SUBYEK PENDIDIKAN MAJAZI
“NABI SEBAGAI RAHMATAN LIL ‘ALAMIN”
(QS. Al-Anbiya’:107)
Raudlotul Faila Suffa (2021115186)
Kelas D
FAKULTAS TARBIYAH/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat dan Rahmat-Nya kami bisa meneyelesaikan makalah ini, tak lupa sholawat serta salam marilah kita panjatkan kepada Nabi Agung, Nabi Muhammad SAW, tanpa adanya beliau mungkinlah kita terbebas dari zaman kebodohan.
Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi I. Kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kami sampaikan kepada
1. Bpk. Dr. H. Ade Dedi Rohayana, M.Ag selaku Rektor IAIN Pekalongan
2. Bpk. Muhammad Hufron, MSI selaku Dosen pengampu Tafsir Tarbawi I
3. Kedua Orang Tua yang sudah mendukung saya dalam mengikuti perkuliahan ini
4. Teman-teman yang saya sayangi
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan makalah ini.
Pekalongan, 1 November 2016
Penulis,
Raudlotul Faila Suffa
NIM. 20211151
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam dunia Islam, Islam dimulai dengan penurunan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. malaikat Jibril mengunjungi beliau dan menyampaikan wahyu pertama kali dari Allah. Nabi Muhammad menjaga misinya dan tetap menerima wahyu serta memahami bahwa wahyu-wahyu itu menjadi bagian dari kitab suci dan bahwa ia telah dipilih Allah sebagai Nabi.Tugas Nabi Muhammad adalah membawa rahmat bagi sekalian alam.
Islam merupakan Ad-din yang telah memberikan petunjuk kepada manusia menuju jalan Allah. Dalam perjalanan sejarah islam telah menyumbangkan banyak kebaikan kepada kemanusiaan. Islam telah membebaskan manusia dari kejahilan menuju kebenaran Islam yang hakiki. Islam tidak hanya membawa rahmat bagi kaum muslim, tetapi juga bagi seluruh umat. Rasulullah SAW diutus oleh Allah ke dunia ini yang padanya diberikan agama Islam dialah yang dikatakan sebagai pembawa rahmat kepada alam. Agama Islam yang diberikan kepada Rasulullah SAW oleh Allah adalah untuk memimpin manusia ini yang serba kekurangan.
Islam yang “rahmatan lil ‘alamin” (menjadi rahmat bagi seluruh alam) sering disebut-sebut, menjadi kebanggaan dan sebagai salah satu ciri keagungan agama Islam.
B. Judul
Subyek Pendidikan Majazi “Nabi Sebagai Rahmatan Lil ‘alamin”
C. Nash dan Arti
لْعَالَمِينَ رَحْمَةً إِلَّا أَرْسَلْنَاكَ وَمَا
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
D. Arti Penting Untuk Dikaji
Dalam makalah ini arti penting untuk dikaji surat dari Al-anbiya’ ayat 107 membahas tentang tafsir yang bekenaan tentang risalah. Yaitu risalah Nabi Muhammad SAW merupakan rahmat bagi alam semesta.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
Islam Rahman Lil ‘Alamin
لِلْعَالَمِينَ رَحْمَةً إِلَّاأَرْسَلْنَاكَ وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ وَمَا (Dan tiadalah kami mengutus kamu) hai Muhammad.
رَحْمَةً إِلَّا (Melainkan untuk menjadi rahmat) yakni merupakan rahmat
لِلْعَالَمِينَ (Bagi semesta alam) manusia dan jin melalui kerasulanmu.
Ayat di atas dengan tegas menjelaskan bahwa ajaran Islam yang diperuntukan bagi seluruh umat manusia, kehadirannya merupakan rahmat (kasih sayang) Allah kepada semesta alam, kehadirannya merupakan rahmat lil’alamin bukan hanya acungan jempol semeta, tetapi ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW itu memiliki nilai universal dan mempunyai karakter tersendiri sehingga keberadaannya bagaikan seekor lebah dan juga memiliki sistem istimewa diantaranya:
1. Sesuai dengan fitrah
2. Teguh
3. Selalu bersifat pertengahan dalam segala hal
4. Sistem Rabbani
Maksudnya lebah disini adalah:
(a) lebah hanya memakan madu dan yang dikeluarkan dari perutnya juga pun adalah madu yang mengandung obat untuk berbagai penyakit. Ini memberikan ibrah kepada kita supaya selalu memakan makanan yang baik dan yang lebih dari itu adalah halal sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 168.
(b) Lebah tidak pernah menginjak tangkai yang dihinggapinya sampai patah. Hal ini mengungatkan kepada kita, hendaknya kita tidak melakukan perbuatan yang dapat merugikan orang lain, terlebih lagi menyakiti hati orang yang telah berbuat baik kepada kita.
(c) Lebah di samping menghisap madu dari bunga, tetapi juga membantu persamaian (pembuahan oleh benang sari ke putik sari). Hal ini memberikan pelajaran kepada kita supaya kita tidak hanya selalu menerima kebaikan orang lain, tetapi lebih dari itu kita harus membalas kebaikan orang lain. Jika tidak mampu, balaslah dengan yang lebih baik, tetapi jika tidak balaslah dengan kebaikan yang setimpal.
(d) Sengatannya walaupun terasa sangat menyakitkan, namun ternyata menjadi salah satu obat mujarab bagi berbagai penyakit. Di samping itu ibrah yang dapat ditarik ini adalah ketika kita memberikan kritikan kepada orang lain, hendaknya kritikan tersebut bersifat konstruktif tidak destruktif. Jangan kita menjadi orang yang hanya bisa mengkritik tanpa bisa memberikan solusi.
(e) Lebah tidak akan mengganggu makhluk lain, jika dirinya tidak diganggu. Namun, sekali diganggu, maka yang mengganggu tersebut akan dikejar sampai kemana pun. Hikmah yang dapat dipetik adalah janganlah kita suka mengganggu orang lain apalagi orang tersebut tidak mempunyai kesalahan dan terlebih lagi dengan sesama muslim.
Menurut Islam, manusia adalah khalifah fil ardh, Allah adalah Pencipta, Penjaga, dan Penguasa satu-satunya di jagat raya ini. Allah telah menunjuk manusia sebagai wakil-Nya di bumi ini untuk melaksanakan kemauan-Nya, menunjuk iradah-Nya dalam bentuk syari’at yang diwahyukan secara final melalui Nabi Muhammad SAW. sebagai utusan-Nya Nabi SAW. Menyampaikan pesan-Nya dalam bentuk Al-Qur’an yang diwahyukan kepadanya dan telah dipelihara secara verbal sejak masa itu. Ia menyampaikan pesan ini dan melaksanakannya dalam masyarakat dan negara yang didirikan di Madinah dan Mekkah di bawah kepemimpinan beliau.
Adalah keyakinan umat islam bahwa setiap orang di muka bumi mempunyai tugas terkait untuk mengatahui dan menjalankan syariat serta melaksanakan kemauan Allah swt. dengan pengertian bahwa hal itu pernah dilaksanakan oleh Nabi SAW. dan para sahabat beliau. Untuk melaksanakan tugas dan misi ini, Allah telah menempatkan sumber daya duniawi tertentu yang dapat digunakan oleh manusia. Ia diminta untuk memperlakukan sumber daya ini sebagai alat untuk melaksanakan misinya. Sumber daya duniawi ini hanyalah sebuah titipan dan manusia harus mempertanggungjawabkan titipan ini di hari kebangkitan kelak.
Syafi’i Antonio dalam menggambarkan Islam sebagai suatu sistem, menguraikan dengan sangat jelas, “Manusia adalah khalifah di muka bumi. Islam memandang bahwa bumi dengan segala isinya merupakan amanah Allah kepada sang khalifah agar dipergunakan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan bersama. Untuk mencapai tujuan suci ini, Allah memberikan petunjuk melalui para rasul-Nya. Petunjuk tersebut meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, baik akidah, akhlak, maupun syariah.”
Menurut syafi’i, dua komponen pertama, akidah dan akhlak, bersifat konstan. Keduanya tidak mengalami perubahan apa pun dengan berbedanya waktu dan tempat. Sedangkan, syariah senantiasa berubah sesuai dengan masa rasul masing-masing. Hal ini diungkapkan oleh Rasulullah dalam hadits,
“Para rasul tak ubahnya bagikan saudara sebapak, syariah mereka banyak tetapi agama (akidah)nya satu (yaitu mentauhidkan Allah).” (HR. Bukhari, Abu Dawud, dan Ahmad).
Karena itu Islam dapat didefinisikan sebagai “Al-Islam dinun syamilun, kaamilun, shalihun, likulli zamani wamakanin” (Al-Islam adalah dien yang menyeluruh, sempurna dan benar, yang dapat diterapkan dimanapun dan kapanpun).
Islam diturunkan sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin), dan meliputi seluruh hamba Allah sampai akhir perkembangan manusia, sebagaimana firman-Nya,
لِلْعَالَمِينَ رَحْمَةً إِلَّا أَرْسَلْنَاكَ وَمَا
“Kami tidak mengutusmu (Muhammad) melainkan membawa rahmat bagi segenap makhluk.”(al-anbiyaa: 107)
Dan, telah dinyatakan juga oleh Rasulullah saw. dalam hadisnya yang berbunyi sebagai berikut.
“Saya hanya diutus sebagai rahmat dan pembimbing.” (HR. Al-Hakim, dan disahkan oleh adz-Dzahabi).
B. Tafsir dari Buku
1. Tafsir Al-Maraghi
لِلْعَالَمِينَ رَحْمَةً إِلَّا أَرْسَلْنَاكَ وَمَا
Tidaklah Kami mengutusmu dengan membawa pelajaran ini dan yang serupa dengannya berupa syari’at dan hukum yang merupakan sumber kebahagiaan di dunia dan di akhirat, kecuali agar kamu menjadi rahmat dan petunjuk bagi manusia dalam urusan dunia dan akhirat mereka.
Hal ini dapat di jelaskan, bahwa Rasulullah SAW. diutus dengan membawa ajaran yang mengandung kemaslahatan di dunia dan di akhirat. Hanya saja, orang kafir tidak mau memanfaatkannya dan berpaling darinya akibat kesiapan dan tabiatnya yang telah rusak, tidak menerima rahmat ini dan tidak mensyukuri nikmat ini, sehingga dia tidk merasakan kebahagiaan dalam urusan agama maupun urusan dunia.
2. Tafsir Al-Mishbah
Ayat yang lalu menegaskan bahwa Al-Qur’an merupakan peringatan, atau bekal menuju kebahagiaan abadi serta kecukupan bagi siapa yang siap untuk menjadi pengabdi yang tulus kepada Allah swt. al-Qur’an turun kepada Nabi Muhammad SAW. untuk beliau sampaikan kepada umat manusia. Atas dasar itulah agaknya maka Allah menegaskan di sini bahwa:Dan tidaklah Kami mengutusmu wahai Nabi Muhammad, melainkan menjadi rahmat bagi semesta alam.
Dapat juga dikatakan karena tema utama surah ini tentang kenabian, dan namanya pun adalah al-anbiya’ yang menguraikan kisah dan keistimewaan enam belas orang diantara mereka, diakhiri dengan keistimewaan Nabi Isa as. Dan beliau, maka sangat wajar pula bila keistimewaan Nabi terakhir- Nabi Muhammad SAW. dikemukakan di sini. Keistimewaan tersebut adalah kepribadian beliau yang merupakan rahmatdi samping ajaran-ajaran yang beliau sampaikan dan terapkan.
Redaksi ayat ini sangat singkat, tetapi ia mengandung makna yang sangat luas. Hanya dengan lima kata yang terdiri dari dua puluh lima huruf – termasuk huruf penghubung yang terletak pada awalnya, ayat ini menyebut empat hal pokok. 1) Rasul/utusan Allah dalam ini Nabi Muhammad SAW, 2) yang mengutus beliau dalam hal ini Allah, 3) yang diutus kepada mereka (al-‘alamin) serta 4) risalah, yang kesemuanya mengisyaratkan sifat-sifatnya, yakni rahmat yang sifatnya sangat besar sebagaimana dipahami dari bentuk nakirah/indifinitifdari kata tersebut. Ditambah lagi dengan menggambarkan ketercakupan sasaran dalam semua waktu dan tempat.
Rasulullah SAW adalah rahmat, bukan saja kedatangan beliau membawa ajaran, tetapi sosok dan kepribadian beliau adalah rahmat yang dianugerahkan Allah SWT. kepada beliau. Ayat ini tidak menyatakan bahwa: “Kami tidak mengutus engkau untuk membawa rahmat bagi seluruh alam.”
3. Tafsir Al-Qurthubi
Firman Allah SWT, لِلْعَالَمِينَ رَحْمَةً إِلَّا أَرْسَلْنَاكَ وَمَا“Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” Sa’id bin Jubair mengatakan dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Muhammad SAW adalah rahmat bagi semua manusia. Maka barangsiapa yang beriman kepadanya dan membenarkannya, maka ia bahagia, dan barangsiapa yang tidak beriman kepadanya maka ia akan mengalami penenggelaman sebagaimana yang pernah menimpa umat-umat sebelum mereka.
C. Aplikasi Kahidupan
Rahmatan lil ‘alamin adalah rahmat bagi seluruh alam yaitu orang-orang yang selalu bersyukur kepada Allah SWT, dan tak pernah kufur atas nikmat yang telah diberikan-Nya maka Allah memberikan azab azab yang sangat pedih. Contohnya adalah Nabi Muhammad yang diutus oleh Allah kedunia ini sebagai pencerah kepada manusia dalam kejahilan, membawa kebaikan dan juga kebahagiaan serta menyelamatkan manusia dari kesengsaraan. Yang dikatakan rahmatan lil ‘alamin juga adalah seseorang yang akan selalu mendo’akan kedua orang tuanya. Tanpa diminta oleh siapapun, ia juga akan selalu dapat berjuang di jalan Allah. Ia juga senantiasa berpegang teguh dan selalu menegakkan kebenaran. Dan ia akan selalu berserah diri kepada Allah SWT atas segala maslah yang terjadi pada dirinya.
Fungsi hidup seorang muslim yaitu menjadi rahmat bagi alam semesta, dan juga untuk seisinya. Serta manusia diharapkan untuk menjadi pelindung dan pemakmur bumi dengan memanfaatkan berbagi potensi yang Allah berikan kepada kita untuk memudahkan manusia menjalankan fungsinya. Dalam menjalankan fungsinya sebagai rahmat di muka bumi ini, Allah menurunkan Al-Qur’an untuk dijadikan dan pedoman hidup. Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca saja, tetapi manusia harus selalu mengkajinya karena di dalam Al-Qur’an terdapat seluruh aturan, petunjuk dan pedoman bagi manusia dalam menjalankan kehidupannya, dan tak ada satu hal pun yang terlewatkan dalam Al-Qur’an tersebut.
D. Aspek Tarbawi
1. Untuk mewujudkan fungsi kita sebagi rahmat di alam semesta ini, kita harus selalu belajar baik belajar soal gama dan juga belajar teknologi,
2. kita juga harus slalu berpegang teguh pada agama Islam, maka niscaya Allah akan menunjukkan jalan yang lurus selalu berjihad di jalan Allah, jihad pada zaman saat ini bukanlah berperang seperti zaman dahulu, tetapi berjihad/menegakkan kebenaran yang datang dari Allah.
3. Meyakini bahwa kelak kita akan meninggal sehingga kita akan selalu mendekatkan diri dengan sang pencipta, dan kita harus berbuat keubaikan seakan-akan kita akan mati esok.
4. Kita dalam menjalankan fungsi sebagai rahmat juga tidak boleh membuat kerusakan dimuka bumi ini, dan dalam berdo’a kita harus memiliki rasa takut (tidak akan diterima) tetapi harus memiliki harapan akan dikabulkan.
5. Mengendalikan hawa nafsu, membuang jauh-jauh nafsu yang jelek, sepert nafsu makan berlebihan.
6. Dan kita harus mengedepankan nafsu yang baik seperti rajin dalam belajar dan selalu berusaha memperbaiki iman dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin artinya Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia. Sesuai firman Allah dalam Surah Al-Anbiya ayat 107 yang bunyinya, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. Islam melarang manusia berlaku semena-mena terhadap makhluk Allah, lihat saja sabda Rasulullah sebagaimana yang terdapat dalam hadis riwayat al-Imam al-Hakim, “Siapa yang dengan sewenang-wenang membunuh burung, atau hewan lain yang lebih kecil darinya, maka Allah akan meminta pertanggungjawaban kepadanya.” Burung tersebut mempunyai hak untuk disembelih dan dimakan, bukan dibunuh dan dilempar.
DAFTAR PUSTAKA
Aaij, Fiis, Muhammad Syakir. 2004. Asuransi Syariah. Jakarta: Gema Insani
Al-Qurthubi, M. Quraish. 2008. Tafsir Al-Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam
As-sayuti, Imam Jamaluddin Al-Mahalli. 2009. Terjemah Tafsir Jalalain. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Mursyid, H. Farid Wadidy. Wakaf Kesejahteraan Umat. Jakarta: Pustaka Pelajar
Mustafa, ahmad. 1993. Terjemah Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Toha Putra
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati
BIODATA
Nama : Raudlotul Faila Suffa
Tempat Tanggal Lahir : Pemalang, 22 Juni 1997
Alamat : Jln. Tongkol no. 79 Desa Tanjungsari Sugihwaras Pemalang
Asal Sekolah : -SDN 01 Tanjungsari
-MTsN Model Pemalang
-MAN Pemalang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar