai
dari diri dan keluarga terdekat.
DAFTAR PUSTAKA
Muliawan, Jasa Ungguh.2015. Ilmu Pendidikan Islam: Studi Kasus
Terhadap Ilmu, Kurikulum, Metodologi dan Kelembagaan Pendidikan Islam .Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada
Daradjat, Zakiah dkk., 2014.Ilmu Pendidikan Islam .Jakarta:
Bumi Aksara
Ar-Rifa’i ,Muhammad Nasib.1999.Kemudahan dari Allah: Ringkasan
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3.Jakarta: Gema Insani
Al Maragi ,Ahmad Mustafa.1989.Terjemah Tafsir Al-Maragi.Semarang:
PT Karya Toha Putra Semarang
Shihab, M.Quraish.Tafsir Al-Misbah.Jakarta:Lentera Hati
PROFIL
Nama : Rofi Maulana
Tempat, Tanggal Lahir : Batang, 19 Agustus 1996
Alamat : Tulis - Batang - Jawa Tengah -
Indonesia
Riwayat Pendidikan : -SD Negeri 1 Tulis
-SMP Negeri 1 Kandeman-Batang
- SMK Negeri 1 Kandeman-Batang
- [Masih] IAIN Pekalongan
[1] Jasa Ungguh
Muliawan, Ilmu Pendidikan Islam: Studi Kasus Terhadap Ilmu, Kurikulum,
Metodologi dan Kelembagaan Pendidikan Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2015),hlm.35.
[2] Ibid.,hlm.13.
[3] Zakiah
Daradjat,dkk., Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara,
2014),hlm.27.
[4] Muhammad Nasib Ar-Rifa’i,Kemudahan dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3
(Jakarta:Gema Insani,1999),hlm. 610-611
[5] Ahmad Mustafa
Al Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, cet 1 (Semarang: PT Karya
Toha Putra Semarang, 1989),hlm.204-205
[6]
M.Quraish
Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta:Lentera Hati,2002),hlm.356
Tidak ada komentar:
Posting Komentar