Laman

Selasa, 02 Mei 2017

TT2 D11e “ BERBAGI KEBAHAGIAAN SAAT MENDAPAT KARUNIA ” Qs. Ad-dhuha ayat 9-11

“ BERBAGI KEBAHAGIAAN SAAT MENDAPAT KARUNIA ”
Qs. Ad-dhuha ayat 9-11
Nourma Adhistya (2021115362) 
Kelas D

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017




KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT , karena dengan Rahmat, karunia, serta Taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang “BERBAGI KEBAHAGIAAN SAAT MENDAPAT KARUNIA” . Kami sangat berterima kasih kepada teman-teman saya yang telah men support saya, keluarga saya yang telah mengangkat motivasi belajar saya, dan juga bapak Muhammad Ghufron, M.S.I selaku Dosen mata kuliah tafsir tarbawi II di IAIN pekalongan yang telah membimbing saya untuk menyelesaikan tugas ini.
              Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai ibadah kepada Allah, saya menyadari sepenuhnya bahwa di makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun.
 Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya, sebelumnya saya memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari Bapak dosen dan para pembaca yang budiman demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.





                                                                                    Pekalongan, 1 April 2017

                                                                                                Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Dalam keseharian kita tentunya selalu melakukan kegiatan dan aktivitas yang berhubungan dengan banyak orang, jika tanpa kegiatan dan aktivitas maka kehidupan kita akan terasa kurang berguna , hambar dan tidak produktif. Kegiatan tersebut bisa dilakukan dimana saja, di rumah, di kantor, di jalan, di warung, di pasar, di sekolah dan ditempat-tempat lainnya. Dan bagi orang beriman kegiatan atau aktivitas adalah sarana menebar kebajikan, baik kata maupun perbuatan selalu meberikan kebaikan dan kebahagiaan pada dirinya dan orang lain. Bukankah Rasulullah SAW mengumpamakan jati diri seorang muslim seperti ekor lebah. Makanan yang dimakan adalah baik dan yang dikeluarkan pun baik, lebah hinggap atau tinggal tidak pernah merusak yang lainnya. Namun kadangkala kebanyakan dari kita tidak sadar memulai segala aktivitas atau kegiatan tanpa menucapkan membaca kalimat bismillah, padahal diterima atau tidak amal perbuatan seseorang bergantung pada kalimat tersebut.

B.     Nash dan Arti Q.S Ad-dhuha 9-11
فَاَمَّاالْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْ۝ وَاَمَّااسَّائِلَ فَلَاتَنْهَرْ۝ وَاَمَّابِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ۝
Artinya: Adapun anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta janganlah kamu menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu.
C.     Judul Makalah
Judul yang akan saya bahas disini adalah tentang “BERBAGI KEBAHAGIAAN SAAT MENDAPAT KARUNIA”





D.     Arti Penting Mengkaji
Pentingnya mengkaji ayat ini adalah agar setiap aktivitas yang kita lakukan Dapat memberikan manfaat dan juga kebaikan bagi orang lain dan juga orang di sekitar kita, karena kita adalah makhluk social tentunya kita harus saling berhubungan dengan masyarakat lain, dengan keluarga teman dan juga masyarakat umum, hal ini yang mendorong kita sebagai makhluk social untuk
saling berbagi kebahagiaan saat mendapat karunia, hal ini selain untuk belajar menanamkan sifat baik kepada diri sendiri juga mengajak orang lain secara tidak langsung untuk sama seperti kita melakukan kebaikan, seseorang biasanya ajan lupa kepada keluarga teman dan juga lingkungan pada saat kita mendapat karunia atau mendapat rezeki lebih, hal itu yang membuat kita harus belajar dan menanamkan sikap murah hati dengan memberikan atau berbagi kebahagiaan disaat kita mendapat karunia, hal ini bertujuan supaya kita bisa di terima di lingkungan di masyarakat dan juga di keluarga dengan baik, dan kita tidak akan sendirian ketika kita mengalami kesusahan, karena kita sudah mempunyai orang-orang yang sudah kita ajak berbagi kebahagiaan saat kita mendapatkan karunia.















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori
1.    Pengertian Berbagi
                 Berbagi  dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kegiatan-kegiatan, kesibukan atau salah satu kegiatan yang dilakukan atau ditanamkan oleh seseorang dalam hidupnya untuk memberian pengalaman, memberikan apa yang kita mampu dan apa yang kita ikhlaskan kepada orang lain, yang tujuannya adalah untuk menyambung silaturahmi atau hubungan kemanusiaan antara yang satu dengan manusia yang lainnya dengan baik dan juga rukun , Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali aktivitas, kegiatan, atau kesibukan yang dilakukan manusia. Hal ini bukan Berarti waktu kita melakukan kebaikan dengan orang lain tidak ada ataupun kurang, kegiatan tersebut tergantung pada individu tersebut. Menurut Seorang ilmuan dalam bukunya Psikologi Pendidikan II mengatakan bahwa aktivitas tidak hanya sekedar kegiatan, tetapi aktivitas dipandang sebagai usaha memenuhi kebutuhan dan juga berbagi (Samuel, 1982: 52).[1]
2.    Pengertian Karunia
        Kata karunia di pakai dalam alkitab memiliki pengertian ‘pemberian yang telah diberikan oleh allah kepada kita’ karunia itu bukan upah pekerjaan atau usaha manusia, melainkan pemberian atau hadiah yang dititipkan kepada kita. Di situ kita sebagai manusia mempunyai hak atau wewenang untuk memanfaatkan atau mempergunakan apa yang telah titipkan dengan baik, berarti dapat di simpulkan maksud dari berbagi karunia adalah memberikan atau membagikan apa yang allah titipkan kepada kita di dunia ini, bersama dengan keluarga teman maupun lingkungan, hal-hal yang dapat di peroleh ketika kita berbagi karunia
1.      Mencari persaudaraan dan menjalin hubungan baik dengan sesama
2.      Mencari berkah dari seseorang atau sesuatu
             Dengan maksud bahwa dengan kita memberikan atau membagi kebahagiaan dengan orang lain, maka kita akan di perlakukan dengan baik oleh orang lain, selain itu juga apa yang kita berikan kepada orang lain dengan ikhlas, pasti aka nada balasan yang baik pula entah itu dari orang tersebut, atau dari allah SWT dengan memberikan nikmat yang lebih besar lagi kepada kita.
B.  Tafsir
1. Tafsir jalalain

     فَاَمَّاالْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْ (adapun anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang) dengan mengambil haknya atau lain-lainnya sebagai anak yatim
     وَاَمَّااسَّائِلَ فَلَاتَنْهَرْ (dan terhadap orang yang meminta-minta janganlah kamu menghardiknya) membentaknya karena dia miskin.
     وَاَمَّابِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ (dan terhadap nikmat Tuhanmu) yang dilimpahkan kepadamu yaitu berupa kenabian dan nikmat-nikmat lainnya[2]

2. Tafsir Al-Maraghi
(فَاَمَّاالْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْ)
Janganlah kamu berlaku sewenang-wenang terhadap anak yatim, dengan menindas dan menghinanya, tetapi angkatlah dirinya dengan baik.  Yang santun dan didiklah dia dengan akhlak mulia, agar ia menjadi masyarakat yang baik dan bermanfaat sehingga ia tidak menjadi sampah masyarakat yang menularkan pada lingkungannya.
 (وَاَمَّااسَّائِلَ فَلَاتَنْهَرْ)
Akan halnya orang yang meminta belas kasihan, janganlah kamu menghardiknya, berilah sewajarnya atau setidaknya menolaknya dengan cara yang halus dan baik, kemungkinan yang dimaksud dengan as’syail adalah orang yang meminta bimbingan, orang yang semacam ini di kategorikan pula sebagai orang yang meminta belas kasihan, sebab ia mengalami problema yang tidak mampu dia selesaikan sendiri.
(وَاَمَّابِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ)
Bermurah hatilah kamu dalam memberikan hartamu, kepada kaum fakir miskin, dan berilah kelebihan nikmat-nikmat Allah yang lain kepada mereka yang membutuhkannya, yang dimaksud dalam ayat ini adalah, bukan berbincang-bincang dan mengobrol tentang harta kekayaan, sebab hal ini sama sekali bukan sifat yang terpuji[3]
C.     Implikasi/ Aplikasi dalam kehidupan
Dari Q.S Ad-dhuha 9-11 “sebab itu terhadap anak yatim janganlah kamu sewenang-wenang” sudah sangat jelas  bahwasannya dalam aplikasi kehidupan, seseorang harus memperlakukan seorang anak yatim dengan baik, dengan tidak semena-mena, dengan mengambil hartanya atau lain-lainnya seorang anak yatim. Dan pula jangan menghardik orang yang meminta-minta, dengan memperlakukan dengan baik, memberikan sodaqoh kepada mereka dan memberikan bantuan, dan yang terahir ialah kita harus menyiarkan nikmat dari Allah SWT, maksudnya ialah . dengan hal itu kita memiliki pesan atau pemahaman bahwa dengan rahmat Allah yang diberikan kita, kita harus memberikan shodaqoh ataupun bantuan dengan ikhlas kepada orang yang me minta-minta dengan ikhlas dan tanpa menghardik mereka, serta kita tidak boleh serakah dengan mengambil hak-hak ataupun barang milik anak yatim. Kesimpulannya ialah kita harus berbagi kepada sesama kepada orang yang kekurangan dan tidak boleh serakah dengan mengambil hak anak yatim. Serta tidak boleh menghardik atau merendahkan fakir miskin atau orang yang kurang mampu.  [4]
D.    Aspek Tarbawi
1.      Berbagi merupakan cara kita mensyukuri nikmat yang telah Allah SWT berikan kepada kita,.
2.      Segala aktivitas yang dilakukan menjadi ibadah apabila di mulai dengan nama Allah.
3.      Keberkahan akan mengaliri jika melakukan aktivitas menyebut nama Allah dan penuh keikhlasan
4.    Menambah persaudaraan dan membangun silaturahmi dengan baik kepada sesame dengan berbagi kebahagiaan dengan mereka.
5.    Apa yang kita bagikan kepada sesama dan kepada kaum kurang mampu tidak akan mengurangi nikmat yang Allah berikan kepada kita.
6.    Tidak boleh sombong dengan apa yang kita peroleh, dan tidak boleh pelit dengan apa yang kita miliki.























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Allah menciptakan kita manusia dengan kehidupan yang di dalamnya kita tidak bisa melakukan banyak hal tanpa bantuan dari orang lain, dalam arti lain adalah kita diciptakan sebagai mahluk social , dari hal itu kita sebagai manusia harus melakukan kebaikan kepada sesama kita, dengan keluarga lingkungan dan juga masyarakat.
Kita harus berbagi kebahagiaan kepada sesame, harus menghargai sesama,              tidak boleh merendahkan orang yang tidak mampu,  tidak boleh mengambil hak anak yatim .
Dan kita sebagai makhluk yang bersyukur atas nikmat Allah SWT . hendaknya kita selalu memberikan sodaqoh , ataupun memberikan dan  berbagi kebahagiaan yang kita peroleh dari Allah kepada sesama sebagai bentuk syukur kita atas nikmat tsb, dan juga sebagai bentuk terimakasih kita kepada sesama manusia atas nikmat teman nikmat saudara dan nikmat kekeluargaan serta nikmat satu sebagai sesama makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah dengan segala kebersamaannya.
B.     Saran











DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.walisongo.ac.id/3514/3/101211079_Bab2.pdf (diakses pada tanggal 1 April 2017 20:00)
Imam Syaikh. 2009. tafsir Al Qurthuby. Jakarta: Pustaka Azzam
Shihab, M. Quraisy. 1997. Tafsir Al Qur’an Al-Karim. Bandung: Pustaka Hidayah
Dr. Hamka. 1982. Tafsir Al Azhar juz xxx, Jakarta: Pustaka Panjimas.       
Mustafa Ahmad, 1993, Tafsir Al-Maraghi, Semarang: PT. Karya Toha
Imam jalaludin Al-Mahali & Imam Jalaludin As-Suyuti, 2010, Tafsir Jalalain, Bandung: Sinar Biru Algensindo




















Biodata Penulis

Nama                           : Nourma Adhistya Bin Nur Iman
Tempat tanggal lahir   : Pemalang, 29 November 1994
Alamat                                    : Desa Majalangu, Rt 03/09 Kec. Watukumpul  Kab. Pemalang
Riwayat Pendidikan   :
       
·         SD Negeri 03 Majalangu                                      (lulus tahun 2007)
·         MTs Nurul Hidayah Majalangu                            (lulus tahun 2009)
·         SMA Negeri 1 Belik                                             (lulus tahun 2013)
·         S1 Fakultas Tarbiyah IAIN PEKALONGAN     (sedang ditempuh)

Riwayat Organisai      :

·         KARANG TARUNA
·         PC. IPNU WATUKUMPUL
·        KOMUNITAS PECINTA ALAM
·        PERSATUAN SEPAK BOLA KEC. WATUKUMPUL
                                                                                 
Moto Hidup                : “khoirunnas anfa’uhum linnass





[1] http://eprints.walisongo.ac.id/3514/3/101211079_Bab2.pdf (diakses pada tanggal  3 April 2017 8:03)
[2] Imam jalaludin Al-Mahali & Imam Jalaludin As-Suyuti, Tafsir Jalalain, (Bandung: Sinar Biru Algensindo, 2010), hlm. 54
[3] Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Toha, 1993), hlm. 23
[4] M. Quraisy Shihab, Tafsir Al Qur’an Al-Karim. (Bandung: Pustaka Hidayah, 2007), hlm. 50

Tidak ada komentar:

Posting Komentar