Laman

Selasa, 14 Maret 2017

tt2 d5e “Ada Usaha Nyata untuk Merubah Nasib” (QS.AR-Ra’d/13 ayat 11)

PRINSIP ETOS KERJA
“Ada Usaha Nyata untuk Merubah Nasib” (QS.AR-Ra’d/13 ayat 11)

Dian Ekawatul Khasanah (2021115135)
Kelas D

JURUSAN PAI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017





KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ‘alamin,
Segala Puji syukur bagi Allah yang telah melimpahkan Rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen tanpa suatu halangan apapun.
Tak lupa sholawat serta salam kita panjatkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW,begitu juga dengan keluarganya dan para sahabatnya. Begitu pula  Penulis ucapkan  kepada kedua orang tua,terimakasih juga kepada dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi II yang telah mempercayakan penulis untuk mengerjakan tugas makalah ini,sehingga tersusunlah makalah ini dengan judul “prinsip Etos Kerja” dengan sub judul “Ada Usaha Nyata untuk Merubah Nasib”.
Dalam penulisan makalah ini masih  banyak kekurangan yang perlu diperbaiki.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca untuk memperbaiki makalah ini dimasa mendatang.

 Pekalongan,  Maret  2017
                                                                                    Penulis
                                                                                                                           





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latarbelakang masalah
Hidup adalah sebuah proses  aktifitas manusia yang berjalam menurut waktu (disebut usia) diwarnai dengan berbagai kegiatan yang bersangkutan,sehingga akan memberikan corak atau warna mengenaikualitas seseorang memanfaatkan waktu tersebut.
Islam sebagai agama, diturunkan Allah SWT bukan hanya untuk mengisi atau menuntun manusia dalam perjalan waktu hidupnya sebagai alat peribadatan ritual saja sebagaimana persepsi kebanyakan manusia,namun juga merupakan alat bagaimana aktivitas manusia dapat dijadikan sebagai bentuk beribadatan yang mempunyai nilai dalam pandangan Allah SWT.
          Allah swt juga memerintahkan kepada semua manusia untuk merubah keadaan mereka yang lebih baik dan Allah juga akan merubah keadaan mereka dari yang buruk ke yang baik begitupun sebaliknya dari yang baik ke yang tidak baik dan dari yang baik akan menjadi lebih baik dan yang buruk akan menjadi lebih buruk keadaannya(sesuai kehendak-Nya)  dengan cara berusaha.
        Hal tersebut  akan dibahas  dalam makalah ini yang berjudul “PRINSIP ETOS KERJA” dengan sub judul “ADA USAHA NYATA DALAM MERUBAH NASIB” dalam QS. Ar-Ra’d/13 ayat 11.




B.    Tema 
“Prinsip Etos Kerja “
C.    Judul
 “ Ada Usaha Nyata untuk Merubah Nasib “
D.     Nash QS. Ar-Ra’d / 13 ayat 11
لَهُ مُعَقَّبَا تٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُوْنَهُ مِنْ أَمْرِ اللهِ  أِنَّ اللهَ  لَا يُغَيّرُ  مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا بِأَ نْفُسِهِمْ وَ اِذَا أَرَادَاللهَ بِقَوْمٍ سُوْ ءًا   فَلَا مَرَدَّ لَهُ   وَمَا لَهُمْ مِنْ دُوْ نِهِ مِنْ وَالٍ                                                                                            
           Artinya: “ Baginya (manusia)   ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran,dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,maka tidak ada yang dapat  menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.(Qs. Ar-Ra’d/ 13 : 11)

E.     Arti penting untuk dikaji
Dalam Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 11 ini bahwasannya setiap makhluk cipataan Allah itu dijaga, diawasi dan dicatat amal perbuatannya oleh para malikat secara bergantian yakni di waktu malam dan di waktu siang. Baik dijaga itu badan maupun ruhnya dari makhluk yang hendak berbuat buruk kepadanya seperti jin, manusia dan yang lainnya serta menjaga semua amalnya. Dan juga Allah tidak akan mengubah keadaan mereka sebelum mereka itu merubahnya sendiri. Merubah disini seperti  merubah nikmat, keimanan,cara berpikir, mental dan lain sebagainya. Juga tidak yang menolong dari ketetapan (nasib seorang hamba) Allah ,selain Allahlah yang akan  merubahnya.   



BAB II
PEMBAHASAN
A.    TEORI
1.     Pengertian Etos kerja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,kata etos artinya pandangan hidup dalam suatu golongan secara khusus. Sedangkan kata kerja artinya perbuatan melakukan sesuatu kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil.[1]
Secara istilah etos kerja adalah respon yang unik dari seseorang atau kelompok atau masyarakat terhadap kehidupan ,respon yang muncul dari keyakinan yang diterima dan respon itu menjadi kebiasaan atau karakter pada diri seseorang atau kelompok atau masyarakat.[2]
2.     Pengertian Ikhtiar
Kata ikhtiarberasal dari bahasa arab yakni ikhtaara yang artinya memilih.dalam bentuk kata kerja ikhtiar berati pilihan atau memilih hal yang baik.
 Sedangkan menurut istilah ikhtiar adalah usaha seorang hamba untuk memperoleh apa yang dikehendakinya atau usaha memenuhi kebutuhan dalam hidupnya,baik material,spiritual,kesehatan,dan masa depannya dalam usaha mendapatkan yang terbaik,agar tujuan hidupnya selamat sejahtera di dunia dan di akhirat.[3]





B.    TAFSIR
Nash QS. Ar-Ra’d / 13 ayat 11
لَهُ مُعَقَّبَا تٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُوْنَهُ مِنْ أَمْرِ اللهِ  أِنَّ اللهَ  لَا يُغَيّرُ  مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا بِأَ نْفُسِهِمْ وَ اِذَا أَرَادَاللهَ بِقَوْمٍ سُوْ ءًا   فَلَا مَرَدَّ لَهُ   وَمَا لَهُمْ مِنْ دُوْ نِهِ مِنْ وَالٍ                                                                                            
           Artinya: “ Baginya (manusia)   ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran,dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,maka tidak ada yang dapat  menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.(Qs. Ar-Ra’d/ 13 : 11)[4]


i)      Tafsir Al-Mishbah
Siapaun,baik yang bersembunyi dimalam hari atau berjalan terang-terangan di siang hari,masing-masing ada baginya pengikut-pengikut,yakni malaikat-malaikat atau makhluk yang selalu mengikutinya secara bergiliran,di hadapannya dan juga di belakangnya,mereka,yakni para malaikat itu menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum dari positif ke negatif atau sebaliknya dari negatif ke positif sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka,yakni sikap mental dan pikiran mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,tetapi ingat bahwa Dia tidak menghendakinya kecuali jika manusia mengubah sikapnya terlebih dahulu. Jika Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,maka ketika itu berlakulah ketentuan-Nya yang berdasar sunnatullah atau hukum-hukum kemasyarakatan yang ditetapkan-Nya bila itu terjadi,maka tidak ada yang dapat menolaknya dan pastilah sunnatullah menimpanya;dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka yang jatuh atasnya ketentuan tersebut selain Dia.[5]

ii)    Tafsir Al-Maraghi
Manusia dikelilingi Empat malaikat .
لَهُ مُعَقَّبَا تٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ manusia mempunyai para malaikat yang bergiliran mengawasinya di waktu malam  dan siang hari, menjaganya dari bahaya ,dan mengawasi kedaannya,sebagaimana para malaikat yang lain bergantian mengawasi perbuatannya. Ada para malaikat di waktu malam dan ada para malaikat diwaktu siang. Dua masing-masing berada disamping kanan dan kiri untuk mencatat perbuatannya. Dan dua lain menjaga dan memeliharanya satu dari belakang dan  satu lagi dari depan. Jadi ,dia diapit oleh 4 malaikat diwaktu siang dan 4 malaikat diwatu malam secara bergantian , 2 malaikat penjaga dan 2 malaikat pencatat amal.

Perkara pencatatan tidak Mustahil bagi akal.
يَحْفَظُوْ نَهُ مِنْ أَمْرِاللهِ  ,(para malaikat itu menjaga manusia dengan perintah,izin,dan pemeliharaan Allah Ta’ala). Ibnu Abbas mengatakan ,mereka adalah para malaikat yang mengawasi di waktu malam, mencatat perbuatan manusia, dan menjaganya dari depan dan belakangnya. Penjagaan ini atas perintah dan izin Allah , karena tidak ada seorangpun diantara para malaikat dan makhluk lain yang dapat melindungi seseorang dari ketetapan Allah atasnya kecuali dengan perintah dan izin-Nya.  Maka jika datang takdir Allah, para malaikat itu meninggalkannya. Ali mengatakan tidak ada seorang hambapun kecuali Dia disertai oleh para malaikat yang menjaganya dari tertimpa dinding,jatuh kesumur,dimakan binatang buas,tenggelam atau terbakar. Tetapi, jika takdir datang,mereka akan meninggalkannya.

Kezaliman : Pertanda Rusaknya Kemakmuran
  أِنَّ اللهَ لَا يُغَيّرُ  مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا بِأَ نْفُسِهِمْ”sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum”,berupa nikmat serta kesehatan,lalu mencabutnya dari mereka,”sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri”,seperti kezaliman sebagian mereka terhadap sebagian yang lain,dan kejahatan yang menggerogoti tatanan masyarakat serta menghancurkan umat,seperti bibit penyakit menghancurkan individu
وَاِذَا أَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ سُوْءًا فَلَا مَرَدّ لَهُ           , “Apabila Allah menghendaki keburukan bagi suatu kaum” seperti penyakit kemiskinan dan musibah lain yang di sebabkan oleh olah mereka sendiri, maka tidak ada seorangpun yang dapat melindungi mereka dari padanya, tidak pola menolak apa yang telah ditakdirkan Allah  kepada mereka.
وَمَا لَهُمْ مِنْ دُوْ نِهِ مِنْ وَالٍ, mereka tidak mempunyai –selain Allah ta’ala-seorang yang dapat menolong mereka, sehingga mendatangkan manfaat dan menolak kemudaratandari mereka tuhan – tuhan yang mereka jadikan tidak dapat melakukan sedikitpun dari semua itu, tidak pula dapat menolak bahaya dari dirinya  sendiri, lebih-lebih menolaknya dari yang lain.[6]
iii)  Tafsir Ibnu Katsir
Bagi mnusia ada malaikat –malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya” . yakni seorang hamba memiliki sejumlah malaikat yang datang bergantian. Malaikat itu menjaganya malam dan siang serta memeliharanya dari aneka keburukan dan kejadian. Malaikat lainpun datang bergantian untuk menjaga amal hamba baik yang baik maupun yang buruk.
 “ Mereka menjaganya atas perintah Allah.” Mereka menjaganya atas perintah Allah dengan seizin Allah .
sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mreka merubah yang ada pada diri mereka sendiri.“ ibnu Abbas Hatim meriwayatkan dari ibrahim, dia berkata: Allah mewahyukan kepada salah satu seorang nabi Bani Israil : katakanlah kepada kaummu ,” Tidaklah penduduk suatu negeri dan tidaklah penhuni suatu rumah ang berada dalam ketaatan kepada Allah,kemudian mereka beralih kepada kemaksiatan terhadap Allah melainkan Allah mengalihkan dari mereka apa yang mereka cintai kepada apa yang mereka benci.” Kemudian ibrahim berkata: pembenaran atas pernyataan itu terdapat pada kitab Allah ,”sesungguhnya Allah tidah mengubah keadaan suatukaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka.” [7]


iv)   Tafsir Al-Azhar
 “baginya ada penjaga-penjaga bergiliran,dihadapannya dan dibelakangnya,mereka memeliharanya dengan perintah Allah “artinya bahwasannya malaikat-malikat sengaja disediakan oleh Allah untuk menjaga kita seluruh makhluk ini dengan bergiliran. Maka tersebutlah didalam beberapa hadis bahwasannya makhluk itu dijaga terus oleh malaikat,ada yang bernama malaikat raqib dan ‘atid,menjaga caranya manusi beramal. Dan tersebut juga didalam hadis bahwasannya ada malikat yang menjaga semata-,mata malam hari ,datangnya bergiliran pada waktu subuh dan sehabis waktu ashar.
Sesungguhnya Allah tidaklah akan mengubah apa yang ada pada satu kaum,sehingga mereka ubah apa yang ada pada diri mereka sendiri”. Ayat ini menjelaskan tentang kekuatan dan akal budi yang dianugerahkan Allah kepada manusia sehingga manusia itu dapat bertindak sendiri dan mengendalikan dirinya sendiri dibawah naungan Allah.dia berkuasa atas dirinya dalam batas-batas yang ditentukan oleh Allah. Sebab itu maka manusia itupun wajiblah berusaha sendiri pula menentukan garis hidupnya,jangan hanya menyerah saja dengan tidak berikhtiyar.
“Dan apabila Allah kepada suatu kaum hendak mendatangkan celaka,tidaklah ada penolakannya,”, kekayaan jiwa yang terpendam dalam batin kita tidaklah akan menyatakan dirinya keluar,kalau kita sendiri tidak berikhtiar dan berusaha. Kekhilafan kita mengambil jalan yang salah. Menyebabkan kita dapat saja terperosok kedalam jurang mala petaka. Ibarat seorang pengemudi mobil yang tidak berhati-hati pada tikungan yang berbahaya, lalu mobilnya terjungkir masuk jurang maka terjungkirnya masuk jurang itu tidaklah dapat ditahan-tahan lagi. Sebab kecelakaan itu kerap kali datang dari tempat yang tidak kita sangka-sangka. ” Dan selain dari pada-Nya tidaklah ada bagi mereka akan perlindungan[8]



v)     Tafsir Al-Qurthubi
لَهُ مُعَقَّبَا تٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ, Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,di muka dan di belakangnya “ yang dimaksud adalah Nabi Muhammad SAW. Maknanya malikat-malaikat menjaga Nabi Muhammad SAW dari musuh-musuhnya.
يَحْفَظُوْنَهُ مِنْ أَمْرِ اللهِ ,” mereka menjaganya atas perintah Allah.” Maksudnya menjaganya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
أِنَّ اللهَ لَا يُغَيّرُ  مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا بِأَ نْفُسِهِمْ  , “ sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Didalam ayat ini Allah SWT memberitahukan ,bahwa Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum,sampai perubahan itu ada pada diri mereka sendiri,atau pembaharu dari salah seorang diantara mereka dengan sebab. Ayat ini juga tidak mengandung makna bahwa, adzab tidak akan menimpa seseorang sehingga dia berbuat dosa. Akan tetapi suatu musibah dapat diturunkan kepada seseorang atau suatu kaum lantaran perbuatan dosa orang lain. 
وَاِذَا أَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ سُوْءًا         , “ Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum “, maksudnya adalah ,adzab dan kehancuran.
فَلَا مَرَدَّ لَهُ , “ maka tak ada yang menolaknya “. Ada yang mengatakan,jika hendak memberi musibah berupa penyakit,maka tidak ada yang menghindarkannya. Ada juga yang mengataka, maksudnya  dalah Allah SWT menghendaki keburukan pada suatu kaum ,Dia akan membutakan pandangan mereka hingga mereka memilih diantara musibah yang ada dan mereka berjalan dengan kaki-kaki mereka menuju kehancurannya hingga sampai kepada keadaan. Salah seorang diantara mereka mencari kematiannya dengan tangannya sendiri dan mengalirkan darahnya dengan kaki-kakinya sendiri.  وَمَا لَهُمْ مِنْ دُوْ نِهِ مِنْ وَالٍ ,” Dan sekali-kali tak ada pembantu bagi mereka selain Dia “. Maksudnya adalah tempat berlindung. Demikian yang dipahami dari perkataan As-Suddi. Ada yang berpendapat,maksudnya adalah penolong yang menahan mereka dari adzab-Nya.[9]

C.    Aplikasi dalam kehidupan sehari- hari
Dari Qs. Ar-Ra’d ayat 11 ini dapat kita praktikan dalam kehidupan sehari-hari yakni ketika akan melakukan sesuatu selalu diawali dengan niat dibarengi dengan do’a dan dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk menggapai sesuatu atau cita-cita yang kita inginkan, berdoa dengan sungguh-sungguh agar usaha yang kita lakukan itu berjalan dengan baik dan lancar, berhati-hatilah dalam melakukan sesuatu amal karena Allah telah memerintahkan kepada malaikat untuk mengawasi dan menjaga kita di waktu siang hari dan malam hari dimanapun kita berada.

D.    Aspek Tarbawi
1.   Perteballah keimanan kita kepada Allah SWT; kepada malaikat-malaikat-Nya; kepada kitab-kitab-Nya; kepada Rasul-rasul-Nya; kepada Hari Akhir serta kepada qadha dan qadar (Takdir).
2.    Allah telah memerintahkan malaikat untuk mengawasi, menjaga serta mencatat amal perbuatan kita,maka berhati-hatilah dalam segala hal.
3.   Janganlah khawatir atau takut kepada sesama makhluk cipatan-Nya karena Allah telah mengirimkan malaikat malam dan siang untuk menjaga kita,maka takutlah hanya  kepada Allah SWT semata.
4.   Hendaklah kita selalu berdoa dibarengi dengan niat serta berusaha agar apa yang kita inginkan itu tercapai
5.   Hendaknya kita harus berusaha mencapai kehidupan yang lebih bahagia dan lebih maju, tetapi kitapun mesti insaf bahwa tenaga kita sebagai insan amat terbatas.
6.   Hendaknya kita harus berusaha sendiri merubah nasib kepada yang lebih baik,mempertinggi mutu diri dan mutu amal ,melepaskan diri dari perbudakan dari yang selain Allah.
7.   Ingatlah (berzikirlah) kepada Allah SWT dimanapun kita berada
8.   Bersyukurlah atas nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada kita.





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari makalah ini yang membahas tentang  “PRINSIP ETOS KERJA  dengan sub judul “ada usaha nyata untuk merubah nasib”  yang termuat dalam Al-Qur’an surat Ar-ra’d/13 ayat 11 dapat disimpulkan  bahwa setiap  makhluk ciptaan Allah itu diawasi dan dijaga oleh dua malaikat yaitu malaikat yang berada disamping kanan dan kiri ( malaikat  pencatat amal) serta dua malaikat lain menjaga dan memeliharanya (didepan dan dibelakangnya). Jadi semua makhluk ciptaan Allah itu diapit oleh empat malaikat di waktu siang hari dan empat malaikat di waktu malam hari secara bergantian.yakni   dua malaikat penjaga dan dua malaikat pencatat amal dengan seizin Allah SWT. Kemudian Allah juga memerintahkan kepada makhluk ciptaan-Nya supaya berusaha untuk merubah nasibnya baik dari yang buruk ke yang jahat begitupun sebaliknya dari yang baik ke yang buruk atas kehendak-Nya. Dan jika Allah menghendaki keburukan maka tidak ada seorangpun yang dapat menolongnya.
kita sebagai seorang muslim sudah sepatutnya harus mempercayai kepada takdir yang telah ditetapkan Allah SWT  kepada kita ,maka kita  tidak boleh menyerah saja kepada takdir. Kita mesti tahu bahwa Allah tidak akan merubah nasib kita,kalau kita sendiri tidak berusaha merubahnya. Oleh sebab itu, maka didalam segala kegiatan hidup,kita tidak pernah melepaskan ingatan kita kepada Tuhan,sehingga apapun yang bertemu ,namun jiwa kita telah bersedia menghadapinya dan tidak ada pelindung kita selain daripada Allah SWT .
B.    Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu , saran dan kritik dari pembaca sangat dinantikan untuk menyempurnakannya dimasa mendatang.









Daftar Pustaka
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1984. Terjemahan Tafsir Al-Maraghi juz XIII. Semarang: CV Toha Putra Semarang.

Al-Qurthubi, Syaikh Imam. 2008. Tafsir Al-Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam.

Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 1999. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 2. Jakarta: Gema Insani.

Chaniago, Y.S.Arman.1997.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Bandung: CV Pustaka Setia.
Departemen Agama RI.2014.Al-Qur’an dan Terjemahanya.Jatinegara: CV Darus Sunnah.

Hamka. 1983. Tafsir Al-Azhar juz XIII-XIV. Jakarta: Pustaka Panjimas.

Shihab, M. Quraish . 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan ,Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Tebba,Sudirman.2003. Membangun Etos Kerja Dlam Perspektif Tasawuf. Bandung: Pustaka Nusantara Publishing.





Sumber lain :
Http://infodakwahislam.Wordpress.com/2013/03/05/Pengertian-Ikhtiar-dan-Tawakal. diakses pada tanggal 11 Maret 2017 pukul 13.55 WIB








PROFIL
Nama                                        : Dian Ekawatul Khasanah
Tempat tanggal lahir                : Pekalongan, 19 Juni 1997
Alamat                                      : Ds. Lolong dk. Sampel kec.Karanganyar kab.                                                         Pekalongan
Riwayat pendidikan                  : 
1.       Tk Muslimat NU Lolong
2.       MI Islamiyah Lolong
3.        MTs. Ma’arif NU Karanganyar
4.       MA YMI Wonopringgo



[1] Y.S.Arman Chaniago,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Bandung: CV Pustaka Setia, 1997) hlm.187 & 307
[2] Sudirman Tebba, Membangun Etos Kerja Dlam Perspektif Tasawuf,(Bandung: Pustaka Nusantara Publishing,2003)hlm.1
[3] Http://infodakwahislam.Wordpress.com/2013/03/05/Pengertian-Ikhtiar-dan-Tawakal. diakses pada tanggal 11 Maret 2017 pukul 13.55 WIB
[4] Departemen Agama RI,Al-Qur’an dan Terjemahanya,(Jatinegara: CV Darus Sunnah,2014) hlm.251
[5] M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Mishbah: Pesan ,Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,(Jakarta: Lentera Hati,2002) hlm. 565
[6] Ahmad Mustafa Al-Maraghi,Terjemahan Tafsir Al-Maraghi juz XIII,(Semarang: CV Toha Putra Semarang,1984) hlm. 139-144
[7] Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 2,(Jakarta: Gema Insani,1999) hlm. 904-906
[8]  Hamka,Tafsir Al-Azhar juz XIII-XIV,(Jakarta: Pustaka Panjimas,1983) hlm.71-72
[9] Syaikh Imam Al-Qurthubi,Tafsir Al-Qurthubi,(Jakarta: Pustaka Azzam,2008) hlm.683-689 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar