Laman

Jumat, 07 April 2017

tt2 c8c Bertanyalah Sesuatu Masalah Pada Ahlinya (QS. An-Nahl ayat 43)

PENDIDIKAN PENGETAHUAN DASAR
Bertanyalah Sesuatu Masalah Pada Ahlinya (QS. An-Nahl ayat 43)

FIRKHATUN NAJAH 2021115172
Kelas C

FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2017





KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga makalah ini dapat terseleslaikan dengan lancar. Shalawat serta  salam senantiasa kita curahkan kepada nabi kita, baginda nabi agung Muhammad saw. semoga kita semua termasuk umat beliau yang akan mendapat syafa’atnya di yaumul akhir.
Tidak lupa, pemakalah juga menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang telah sepenuhnya memfasilitasi pembuatan makalah ini, kemudian bapak dosen yang telah memberikan bimbingan, serta tema-teman semua yang telah berpartisipasi memberi arahan dan masukan.
Disusunnya makalah ini guna memenuhi tugas Tafsir Tarbawi II. Yang mana dalam penyusunan makalah ini tentu masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan ataupun kata yang kurang sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik senantiasa kita harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
                                                                                      
Pekalongan, April 2017

                                                                                                Penulis









BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pada surat An-Nahl ayat 43, Allah menjelaskan bahwa semua rasul Allah itu adalah manusia yang diberi wahyu bukan malaikat. Tugas utama rasul adalah tabligh (menyampaikan) wahyu dari Allah swt. tak peduli apakah tabligh itu diterima oleh kaumnya atau tidak, tugas rasul hanyalah tabligh. Isi dari tabligh adalah menyampaikan berita gembira (basyiiran) dan berita menakutkan (nadziran). Tentu saja dalam proses penyampaian ini ada proses pembelajaran, yaitu suatu proses yang merubah tingkah laku suatu kaum, dari musyrik menjadi tauhid, dari kufur menjadi iman walaupun tidak semuanya berubah. Dengan demikian maka rasul adalah subjek belajar kedua setelah Allah swt.
Masih dalam ayat 43, Allah menegaskan kepada orang-orang kafir jika kalian tidak percaya bahwa rasul adalah manusia, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan (ahladzdzikri) tentang hal tersebut. Melalui ayat ini kita bisa mengetahui bahwa ketika kita tidak menguasai suatu bidang ilmu, maka hendaknya kita bertanya kepada orang yang ahli dalam bidang ilmu tersebut, dengan demikian maka kita akan mendapatkan jawaban yang meyakinkan karena dijawab oleh Ahlinya.

B.     JUDUL MAKALAH
Untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Tafsir Tarbawi, dalam hal ini pemakalah membahas tentang “Pendidikan Pengetahuan(bertanyalah sesuatu masalah pada ahlinya) QS. An-Nahl ayat 43”, sesuai dengan tugas yang telah diamanahkan.



C.     NASH DAN ARTI SURAT AN-NAHL AYAT 43
وَمَا اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ الاَّ رِجَالاً نُوْ حِى اِلَيْهِمْ فَسْئَلُوْا اَهْلَ الذِّكْرِاِنْ كُنْتُمْ لاَتَعْلَمُوْنَ (34)
Artinya:
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang memiliki pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.

D.    URGENSI
Para nabi ilahi sejak dahulu berasal dari manusia, bukan jin atau malaikat agar menjadi bukti bagi masyarakat semua. Dengan demikian mereka tidak lagi beralasan bahwa apa yang dibawa oleh para nabi tidak dapat dilakukan. Urusan yang berhubungan dengan agama harus ditanyakan kepada mereka yang benar-benar mengetahuinya dan tidak kepada setiap orang yang memiliki sedikit pengetahuan mengenainya







BAB II
PEMBAHASAN
A.    TEORI
Tentang menyerahkan kepada ahlinya
Adapun dalil tentang dianjurkan untuk menyerahkan ‘tugas menjawab’ kepada yang lebih ahli dari kita adalah:
Allah berfirman:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ(34) ...

maka bertanyalah kepada AHLIDZ DZIKR jika kamu tidak mengetahui (An-Nahl: 43)
Dijelaskan oleh para ulama ahli tafsir makna ahlidz dzikr diatas adalah AHLI ILMU.
Dan ayat diatas DIAMALKAN sebaik-baiknya oleh Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, yang ketika ditanya sesuatu yang tidak diketahuinya, beliau menanyakannya kepada jibril, bahkan Jibril yang tidak mengetahuinya menanyakannya kepada Mikail, yang kemudian mereka bertanya kepada Allah (Sang Pemilik Ilmu).
Bahkan sekalipun kita mengetahuinya, namun kita mendapati orang yang LEBIH BAIK ilmunya dari kita, maka kita hendaknya menyerahkannya kepada mereka. Diriwayatkan dari ’Abdurrahman bin Abi Laila berkata,
“Aku telah bertemu dengan 120 (SERATUS DUA PULUH ORANG) sahabat Nabi dari kalangan Anshar, tidaklah salah seorang dari mereka ditanya tentang suatu masalah melainkan ia berharap temannya yang lain-nyalah yang menjawabnya…”
(HR Ad-Daarimi (53), Ibnu Sa’ad dalam ath-Thabaqaat (VI/110), Ibnul Mubarak dalam az-Zuhd (58), al-Fasawi dalam kitab al-Ma’rifah wat Taariikh (II/817-818)).
Imam Asy Syafi’I berkata :
“Tidak halal bagi seorangpun berfatwa dalam agama Allah kecuali orang yang berilmu tentang kitabullah, nasikh mansukhnya, muhkam dan mutasyabihnya, ta’wil dan tanzilnya, makki dan madaninya dan apa yang diinginkan darinya. Kemudian ia mempunyai ilmu yang dalam mengenai hadits Rosulullah sallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana ia mengenal Al Qur’an. Mempunyai ilmu yang dalam mengenai bahasa arab, sya’ir-sya’ir arab dan apa yang dibutuhkan untuk memahami al qur’an, dan ia mempunyai sikap inshaf (adil) dan sedikit berbicara. Mempunyai keahlian dalam meyikapi perselisihan para ulama. Barang siapa yang memiliki sifat-sifat ini, silahkan ia berbicara tentang ilmu dan berfatwa dalam masalah halal dan haram, dan barang siapa tidak memilikinya maka ia hanya boleh berbicara tentang ilmu namun tidak boleh berfatwa “.[1]
B.     TAFSIR
Tafsir al-maraghi
Tidaklah kami mengutus para rasul sebelummu kepada umat-uamat untuk mengajak mereka agar mentauhidkan Aku dan melaksanakan perintah-Ku, kecuali mereka itu adalah laki-laki dari Bani Adam yang Kami wahyukan kepada mereka, bukan para malaikat.
Ringkasan, sesungguhnya Kami tidak mengutus kepada kaummu, kecuali seperti orang-orang yang pernah Kami utus kepada umat-umat sebelum mereka, yakni para rasul dari jenis mereka dan berbuat seperti mereka berbuat.
Maka tanyakanlah kepada ahli kitabdahulu di antara orang-orang Yahudi dan Nasrani, apakah para utusan yang diutus kepada mereka itu manusia ataukah malaikat? Jika mereka itu malaikat silakan kalian mengingkari Muhammad saw. tetapi jika mereka itu manusia, jangan kalian ingkari dia.[2]
Tafsir al-lubab
Ayat 43 mengingatkan lagi Nabi Muhammad saw. bahwa Allah swt tidak mengutus sebelum Beliau kepada umat manusia kapan dan di mana pun, kecuali lelaki-lelaki, yakni jenis manusia pilihan, bukan malaikat. Semua utusan diberi-Nya wahyu,maka lanjut ayat ini: “Wahai orang-orang yang ragu atau tidaktahu, bertanyalah kepada yang berpengetahuan jika kamu tidak mengetahui.[3]
Tafsir al-azhar
“dan tidaklah Kami mengutus sebelum engkau, melainkan orang-orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka”. (pangkal ayat 43). Hal ini diperingatkan kembali kepada beliau, Rasul Allah, bahwa itu, dan isi pengajarannya pun sama. Bahkan nasib pertentanganpun kebanyakan bersamaan. Sebab mereka itu semuanya adalah manusia, orang-orang laki-laki yang tidak lepas dari pada suka dan duka. Maka disuruhlah Nabi saw menyampaikan kepada orang-orang laki-laki yang tidak lepas dari pada suka dan duka. Maka disuruhlah Nabi saw menyampaikan kepada orang-orang itu: “Maka bertanyalah kepada ahli-ahli yang telah mempunyai peringatan, jika kami belum mengetahui”. (ujung ayat 43).[4]

C.     APLIKASI DALAM KEHIDUPAN
a.    Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berilmu, maka diperintahkan untuk mencari ilmu, baik dengan membaca maupun bertanya. Dalam bertanya pun diperintahkan untuk bertanya kepada yang mempunyai pengetahuan tentang yang ditanyakan, bukan bertanya kepada sembarang orang.
b.    Menunjukkan tingginya kedudukan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan, hingga orang-orang pun diperintahkan untuk bertanya kepada mereka.
c.    Merupakan anjuran untuk bertanya kepada Ahlinya, termasuk dalam urusan/ilmu dunia sehingga urusan menjadi benar. Karena jika suatu urusan diserahkan atau ditanyakan kepada yang bukan ahlinya, maka menjadi rusaklah urusan itu.
d.   Allah swt memilih manusia-manusia pilihan sebagai nabi dan rasul kepada masyarakat manusia dan memberi mereka petunjuk dan bimbingan untuk mereka sampaikan kepada masyarakat mereka masing-masing. Tidak satu pun di antara mereka yang bukan manusia.

D.    ASPEK TARBAWI
a.    Jika menemukan kesulitan, maka tanyalah ahlinya.
b.    Menganjurkan kita untuk bertanya apabila kita tidak tahu.
c.    Apabila kita mempunyai ilmu sebaiknya ajarkan kepada yang belum tahu.






BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Allah swt. sebagai peletak dasar pendidikan bagi manusia, melalui penciptaan kehendak, panca indera dan akal.
Para Rasul, mereka merupakan subjek belajar kedua setelah Allah swt. Setelah Allah memberikan bekal yang cukup bagi manusia untuk belajar, maka kemudian Allah mengutus para rasul untuk menyampaikan ajarannya.
 Subjek pendidikan ketiga adalah umat manusia itu sendiri, dalam arti atas petunjuk dari Allah dan Rasulnya maka hendaknya manusia bisa menemukan sendiri pengetahuan yang dibutuhkannya.










DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi,  Ahmad Mustafa. 1987. Tafsir Al-Maraghi.  Semarang:CV.Toha Putra
Shihab, M.Quraish. 2012.  Al-Lubab. Tangerang:Lentera Hati
Prof.Dr.Hamka. 1983. Tafsir Al-Azhar.  Jakarta:Pustaka Panjimas















BIODATA
Nama : firkhatun najah
Nim : 2021115172
Tempat, tanggal lahir : pekalongan,  4 agustus 1996
Alamat : proto kedungwuni
Jenis kelamin : perempuan
Riwayat pendidikan :
·         Tk Muslimat NU proto
·         SD N proto
·         Mts N Buaran Pekalongan
·         SMA N 1 Kedungwuni
·         IAIN Pekalongan



[2] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang:CV.Toha Putra,1987), hlm160-161
[3] M.Quraish Shihab, Al-Lubab, (Tangerang:Lentera Hati,2012),
[4] Prof.Dr.Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta:Pustaka Panjimas,1983)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar