Laman

Selasa, 08 November 2016

tt1 D 9d “DIRI DAN KETURUNAN: TUNDUK PADA ALLAH” QS. AL-BAQARAH AYAT 128

OBYEK PENDIDIKAN LANGSUNG
“DIRI DAN KETURUNAN: TUNDUK PADA ALLAH”
QS. AL-BAQARAH AYAT 128


Putri Anggraeni
2021115246
Kelas : D

JURUSAN TARBIYAH/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2016



KATA PENGANTAR
       Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul QS.Al-Baqarah ayat 128 tentang “Obyek Pendidikan Langsung” (Diri, dan Keturunan: Tunduk Pada Allah) ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku Dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan tigas ini kepada saya, dan tidak lupa juga kepada teman-teman semua yang sudah mendukung saya untuk menyelesaikan makalah ini.
      Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Obyek Pendidik Langsung. saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, penulis minta maaf kepada semua pihak yang merasa kurang berkenan. Namun demikian, penulis selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Kiranya makalah ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membacanya. Terima kasih.





Pekalongan, 28 Oktober 2016

Putri Anggraeni
2021115246

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Al-Quran memandang bahwa pendidikan merupakan persoalan pertama dan utama dalam membangun dan memperbaiki kondisi umat manusia dimuka bumi ini. Ajaran yang terkandung didalamnya berupa akidah tauhid, akhlak mulia, dan aturan-aturan mengenai hubungan vertikal dan horizontal ditanamkannya melalui pendidikan tersebut. Hal itu ditandai dengan gagasan Al-Quran mengenai pendobrakannya terhadap tabir kebodohan dan keterbelakangan melalui perintah belajar.
Pendidikan tidak dapat terpisahkan dari tigal hal, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Keberhasilan pendidikan pada suatu negara atau daerah tergantung pada tiga faktor tersebut. Ketiganya mesti bersinergi dalam mengelola dan mengembangkan pendidikan, dan setiap faktor tersebut mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan.
B.    Judul
”Diri dan keturunan: Tunduk pada allah”
C.    Nash
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Artinya:
“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”

D.    Arti penting untuk dikaji
Dalam QS Al-Baqarah ayat 128 menyebutkan keterlibatan Nabi Ismail as dan ayah beliau Nabi Ibrahim as. dalam membersihkan ka’bah memberi pelajaran agar orangtua hendaknya mengajak anaknya berpartisipasi dalam kebajikan; dan anak hendaknya membatu orang tuanya dalam berbagai tugas yang dapat diembannya.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori
1.     Pengertian Keluarga
Keluarga adalah rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental mendasar dan fungsi-fungsi ekspresif keluarga bagi para anggotanya yang berada dalam suatu jaringan. Keluarga terdiri dari Nenek, kakek, ayah, ibu, suami, istri, anak-anak dan anggota keluarga yang lainnya.[1]
2.     Peran keluarga dalam pendidikan
Pendidikan keluarga itu dimulai dari istri dan suami, mereka mesti saling menghormati dan melaksanakan kewajiban mereka masing-masing. Selain itu, mereka juga dituntut agar selalu berbenah diri untuk menjadi insan yang sholeh dan bertaqwa kepada Allah. Kondisi ini merupakan tonggak utama dalam pendidikan keluarga. Kebiasaan orang tua dalam keharmonisan dan ketaatan kepada Allah dapat mempengaruhi anak-anak sebagai peserta didik dalam keluarga tersebut.
Para istri atau ibu memainkan peranan penting dalam pendidikan anak. Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anak dalam suatu keluarga. Perilaku, tutur sapa, dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan seorang ibu akan selalu menjadi rujukan atau ditiru oleh anak, demikian pula sikap dan perilaku ayah. Maka oleh sebab tu, pendidikan dalam suatu keluarga mesti dimulai dari ayah dan ibu. Sebelum terjadi perkawinan atau paling tidak sebelum lahirnya anak, ayah dan ibu mesti sudah benar-benar siap membimbing anak-anak dan mempersiapkan diri untuk menjadi teladan positif bagi anak.
Jadi, orangtua berkewajiban membimbing dan mendidik anaknya, serta mengajak mereka selalu memohon ampunan dari Allah, menyesali segala perbuatan salah yang pernah dikerjakan. Allah berjanji akan menghapus kesalahan yang pernah dikerjakan, jika memang benar-benar bertobat kepada-Nya dan tidak akan kembali lagi kepada perbuatan tercela yang telah dilakukan tersebut. Sebagai balasan atas kesungguhan jiwa bertobat kepada-Nya, maka Allah menyediakan surga buat hamba-hamba-Nya yang bertobat.[2]
B.    Tafsir dari buku
1.     Tafsir Al-Azhar
“Ya Tuhan kami! Jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau”. (Pangkal ayat 128). Setelah rumah atau ka’bah itu selesai mereka dirikan, maka mereka berdua pulalah orang yang pertama sekali menyatakan mereka keduanya: Muslimaini Laka. Berjanjilah keduanya bahwa rumah yang suci itu hanyalah untuk beribadat dari pada orang-orang yang berserah diri kepada Allah, tidak bercampur dengan penyerahan diri kepada yang lain.
“Dan diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau”. Bukan saja Ibrahim mengharapkan agar penyerahan dirinya dan puteranya Ismail kepada Allah, agar diterima Allah. Bahkan dia (Ibrahim) memohonkan kepada Allah agar anak cucu dan keturunannya yang datang di belakangpun menjadi orang—orang yang berserah diri, menjadi orang yang muslim. “Dan tunjukkanlah kepada kami car-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami”. Yang disebut manasik.
Permohonan Ibrahim agar Tuhan mempertunjukan bagaimana cara-cara beribadat, datanglah jibril. Dibimbinglah tangan Ibrahim berjalan menuju mina, ditempat Jumratul Aqabah, kelihatanlah iblis sedang bernaung dibawah sepohon kayu, lalu Jibril menyuruh Ibrahim: “Takbirlah dan lemparlah iblis itu!”. “Dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (ujung ayat 128)[3]
2.     Tafsir Al-Misbah
Selanjutnya Nabi Ibrahim as. Meneruskan permohonannya: “Tuhan kami, jadikanlah kami berdua”, yakni saya dan anak saya, Ismail, orang yang tetap dan bertambah “tunduk patuh kepada-Mu” dan jadikanlah juga “anak cucu kami, umat yang tunduk patuh kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami.” Dalam konteks ini Rosull saw bersabdatentang haji: “Ambilah melalui aku manasik kalian.”, yakni tata cara, waktu, dan tempat-tempat melaksanakan ibadah haji.
Setelah bermohon untuk ditunjukkan manasik, Nabi Ibrahim melanjutkan doa beliau: “Dan terimalah taubat kami” atau ilhami jiwa kami dengan kesadaran akan kesalahan, penyesalan, dan tekad untuk tidak mengulangi dosa dan kesalahan kami. Lihatlah bagaimana beliau mengakhiri permohonan beliau disini, dengan menyatakan: “sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi atau Penerima Taubat.” Ya Allah, Engkau berulang-ulang memberi dan mengilhami manusia kesadaran untuk bertaubat.
Sifat Allah, Maha Penerima taubat atau Pemberi taubat, dirangkaikan oleh Nabi Ibrahim dengan sifat maha pengasih, sehingga akhir doa beliau yang di ucapkan disini bermakna, terimalah taubat kamidan rahmatilahkami, karena “sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”[4]


3.     Tafsir Al-Lubab
Di Tafsir ini menjelaskan keseluruhan arti pada Q.S Al-Baqarah dari ayat 124-129. Dimulai dengan uraian Nabi Ibrahim as. yang dipuji oleh Allah swt dengan beberapa ujian, lalu beliau melaksanakan dengan sempurna sehingga diangkat Allah swt menjadi imam, pemimpin, dan teladan buat umat manusia (ayat 124). Selanjutnya berbicara tentang kedudukan ka’bah sebagai tempat berkumpul yang aman serta perintah menjadikan Maqam Ibrahim sebagai mushalla (tempat sholat), dilanjutkan dengan perintah kepada beliau dan putranya Ismail as. untuk membersihkan ka’bah guna menjadi tempat suci lahir dan batin bagi mereka yang akan beribadah disana (ayat 125-126).
Belau (Nabi Ibrahim as) berdoa kiranya Allah swt menerima pengabdian mereka dan kiranya Allah swt menjadikan belau serta Nabi Ismail as. dan keturunan mereka sebagai orang-orang yang selalu patuh kepada-Nya. Dan kiranya Allah swt menunjukan kepada mereka tempat-tempat dan cara-cara beribadah yang benar dan mengampuni mereka (ayat 127-128).  Merekam permohonan beliau kiranya Allah swt mengutus seorang rosul dari penduduk Mekkah yang membacakan ayat-ayat Allah swt., mengajar dan menyucikan mereka (ayat 129).[5]
4.     Tafsir Al-Maraghi
“Wahai Tuhan kami! Jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau.” Maksudnya, wahai Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang ikhlas kepadaMu dalam keyakinan yaitu dengan cara kami menghadapkan hati kami hanya kepada Engkau, kami tidak meminta pertolongan kepada siapapun selain Engkau dan dalam beramal, kami tidak punya tujuan selain untuk mencari keridhaan Engkau, bukan karena mengikuti hawa nafsu dan memuaskan keinginan.
“dan jadikanlah diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau.” Doa kedua orang ini telah Allah kabulkan dan Allah jadikan pada anak keturunanya umat Islam dan ia bangkitkan di tengah-tengah mereka Nabi yang menjadi penutup para Nabi. Dapat diketahui yang dimaksud dengan kata “Islam” adalah patuh dan tunduk kepada Allah, pencipta langit dan bumi, bukan dengan arti umat islam secara khusus saja, sehingga setiap anak yang lahir d negeri ini dan diberi predikat ini dapat disebut islam yang dinyatakan oleh Al-Quran, seperti ia termasuk ke dalam golongan yang tercakup dalam doa Nabi Ibrahim as.
“dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat ibadah haji kami.” Maksudnya, beritahukanlah kami tempat-tempat amalan haji kami seperti miqat-miqat untuk memulai ihram, tempat wuquf di Arafah, tempat Tawaf dan lain sebainya yang berupa amalan dan ucapan. “Dan perkenankanlah taubat kami.” Maksudnya, berilah kami taufiq untuk bertaubat agar kami bertaubat dan kembali kepada Engkau dari setiap perbuatan yang memalingkan kami dari Engkau. Hal ini senada dengan firman Allah dalam Q.S 9 ayat 118.
Doa dari Ibramin dan Ismail ini adalah sebagai bimbingan kepada anak keturunannya dan pengajaran kepada mereka bahwa baitullah dengan segala tempat dan cara ibadahnya merupakan tempat-tempat untuk membersihkan diri dari segala dosa dan tempat untuk memohon rahmat dari Allah. “Sungguh Engkaulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” Sungguh Engkau sajalah Tuhan yang banyak memperkenankan taubat kepada hamba-hambaMu dengan jalan memberi petunjuk kepada mereka untuk berbuat baik lalu mnerima amal baik mereka itu. Engkaulah yang Maha Penyayang kepada orang-orang yang taubat kepadaMu yang menyelamatkan mereka dari siksa dan kemurkaanMu.[6]
C.    Aplikasi dalam kehidupan
Kehidupan ini akan berlanjut terus. Generasi berikutnya akan datang menggantikan generasi yang sekarang. Apakah generasi berikutnya akan lebih baik? Sepenuhnya tergantung pada generasi sekarang. Nabi Ibrahim mengajarkan kita bagaimana mempersiapkan anaknya, Ismail, menggantikan dirinya. Keduanya bekerja bersama-sama, beribadah bersama-sama, berdoa bersama-sama, dan berserah diri bersama-sama kepada Allah. Kalau Kita hendak meninggalkan generasi yang lebih baik, lakukanlah seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim as.
D.    Aspek Tarbawi
1.     Kita hendaknya patuh dan tunduk kepada Allah SWT
2.     Hanya Allah sajalah yang patut kita sembah, karena tidak ada Tuhan selain Allah.
3.     Orang tua berkewajiban mengajarkan kebaikan dan ajaran agama pada anak.
4.     Manusi yang bertaubat dan tidak lagi melakukan perbuatan tercela, maka sebagai balasannya Allah menyediakan surga buat hamba-hamba-Nya yang bertaubat.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan keluarga yaitu bimbingan atau pembelajaran yang diberikan terhadap anggota kumpulan suatu keturunan atau suatu tempat tinggal, yang terdiri dari suami atau ayah, istri atau ibu, anak-anak, dan lain sebagainnya. Dengan demikian keluarga tidak hanya seuami istri dan anak-anak tetapi juga mencakup kaum kerabat lainnya yang satu nasabh, terutama yang tinggal dalam satu rumah.


DAFTAR PUTAKA

Hamka. 1982. Tafsir Al-Azhar Juz 1. Jakarta: Pustaka Panjimas
Musthafa, Syekh Ahmad. 1985. Terjemah Tafsir Al-Maraghi.Yogyakarta: Sumber Ilmu
Shihab,M Quraish. 2002.Tafsir Al-MisbahPesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran.Jakarta: Lentera Hati
Shihab. M Quraish. 2012. AL-LUBAB makna,tujuan dan pelajaran dari surah Al-Quran. Tangerang: Lentera Hati
Yusuf, Kadar M. 2013. TAFSIR TARBAWI pesan-pesan Al-Quran tentang pendidik. Jakarta: AMZAH


PROFIL
Nama Lengkap                       : Putri Anggraeni
Tempat, Tanggal Lahir           : Pekalongan, 23 November 1996
Alamat                                                : Dk. Kali kiro Rt/Rw. O8/03 No. 07 Ds. Blogorejo
Kec. Doro Kab. Pekalongan
Riwayat Pendidikan
SD                                           : SD Negeri 1 Bligorejo (2003-2009)
SMP                                        : MTs Syahid Doro (2009-2012)
SMA                                       : SMK Negeri 1 Karangdadap (2012-2015)
Perguruan Tinggi                    : IAIN Pekalongan (Masih Dalam Pelaksanaan)


[1]Kadar M. Yusuf, TAFSIR TARBAWI pesan-pesan Al-Quran tentang pendidik, (Jakarta: AMZAH, 2013), hlm.115
[2]Ibid, hlm.116-120
[3] Hamka, TAFSIR AL AZHAR JUZ 1 (Jakarta: Pustaka Panjimas,1982), hlm.382-389
[4]M. Quraish Shihab, Tafsir Al-MisbahPesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm.325-326

[5]M. Quraish Shihab, AL-LUBAB makna,tujuan dan pelajaran dari surah Al-Quran (Tangerang: Lentera Hati, 2012), hlm.39-40
[6] Syekh Ahmad Musthafa, Terjemah Tafsir Al-Maraghi (Yogyakarta: Sumber Ilmu, 1985), hlm.240-241

Tidak ada komentar:

Posting Komentar