Laman

Jumat, 07 April 2017

tt2 c8a “PENA DAN KARYA ANGKAT BUDI MULYA” Q.S AL-QALAM ; 1 dan 2.”

PENDIDIKAN PENGETAHUAN DASAR
“PENA DAN KARYA ANGKAT BUDI MULYA”
Q.S AL-QALAM ; 1 dan 2.”

Wasilatul Anisah   2021115169 
Kelas: C

JURUSAN TARBIYAH/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017





KATA PENGANTAR

Segala  puji bagi Allah Yang Maha Esa Tuhan Seluruh alam. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW. Puji syukur kepada illahi Rabbi yang telah memberikan penulis kemudahan dalam menyelesaikan makalah Tafsir Tarbawi II ini dengan judul “Pena dan Karya Angkat Budi Mulya Q.S Al-qalam :1 dan 2.”
Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :
1.      Bapak Muhammad Ghufron, M.S.I selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi II.
2.       Bapak dan Ibu atas semua doa dan bantuan untuk menyelesaikan makalah ini.
3.      Serta semua pihak yang telah berkontibusi dalam pembuatan makalah ini.
Oleh karena itu penulis  menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Penulis  mengharapkan saran dan kritik yang membangun  kepada para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Demikian kami ucapkan terimakasih.
Penulis berharap semoga makalah “Pena dan Karya Angkat Budi Mulya Q.S Al-qalam :1 dan 2”dapat bermanfaat bagi pembacanya.




                                                                                    Pekalongan, 30 Maret 2017
           

                                                                                    Wasilatul Anisah




 BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Al-Qalam adalah surat ke-68, diturunkan di Mekah pada awal kenabian, pada urutan ke-2, setelah surat al-Alaq dan sebelum surat al-Muzammil. Sebagian ulama berpendapat urutannya terbalik, surat al-Muzammil pada urutan ke-2 dan al-Qalam sesudahnya. Nama surat ini al-Qalam atau pena, mengingatkan pada surat sebelumnya, surat al-Alaq, yang menyatakan bahwa Tuhan mengajarkan manusia dengan pena. Menarik bahwa kedua surat paling awal ini menyinggung peranan pena sebagai alat belajar mengajar. Bahkan, surat ini diberi nama al-Qalam, pena. Sebuah isyarat agar kaum muslimin manjadi umat terdidik. Surat ini diawali dengan huruf  “nuun” disusul dengan sumpah pena. Huruf “nuun” oleh sebagian ulama melambangkan tinta atau tempat tinta sebagai pasangan pena.
B.     judul
Judul Makalah ini adalah “Pendidikan Pengetahuan Dasar”, dan dengan sub judul “Pena dan Karya Angkat Budi Mulya Q.S Al-qalam ; 1 dan 2.”
C.     Nash

(2) مَا أَنتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ (1) ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ
1. Nun[1], demi qalam dan apa yang mereka tulis.
2. Berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila.
D.    Arti Penting
Surat al-Qalam atau pena, menyatakan bahwa Tuhan mengajarkan manusia dengan pena. Menarik bahwa surat paling awal ini menyinggung peranan pena sebagai alat belajar mengajar. Bahkan, surat ini diberi nama al-Qalam, pena. Sebuah isyarat agar kaum muslimin manjadi umat terdidik.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori
Menurut Al-Asfahani berarti potongan dari suatu yang agak keras seperti kuku dan kayu, serta secara khusus digunakan untuk menulis (pena). Sedangkan menurut tafsir Al-Maraghi ayat tersebut menjelaskan bahwa Dia-lah Allah yang menjadikan kalam sebagai media yang digunakan manusia untuk memahami sesuatu, sebagaimana mereka memahaminya melalui ucapan.
Lebih jelas, beliau menjelaskan bahwa al-qalam itu adalah alat yang keras dan tidak mengandung unsur kehidupan alias benda mati, dan tidak pula mengandung unsur pemahaman. Namun digunakannya al-qalam untuk memahami sesuatu bagi Allah bukanlah masalah yang sulit. Dan dengan bantuan al-qalam ini pula manusia dapat memahami masalah yang sulit. Allah memiliki kekuasaan untuk menjadikan seseorang sebagai pembaca yang baik. Penghubung yang memiliki pengetahuan sehingga ia menjadi manusia yang sempurna. Pada perkembangan selanjutnya, pengertian al-qalam ini tidak terbatas hanya pada alat tulis yang hanya bisa digunakan oleh masyarakat tradisional di pesantren-pesantren. Namun secara subtansial al-qalam ini dapat menampung seluruh pengertian yang berkaitan dengan segala sesuatu sebagai alat pentimpan, merekam, syuting film dan sebagainya. Dalam kaitan ini maka al-qalam dapat mencakup alat pemotret berupa kamera, alat perekam berupa recording, alat penyimpan data berupa komputer, video campact disc (VCD). Berbagai peralatan ini selanjutnya terkait dengan bidang teknologi pendidikan.[1]
Budi Mulya adalah kedudukan baik, yang akan diberikan oleh Allah terhadap orang yang selalu berusaha dan tawakal kepadanya. Melalui pena dan kaya Allah akan meninggikan derajat sesorang tersebut. Bukan hanya Allah sesama manusia pun juga akan mengangkat derajat seseorang yang memliki karya. Ia akan dihormati, disanjung, dan di berikan kedudukan yang baik dalam masyarakat.

B.     Tafsir
a.       Tafsir Al-Maraghi
 (نَ) Telah kita jelaskan berulang kali bahwa pendapat terkuat tantang makna huruf-huruf terpotong yang terdapat pada awal surat adalah huruf-huruf tanbih (penarik perhatian). Seperti halnya ala dan ama.
(نوَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُو) Aku bersumpah demi nama kalam dan kitab yang ditulis dengan kalam itu. Kemudian dia menjelaskan musam ‘alaih (isi sumpah) :
(مَا أَنتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ) Sesungguhnya engkau tidak gila seperti apa yang mereka sangkakan. Allah telah mengkaruniakan kepadaMu kenabian. Keistimewaan akal dan kemuliaan akhlak.[2]
b.      Tafsir Al-Misbah
Allah berfirman: Nun, demi qolam yakni demi pena yang biasa digunakan untuk menulis oleh malaikat atau oleh siapapun dan juga demi apa yang mereka tulis. Bukanlah engkau wahai Nabi Muhammad disebabkan nikmat Tuhan Pemalihara dan Pembimbing mu semata. Seorang gila sebagaimana dituduhkan oleh para pendurhaka. Dan sesungguhnya untukmu secara khusus atas jerih payah dan kesungguhan mu menyampaikan dan mengajarkan wahyu Ilahi benar-benar telah tersedia pahala ynag besar dan yang tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya engkau benar-benar berada diatas budi pekerti yang agung.
Kata Qolam/pena ada yang memahaminya dalam arti sempit yakni pena tertentu, ada juga yang memahaminya secara umum yakni alat tulis apapun termasuk computer tercanggih sekalipun. Yang memahaminya dalam arti sempit ada yang memahaminya pena yang digunakan malaikat untuk menulis takdir baik dan buruk serta segala kejadian dan makhluk yang kesemuanya tercatat dalam Lauh Mahfuzh, atau pena yang digunakan malaikat menulis amal-amal baik dan buruk setiap manusia, atau pena sahabat Nabi menulis ayat-ayat al-Qur’an.[3]
c.       Tafsir Al-Azhar
Di antara Qalam dalam Surat Al-‘Alaq sebagai ayat yang mula-mula turun dan “Qalam” di Surat ini, dan keduanya sama-sama turun di Mekah, memam ada pertalian yang patut menjadi perhatian. Tentang pentingnya qalam atau pena dalam hidup manusia di atas permukaan bumi. Dengan qalamlah ilmu pengetahuan dicatat. Bahkan kitab-kitab suci yang diturunkan Allah Ta’ala kepada para nabi-nabi sebagai tercatat di dalam kumpulan “Perjanjian Lama”, barulah menjadi dokumentasi agama setelah semuanya dicatat.
Banyaklah bertemu catatan demikian, bekas dari Qalam dan apa yang dituliskan oleh orang yang ahli menulis. Baik qalam itu berupa sagar dari pohon kayu atau dari ujung rotan. Semuanya telah memperkuat tafsir dari ayat 1 surat al-Qalam: “Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis.”
“Berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila.” (ayat 2). Ayat ini adalah satu bujukan atau hiburan yang amat halus penuh kasih sayang dari Tuhan kepada RosulNya, Nabi Muhammad saw. Setelah Rosulullah menyampaikan da’wahnya mengajarkan Tauhid dan Ma’rifat ke pada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa dan mencela segala perbuatan jahiliyyah, terutama mempersekutukan yang lain dengan Allah, sangatlah besar reaksi daripada kaumnya. Macam-macam tuduhan yang dilontarkan kepada diri beliau. Satu diantara tuduhan itu ialah bahwa ia gila![4]
C.     Aplikasi dalam Kehidupan
Dalam surat al-Qalam Allah memerintahkan untuk mengikat ilmu dengan menulis dan mencari ilmu dengan informasi yang benar atau shahih. Di antaranya dapat dengan cara sebagai berikut:
1.      Mengajarkan Ilmu
Ketika kita ingin mengajak orang kepada kebaikan, tentunya kita harus memiliki ilmu untuk meyakinkan argumentsi kita. Agar memperhatikan ilmu dan menuliskannya dalam rangka menyebarkanluaskan ilmu sehingga bermanfaat tidak hanya pada masa sekarang tapi juga di masa yang akan datang.
2.      Ilmu Sebagai Amal Jariyah
Ketika kita mengamalkan ilmu seperti apa yang diajarkan Rasulullah SAW, kita tentu akan mendapat pahala atas amal yang kita kerjakan. Inilah yang dinamakan amal jariyah, yang tiada terputus meskipun kita telah tiada.
3.      Menjaga Akhlak / Budi Pekerti
Dalam mengajarkan ilmu pasti ada saja rintangannya, diantaranya mendapat peserta didik yang sulit diatur, nakal, maka kita mesti bersabar, menasehatinya dengan cara yang lembut. Meneladani sikap Rasulullah saat dahulu menyebarkan agama Islam mendapat hinaan, cacian, Rasulullah menghadapinya dengan santun dan akhlak yang agung. Meski mendapat siksa, intimidasi, boikot dan segala bentuk upaya untuk menghentikan dakwah Rasulullah bersama para sahabatnya tetap tegar.
D.    Aspek tarbawi
Ø  Belajar adalah proses eksplorasi potensi diri menjadi aktual. Selain itu, belajar juga merupakan proses untuk mengetahui.
Ø  Mengajarkan ilmu yang kita punya bisa dalam bentuk tulisan.
Ø   Allah menjanjikan pahala yang tiada putusnya untuk orang yang mengamalkan ilmunya.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Q.S. Al-‘Alaq ini kata ( القلم) menurut Al-Asfahani berarti potongan dari suatu yang agak keras seperti kuku dan kayu, serta secara khusus digunakan untuk menulis (pena). Ilmu adalah sesuatu yang bisa membuka/menemukan perkara yang dicari dengan sempurna.
Ayat pertama, sangatlah relevan dengan kemajuan peradaban umat manusia, bahwa perintah membaca yang diwahyukan pada surat al-‘Alaq yang mendahului surat ini, disambut dengan pena serta apa yang dituliskan.
Ayat kedua, setelah bersumpah dengan nun dan Qalam, Allah kemudian menyampaikan sebuah bujukan penyejuk hati bagi Muhammad bin Abdullah, lelaki pilihan yang telah ditetapkan sebagai utusan-Nya.



DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Musthafa Al-Maraghi,1987,Tafsir Al-Maraghi,Bandung: CV Rosda.
Hamka,2004, Tafsir Al-Azhar Juz XXIX,Jakarta: PT. Citra Serumpun Padi.

http://www.dakwatuna.com/2011/10/24/15583/bekal-aktivis-dakwah-dalam-surat-al-qalam.html, diakses pada hari rabu, 05 april 2017. Pada jam 19:09 wib
M. Quraish Shihab,2002, Tafsir Al-Misbah,Jakarta: Lentera Hati.



Biodata

Nama                           : Wasilatul Anisah
Tempat, tanggal lahir : Pekalongan, 05 Oktober 1997
Alamat                         : Ds. Bligo Rt/Rw : 12/04
                                     : Kec. Buaran Kab. Pekalongan.
Asal sekolah                : MIS Bligo
                                     : MTsS Simbang Kulon II
                                     : MAS Simbang Kulon II



[1] http://www.dakwatuna.com/2011/10/24/15583/bekal-aktivis-dakwah-dalam-surat-al-qalam.html, diakses pada hari rabu, 05 april 2017. Pada jam 19:09 wib
[2]Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Bandung: CV Rosda, 1987),hlm.48
[3]M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),hlm.378-379
[4]Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XXIX, (Jakarta: PT. Citra Serumpun Padi, 2004),hlm.44 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar