Laman

Rabu, 01 Maret 2017

tt2 c4a “DOAKAN IBU BAPAK” (QS. Al-Isra’ Ayat 23-24)

KEDUDUKAN ORANG TUA
“DOAKAN IBU BAPAK” (QS. Al-Isra’ Ayat 23-24)


Putri Aqilatul Alimah (2021115068)
Kelas C 

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
TAHUN 2017


KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw beserta keluarga, dan sahabat.
               Makalah yang berjudulDoakan Ibu Bapak, disusun untuk memenuhi tugas tafsir tarbawi. Adapun dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak. Muhammad Hufron,MSI, selaku dosen pengampu mata kuliah tafsir tarbawi II, Kedua orang tua, yang telah selalu memberi dukungan dengan ikhlas baik materiil maupun spirituil, Serta teman-teman yang telah banyak membantu penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu, memohon kritik serta saran yang membangun dari para pembaca khususnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
Pekalongan,  Maret 2017
Penulis







DAFTAR ISI
                               
      HALAMAN JUDUL.................................................................................... I
      KATA PENGANTAR.................................................................................. II
      DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
B.    Judul Makalah ................................................................................ 1
C.    Nash Dan Arti Qs. Al-Isra’ Ayat 23-24.......................................... 2   
D.    Arti Penting Pengkajian Materi...................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Teori................................................................................................ 4
B.    Tafsir Surat Qs. Al-Isra’ Ayat 23-24
1.     Tafsir Al-Azhar.......................................................................... 5
2.     Tafsir Al-Mishbah..................................................................... 6
3.     Tafsir Ibnu Katsir....................................................................... 7
C.    Aplikasi Dalam Kehidupan Sehari-Hari    ..................................... 8
D.    Aspek Tarbawi................................................................................. 8
BAB III PENUTUP
A.    Simpulan.......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Era globalisasi saat ini telah merubah banyak hal dari tatanan hidup manusia.Orang lebih cenderung mengikuti pergaulan bebas tanpa banyak memikir panjang entah itu tata karma, etika, maupun moral.Banyak sekali yang memang sudah melupakan arti menghormati orang tua, saat ini mulai banyak anak yang tidak tahu sopan santun saat berbicara kepada orang tuanya.Padahal orang tualah yang telah membesarkan seorang anak dengan penuh kasih sayang dan tidak peduli berapa besar pengorbanan demi menyelamatkan kebahagiiaaan anaknya.
Berbakti kepada orang tua, bukan karena menjadi hak orang tua yang harus dipenuhi oleh anak-anaknya, namun juga merupakan kewajiban yang bersifat pasti yang telah diperintahkan Allah dan Rasulnya. Bahkan perintah berbakti kepada kedua orang tua tersebut telah disandingkan dengan perintah menyembah Allah dan larangan menyekutukan-Nya.Hal ini bermakna bahwa berbakti kepada kedua orang tua merupakan penyempurna bagi ibadah kepada-Nya.
Dari pemaparan tersebut, bertujuan supaya pembaca bisa merumuskan gambaran-gambaran yang salah satunyabagaimana cara berbakti kepada kedua orang tua yang dipaparkan dalam QS. Al-Isra’ ayat 23-24.
B.  Judul Makalah
Dalam kesempatan kali ini penulis akan membahas tentang “Doakan Ibu Bapak” Menyesuaikan dengan tugas yang telah penulis terima



C.  Nash dan terjemah QS. Al-Isra’ ayat 23-24
4Ó|Ós%ury7/užwr&(#ÿrßç7÷ès?HwÎ)çn$­ƒÎ)Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur$·Z»|¡ômÎ)4$¨BÎ)£`tóè=ö7tƒx8yYÏãuŽy9Å6ø9$#!$yJèdßtnr&÷rr&$yJèdŸxÏ.Ÿxsù@à)s?!$yJçl°;7e$é&Ÿwur$yJèdöpk÷]s?@è%ur$yJßg©9Zwöqs%$VJƒÌŸ2ÇËÌÈôÙÏÿ÷z$#ur$yJßgs9yy$uZy_ÉeA%!$#z`ÏBÏpyJôm§9$#@è%urÉb>§$yJßg÷Hxqö$#$yJx.ÎT$u­/u#ZŽÉó|¹ÇËÍÈ
Artinya:
(23). Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[850].
(24). Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".

D.  Arti Penting Pengkajian Materi
Dalam QS. Al-Isra’ ayat 23-24  ini sangat penting untuk dikaji  dimana dalam ayat ini memiliki kandungan mengenai pendidikan berkarakter. Disebutkan bahwa pertama Allah memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk menyembah Dia semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.Yang kedua harus berbakti kepada kedua orang tua.Dan dalam ayat ini mengingatkan kepada kita semua agar tidak mengatakan perkataan uffin, tidak membentak dengan kata-kata kasar, hendaknya berkata dengan perkataan yang mulia, harus bersikap tawadhu, mendoakan orang tuanya baik masih hidup maupun sudah meninggal.Dan perintah kepada anak agar merendahkan diri terhadap mereka berdua yang didorong karena rahmat kasih sayang kepada keduanya.


















BAB II
PEMBAHASAN
A.      Teori Doakan Ibu Bapak
Doa menurut bahasa ialah memohon, menyeru, meeminta, dan minta tolong. Doa dengan pengertian-pengertian ini digunakan dan ditujukan haanya kepada Allah SWT. saja.
Doa menurut istilah adalah permintaan atau permohonan kepada Allaah atas sesuatu yang didambakan atau dicita-citakan atau meminta dilepaskan dari suatu musibah yang menimpa, atau minta dijauhkan dari bahaya-bahaya yang mungkin menimpa, yang semuanya itu berada diluar kekuasaan dan usaha seseorang.
Doa buat orang tua adalah salah satu anjuran agama, baik pada masa hidup mereka, maupun setelah wafatnya. Berdoa setelah wafatnya merupakan salah satu dari amalan yang dinyatakan oleh Rasul saw sebagai sebagai yang berlanjut ganjarannya bagi yang berwafat. Sangat popular hadist Nabi saw. yang menyatakan : “Apabila putra putri Adam meninggal dunia, maka terputus amalannya kecuali tiga hal ; sedekah yang mengalir., ilmu yang bermanfaaat, dan anak saleh yang mendoakannya”(HR. Muslim).
Tidak ada ketentuan tentang banyaknya doa yang dipanjatkan untuk orangtua. Sementara ulam meenganjurkan paling tidak selesai shalat wajib seseorang hendaknya duduk sejenak memohon maghfiroh dan surga illahi untuk kedua orang tuanya. Mereka menganalogikan doa kepada orangtua dengan shalawat kepada Nabi yang diucapkan setiap shalat. Kalaupun ini tidak dapat ddilaksanakan, maka sesekali dalam sehari hendaknya tidak diabaikan, baik setelah shalat maupun ketika ingat.[1]



B.  Tafsir
1.      Tafsir Al-Azhar
“Dan telah menentukan tuhanmu,bahwa jangan engkau sembah kecuali Dia”
       Bahwasanya Tuhan Allah itu sendiri yang menentukan, yang memerintah dan memutuskan bahwasanya Dialah yang mesti disembah, dipuji dan dipuja.Dan tidak boleh, dilarang keras menyembah yang selain Dia.
“Dan hendaknya kepada kedua ibu bapak,engkau berbuat baik”
Dalam lanjutan ayat ini terang sekali bahwasanyaa beerkhidmat kepada ibu bapak menghormati kedua orang tua yang telah menjadi sebab baagi kita dapat hidup di dunia ini ialah kewajiban yang kedua sesudah beribadat kepada Allah.
“jika kiranya salah seorang mereka, atau keduanya telah tua dalam pemeliharaan engkau, maka janganlah engkau berkataberkata uff keepada keduanya”
Artinya jika usia keduanya, atau salah seorang diantara keduanya, ibu dan bapak itu sampai meningkat tua, sehingga tidak kuasa untuk hidup sendiri, sudah sangat bergantung kepada beelas kasihan puteranya, hendaknya sabar berlapang hati memekihara orang tua itu. Bertambah tua, kadang-kadang bertambah dia seperti anak-anak dia minta dibujuk, dia minta belas kasihan anak.Mungkin ada bawaan orang yang telah tua itu yang membosankan anak, maka janganlah terlanjur dari mulutmu satu kalimat pun yang meengandung rasa bosan ataau jengkel memelihara orang tuamu.
Didalam ayat ini disebut kata UFFIN.Yang artinya kata-kata yang mengandung kejengkelan dan kebosanan, meskipun tidaka keras ddiucapkan.
“Dan janganlah dibentak mereka, dan katakanlah kepada keduanya kata-kata yang mulia”(ujung ayat 23)
Setelah dilarang mendecaskan mulut, mengeluh mengerutkan kening, walaupun suara tidak kedengaran, dijelaskan lagi, jangan keduanya dibentak., jangan keduanya dihardik, dibelakaki mata.[2]
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan”(pangkal ayat 24)
Walaupun engkau sebagai anak, merasa dirimu telah jadi orang besar, jadikanlah dirimu telah jadi orang besar, jadikanlah dirimu kecil dihadapan ayah bundamu. Apabila dengan tandda-tanda pangkat dan pakaian kebesaran engkau dating mencium mereka, niscahya air mata keterharuan akan berlinang dipipi mereka tidak dengan disadari. Itu sebabnya maka didalam ayat ditekankan “Minar-rahmati” karena sayang, karena kasih mesra, yang dating dari lubuk hati yan tulus dan ikhlas.
“ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".”(ujung ayat 24)

Nampaknya pada ujung ayat ini, tergambar bagaimana susah payah ibu bapak mengasuh mendidik anak di waktu anak masih kecil, penuh kasih sayang. Yaitu kasih sayang yang tidak mengharapkan balasan jasa.[3]

2.   Tafsir Al-Mishbah
Dalam QS. Al-Isra’ ayat 23 menyatakan Dan Tuhanmu yang selalu membimbing dan berbuat baik kepadamu-telah menetapkan dan memerintahkan supaya kamu yakni engkau wahaai Nabi Muhammad dan seluruh manusia jangan menyembah selain Diadan hendaklah kamu berbakti kepada kedua orang tua yakni ibu dan bapak kamu dengan kebaktian sempurna.Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya mencapai ketuaan yakni berumur lanjut ataua dalam keadaan lemah sehingga mereka terpaksa berada disisimu yakni dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlaah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” atau suara dan kata yang mengandung makna kemarahan atau pelecehan atau kejemuan-walau sebesar apapun pengabdian dan pemeliharaaan mu kepadanya dan janganlah engkau membentak keduanya menyangkut apapun yang mereka lakukan-apalagi melakukan yang llebih buruk dari membentak dan ucapkanlah kepada keduanya sebagai ganti membentak bahkan dalam setiap percakapan dengannya perkataan yang mulia yakni perkataan yang baik, lembut dan penuh kebaikan serta penghormatan.[4]
Selanjutnya pada ayat 24 memerintahkan anak bahwa, Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan, bukan karena takut atau malu dicela orang bila tidak menghormatinya dan diucapkanlah yakni beerdoa ssecara tulus: "Wahai Tuhanku, yang memelihara dan mendidik aku antara lain dengan menanamkan kasih pada ibu bapakku,  kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".[5]
3.   Tafsir Ibnu Katsir
Allah Ta’ala telah memerintahkan kepada hamba-Nya supaya menyembah Dia Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-nya.Ditafsirkan demikian, karena al-qadha disini artinya perintah.Karena itu, perintah menyembah-Nya digabung dengan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua.Maka Allah Ta’ala berfirman, “hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya”.Penggalan ini seperti firman AAllah Ta’ala, “supaya kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, serta kepada Akulah tempat kamu kembali.”(QS. Al-luqman: 14)
Firman Allah Ta’ala, “jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampaai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengataakan kepada keduanya perkataan ‘uf.” Maksudnya, janganlah kamu meemperdengarkan kepada keduanya perkataan yang buruk, temasuk perkataan ‘ah’ sebagai perkatan buruk yang paling ringan.“janganlah kamu membentak mereka,” yakni janganlah kamu berbuat buruk kepada keduanya dan jangan memukulnya. Setelah Allah melarang manusia berkata manusia berkata dan berbuat buruk, maka Dia menyuruh manusia berkata dan berbuat baik.
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan” yakni bertawadhulah kepada keduanya melalui tindakanmu, “Dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” Yakni, rahmatilah keduanya pada saat tua dan setelah mati.[6]

C.  Aplikasi Dalam Kehidupan Sehari-Hari
1.     Berbakti kepada kedua orang tua landasannya adalah cinta dan kasih sayang, bukan basa-basi atau karena mengharapkan imbalan materi.
2.     Jangan sekali-kali mengatakan kepada ibu bapak perkataan “ah” atau suara dan kata yang mengandung kemarahan atau kejenuhan. Dan jangan juga membentak keduanya menyangkut apapun yang mereka lakukan.
3.     Hendaknya setiap anak mengucapkan kepada kedua orangtuanya ucapan yang mulia, yakni baik dalam kandungannya, lembut dalam penyampaikannyaa.
4.     Setiap anak harus mendoakan orang tuanya agar Allah senantiasa mencurahkan rahmatnya.

D.  Aspek Tarbawi
1.   Kewajiban pertama bagi seorang muslim adalah menyembah Allah Yang Maha Esa dengan tulus, disusul dengan dengan berbakti kepada kedua orangtua, kebaktian tersebut tercermin, antara lain dalam kedekatan lahir dan batin dengan keduanya secara pribadi disertai dengan penghormatan dalam sikap, ucapan, dan perbuatan.
2.   Penghormatan kepada kedua orangtua harus bersumber dari lubuk hati anak terhadapnya, bukan karena takut atau malu dicela bila tidak menghormatinya.
3.   Anak berkewajiban selalu mendoakan orangtuanya, baik saat hidup mereka, lebih-lebih setelah kematian ibu bapak yang beriman, sambil mengingat jasa keduanya dalam membesarkan dan mendidiknya.
4.   Permohonan anak kepada Allah untuk orangtuanya bukan sekedar momohon diberi kasih sayang serupa dengan kasih sayang mereka, tetapi kasih sayang Allah. ini mengisyaratkan bahwa betapapun anak berusaha berbakti kepada kedua orangtuanya, ia tetap saja tidak dapat membalas jasanya sehingga hanya kepada Allah dimohonkan-Nya.[7]


















BAB III
PENUTUP
A.  Simpulan
Doa buat orang tua adalah salah satu anjuran agama, baik pada masa hidup mereka, maupun setelah wafatnya. Berdoa setelah wafatnya merupakan salah satu dari amalan yang dinyatakan oleh Rasul saw sebagai sebagai yang berlanjut ganjarannya bagi yang berwafat.
Dalam QS. Al-Isra’ ini mengandung arti bahwa Allah memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk menyembah Dia semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, berbakti kepada kedua orang tua landasannya adalah cinta dan kasih sayang, Jangan sekali-kali mengatakan kepada ibu bapak perkataan “ah” atau suara dan kata yang mengandung kemarahan,hendaknya berkata dengan perkataan yang mulia, harus bersikap tawadhu, mendoakan orang tuanya baik masih hidup maupun sudah meninggal. Dan perintah kepada anak agar merendahkan diri terhadap mereka berdua yang didorong karena rahmat kasih sayang kepada keduanya.











DAFTAR PUSTAKA

Ar-Rifai, Muhammad  Nasib, 1989,  Tafsir Ibnu Katsir, Bandung: GEMA INSANI
Hamka, 1984, Tafsir Al-Azhar Juz XV, Jakarta: PUSTAKA PANJIMAS
Shihab, Quraish, 2014, Birrul Walidain, Tangeran: LENTERA HATI
Shihab, M. Quraish, 2002,  Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: LENTERA HATI
Shihab, M. Quraish, 2012, Al-Lubab, Tangeran: LENTERA HATI



















BIODATA
      Nama                          : Putri Aqilatul Alimah
Ttl                               : Pekalongan, 22 Agustus 1997
Alamat                                    : Karangdadap, Pekalongan
Riwayat pendidikan    : 1. RAM NU karangdadap
2.   MIS Karangdadap
3.     SMP N 1 Karangdadap
4.     MAN 1 Pekalongan

















[1]Quraish Shihab, Birrul Walidain, (Tangeran: Lentera Hati, 2014), hlm 145-147
[2]Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XV, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), hlm  38-41
[3]Ibid, hlm 44
[4]M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati. 2002), hlm 443
[5]Ibid, hlm 446
[6]Muhammad  Nasib Ar-Rifai, Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung: Gema Insani, 1989), Hlm 46
[7]M. Quraish Shihab, Al-Lubab, (Tangeran: Lentera Hati, 2012), hlm 227

Tidak ada komentar:

Posting Komentar