Laman

Jumat, 08 September 2017

SBM D 1-B Fungsi Guru


MAKNA DAN HAKIKAT GURU
Fungsi Guru


NAWA FARDA

2023116180



KELAS D

JURUSAN PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PEKALONGAN

2017




KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul “Makna dan Hakikat Guru” dengan lancar tanpa halangan suatu apapun.
Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar. Dalam makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1.    Muhammad Hufron, M.S.I  sebagai dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar Mengajar.
2.    Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Besar kemungkinan tanpa bantuan dan bimbingan tersebut, makalah ini tidak dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Pekalongan,  September 2017


Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

Judul               : Hakikat dan Makna Guru
Sub Judul        : Fungsi Guru
Makalah ini berisikan tentang fungsi guru. Dalam mata kuliah strategi belajar mengajar kita harus tahu tentang hakikat dan makna guru terlebih dahulu sebelum kita memasuki pembahasan tentang strategi-strategi dalam belajar mengajar. Karena dalam proses belajar mengajar guru sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan peserta didiknya. Supaya nanti ketika kita menjadi guru MI/SD bisa bersikap sebagai guru yang sesuai dengan hakikat dan makna guru yang sesungguhnya.
Dalam hakikat dan makna guru terdapat fungsi guru yang harus kita ketahui pula. Seperti guru sebagai pendidik, guru sebagai pengajar, dan lain-lain. Sehingga kita tahu bahwa seorang guru itu harus bisa mendidik peserta didik dengan baik dan menjadi panutan untuk peserta didiknya. Guru juga harus mempunyai standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tangung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Setelah itu anda bisa menjadi guru yang ideal atau guru profesional.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    FUNGSI GURU
Undang-undang Guru dan Dosen Pasal 2 ayat (1) berbunyi, “Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai perundang-undangan.” Lebih lanjut dalam Pasal 4, menjelaskan mengenai fungsi kedudukan guru yang berbunyi: “Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dan meningkatkan mutu pendidikan nasional.”[1]
1.      Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik yang mejadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya, oleh karena itu guru harus mempunyai standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tangung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berprilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran disekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat.
Berkenaan dengan wibawa, guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan.
Guru juga harus mampu megambil keputusan secara mandiri (independent),terutama dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik, dan lingkungan, Guru harus mampu bertindak dan megambil keputusan secara cepat, tepat waktu, dan tepat sasaran, terutama berkaitan dengan masalah pembelajaran dan peserta didik, tidak menunggu perintah atasan atau kepala sekolah.
Sedangkan disiplin, dimaksudkan bahwa guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten, atas kesadaran profesional, karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan para peserta didik di sekolah, terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam menanamkan disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai tindakan dan perilakunya.[2]
2.      Guru sebagai pengajar
Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari.
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan ketrampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor diatas terpenuhi, Maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik.
Sehubungan dengan itu, sebagai orang yang bertugas menjelaskan sesuatu, guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik, dan berusaha lebih terampil dalam memecahkan masalah. Untuk itu, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam pembelajaran, sebagai berikut :
a.       Membuat ilustrasi : menghubungkan sesuatu yang sedang dipelajari peserta didik dengan sesuatu yang telah diketahuinya, dan pada waktu yang sama memberikan tambahan pengalaman kepada mereka.
b.      Mendefinisikan : meletakkan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan sederhana, dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian yang dimiliki oleh peserta didik.
c.       Menganalisis : Membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian.
d.      Mensintesis : Mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas dalam suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan antara bagian yang satu dengan yang lain nampak jelas, dan setiap masalah itu tetap berhubungan dengan keseluruhan yang lebih besar.
e.       Bertanya : Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan tajam agar apa yang dipelajari menjadi lebih jelas.
f.       Merespon : Mereka akan menanggapi pertanyaan peserta didik, Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat merespon pertanyaan peserta didik.
g.      Mendengarkan : Memahami peserta didik, dan berusaha menyederhanakan setiap masalah, serta membuat kesulitan nampak jelas baik bagi guru maupun peserta didik.
h.      Menciptakan kepercayaan : Peserta didik akan memberikan kepercayaan terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar.
i.        Memberikan pandangan yang bervariasi : melihat dari bahan yang dipelajari dari berbagai sudut pandang, dan melihat masalah dalam kombinasi yang bervariasi.
j.        Menyediakan media untuk mengkaji materi standar : memberikan pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran, dan sumber belajar yang berhubungan dengan materi standar.
k.      Menyesuaikan metode pembelajaran : menyesuaikan metode pembelajaran dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik serta menghubungkan materi baru dengan sesuatu yang telah dipelajari.
l.        memberikan nada perasaan : membantu pembelajaran menjadi lebih bermakna, dan hidup melalui antusias dan semangat.[3]

3.      Guru Sebagai Pembimbing
 Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik dengan peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek perjalanan. Sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai hak dan tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.[4]

4.      Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing masing.
Pelatihan yang dilakukan, disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik, dan lingkungannya, Untuk itu, guru harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal, dan tidak setiap hal secara sempurna.
Pelaksanaan fungsi ini tidak harus mengalahkan fungsi lain, ia tetap sadar bahwa walaupun tahu, tidak harus memberitahukan semua yang diketahuinya. Secara diktatis, guru menciptakan situasi agar peserta didik berusaha menemukan sendiri apa yang seharusnya diketahui. Guru harus bisa menahan emosinya untuk menjawab semua pertanyaan yang ditujukan kepadanya, sehingga kewenangan yang dimiliki tidak membunuh kreatifitas peserta didik.[5]
Kegiatan ini dilakukan dengan asumsi bahwa dalam beberapa hal, para siswa telah memiliki informasi dan keterampilan baru sebelum mengikuti presentasi resmi dari guru. Mungkin pula dari materi atau kompetensi yang akan disajikan merupakan pengalaman sehari-hari para siswa. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran tersebut lebih bersifat pengembangan dan penyempurnaan penguasaan kompetensi.[6]
5.      Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Banyak guru cenderung menganggap bahwa konseling terlalu banyak membicarakan klien, seakan akan berusaha mengatur kehidupan orang, dan oleh karenanya mereka tidak senang melaksanakan fungsi ini. Padahal menjadi guru pada tingkat manapun berarti menjadi orang kepercayaan, kegiatan pembelajaran pun meletakkannya pada posisi tersebut. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan, dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Peserta didik akan menemukan sendiri dan mengherankan, bahkan mungkin menyalahkan apa yang ditemukannya, serta akan mengadu kepada guru sebagai orang kepercayaannya. Makin efektif guru menangani setiap permasalahan, makin banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya untuk mendapatkan nasehat dan kepercayaan diri.
6.      Guru Sebagai Pembaharu ( Innovator )
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu kedalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain. Seorang peserta didik yang belajar sekarang,secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Guru harus menjembatani jurang ini bagi peserta didik. Tugas guru adalah memahami bagaimana keadaan jurang pemisah ini, dan bagaimana menjembataninya secara efektif, Jadi yang menjadi dasar adalah pikiran pikiran tersebut, dan cara yang dipergunakan untuk mengeksperesikan dibentuk oleh corak waktu ketika cara-cara tadi dipergunakan. Bahasa memang merupakan alat untuk berpikir melalui pengamatan yang digunakan dan menyusun kata kata serta menyimpan dalam otak, terjadi pemahaman sebagai hasil belajar. Hal tersebut selalu mengalami perubahan dalam setiap generasi, dan perubahan yang dilakukan melalui pendidikan akan memberikan hasil yang positif.[7]
7.      Guru Sebagai Model dan Teladan
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru.[8]
Guru sebagai model proses belajar mengajar bagi murid-muridnya. Bagi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, kompetensi yang harus dimiliki guru bahasa Indonesia tidak hanya penguasaan teori-teori serta materi bahasa dan sastra Indonesia saja. Tetapi yang lebih utama, guru harus memiliki kompetensi sebagai model dalam menyampaikan materi bahasa dan sastra Indonesia.
Sebelum siswa membacakan puisi, guru harus terlebih dahulu membacakan puisi di depan para siswanya dengan suara, sikap, dan penjiwaan yang baik. Guru juga harus mampu membacakan cerita dengan intinasi dan bahasa yang tepat sehingga tokok-tokohnya hidup dan mampu menarik perhatian siswa. Guru pun harus terampil menulis, menyajikan karya tulisnya.[9]   
8.      Guru Sebagai Pribadi
Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian sebagai pendidik terkadang dirasakan lebih berat dibanding profesi lainnya. Ungkapan yang sering di kemukakan adalah bahwa “ guru bisa digugu dan ditiru “. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru dan diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru harus mengenal nilai nilai yang dianut dan berkembang dimasyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal. Secara nasional, nilai nilai tersebut sudah dirumuskan, tetapi barangkali masih ada nilai tertentu yang belum terwadahi dan harus dikenal oleh guru, agar dapat melestarikannya , dan berniat untuk tidak berperilaku yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat dia menyikapi hal tersebut, sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik. Untuk kepentingan tersebut, wawasan nasional mutlak diperlukan dalam pembelajaran.
Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan yang memancing emosinya. Kestabilan emosi amat diperlukan, namun tidak semua orang mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung perasaan dan memang diakui bahwa tiap orang mempunyai temperamen yang berbeda dengan orang lain. Untuk keperluan tersebut,upaya dalam bentuk latihan mental akan sangat berguna. Guru yang mudah marah akan membuat peserta didik takut, dan ketakutan mengakibatkan kurangnya minat untuk mengikuti pembelajaran serta rendahnya konsentrasi, karena ketakutan menimbulkan kekuatiran untuk dimarahi dalam hal ini membelokkan konsentrasi peserta didik.
Sebagai pribadi yang hidup ditengah tengah masyarakat, guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan, dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak, pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.[10]

9.      Guru Sebagai Peneliti
Pembelajaran merupakan seni yang dalam pelaksanaanya memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian yang didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu, guru adalah seorang pencari atau peneliti. Dia tidak tahu dan dia tahu bahwa dia tidak tahu, oleh karena itu dia sendiri merupakan subjek pembelajaran . Dengan kesadaran bahwa ia tidak mengetahui sesuatu maka ia berusaha mencarinya melalui kegiatan penelitian. Usaha mencari sesuatu itu adalah mencari kebenaran, seperti seorang ahli filsafat yang senantiasa mencari, menemukan dan mengemukakan kebenaran.
Menyadari akan kekurangannya, guru berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Bagaimana menemukan apa yang tidak diketahuinya?. Sebagai orang yang telah mengenal metodologi tentunya ia tahu pula yang harus dikerjakan, yakni penelitian.[11]

10.  Guru Sebagai Pendorong Kreativitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut. Kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas merupakan yang universal dan oleh karenanya semua kegiatanya ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu, ia sendiri adalah seorang kreator atau motivator yang berada dipusat proses pendidikan. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya dan apa yang dikerjakan di masa mendatang lebih baik dari sekarang.[12]
Kreatifitas guru bukan hanya dalam hal penerapan IPTEK, melainkan pula pengembangan metode-metode pembelajaran yang sederhana tetapi sesuai dengan karakter bangsa dan pengembangan materi ajar untuk memperkaya ilmu pengetahuan. Metode pembelajaran tidak harus menggunakan alat yang canggih, yang penting adalah siswa termotivasi untuk belajar lebih baik. [13]
11.  Guru Sebagai Pembangkit pandangan
Dunia ini panggung sandiwara, yang penuh dengan berbagai kisah dan peristiwa, mulai dari kisah nyata sampai yang direkayasa. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada peserta didiknya. Mengemban fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur, sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini. Guru tahu bahwa ia tidak dapat membangkitkan pandangan tentang kebesaran kepada peserta didik jika ia sendiri tidak memilikinya. Oleh karena itu, para guru perlu dibekali dengan ajaran tentang hakikat manusia dan setelah mengenalnya akan mengenal pula kebesaran Allah yang menciptakan-Nya.[14]
12.  Guru Sebagai Pekerja Rutin
Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya. Disamping itu, jika kegiatan rutin tersebut tidak disukai, bisa merusak dan mengubah sikap umumnya terhadap pembelajaran. Sebagai contoh, dalam setiap kegiatan pembelajaran guru harus membuat persiapan tertulis, jika guru membenci atau tidak menyenangi tugas ini maka akan merusak keefektifan pembelajaran. Sedikitnya terdapat 17 ( tujuh belas ) kegiatan rutin yang sering dikerjakan guru dalam pembelajaran disetiap tingkat, yaitu :
1.      Bekerja tepat waktu baik diawal maupun diakhir pembelajaran.
2.      Membuat catatan dan laporan sesuai dengan standar kinerja, ketepatan dan jadwal waktu.
3.      Membaca, mengevaluasi dan mengembalikan hasil kerja peserta didik.
4.      Mengatur kehadiran peserta didik dengan penuh tanggung jawab.
5.      Mengatur jadwal, kegiatan harian, mingguan, semesteran dan tahunan.
6.      Mengembangkan peraturan dan prosedur kegiatan kelompok, termasuk diskusi.
7.      Menetapkan jadwal kerja peserta didik.
8.      Mengadakan pertemuan dengan orang tua dan dengan peserta didik.
9.       Mengatur tempat duduk peserta didik.
10.  Mencatat kehadiran peserta didik.
11.  Memahami peserta didik.
12.  Menyiapkan bahan pembelajaran, kepustakaan, dan media pembelajaran.
13.  Menghadiri pertemuan dengan guru, orang tua peserta didik dan alumni.
14.  Menciptakan iklim kelas yang kondusif.
15.  Melaksanakan latihan-latihan pembelajaran.
16.  Merencanakan program khusus dalam pembelajaran, misalnya karyawisata.
17.  Menasehati peserta didik.[15]

13.  Guru Sebagai Pemindah Kemah
Hidup ini selalu berubah, dan guru adalah seorang pemindah kemah, yang suka memindah-mindahkan, dan membantu peserta didik meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan, dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan, serta membantu menjauhi dan meninggalkanya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai. Untuk menjalankan fungsi ini guru harus memahami mana yang tidak bermanfaat dan barangkali membahayakan perkembangan peserta didik. dan memahami mana yang bermanfaat.
Guru dan peserta didik bekerja sama mempelajari cara baru dan meninggalkan kepribadian yang telah membantunya mencapai tujuan dan menggantinya sesuai dengan tuntutan masa kini. Proses ini menjadi suatu transaksi bagi guru dan peserta didik dalam pembelajaran.
Dalam setiap aspek, perkembangan kepribadian memiliki ciri khusus sehubungan dengan tuntutan kenyataan yang efektif dilihat dari segi waktu dan tempat. Ketika terjadi perubahan tuntutan terhadap cara berprilaku, peserta didik dan guru harus segera memenuhi tuntutan baru, serta meninggalkan kebiasaan lama yang tidak lagi membantu pemenuhan kebutuhan. Mereka berharap dapat memasuki dunia baru, dengan tetap memelihara cara lama yang memuaskan dan masih sesuai. Dalam hal ini sebaiknya guru jangan meninggalkan peserta didik memilh cara baru yang belum dilatih penggunaannya.[16]
14.  Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insan, dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Ketika masyarakat membicarakan rasa tidak senang kepada peserta didik tertentu, guru harus mengenal kebutuhan peserta didik tersebut akan pengalaman, pengakuan dan dorongan. Dia tahu bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “ self image “ yang tidak menyenangkan, kebodohan, dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Dalam hal ini, guru harus mampu melihat sesuatu yang tersirat disamping yang tersurat, serta mencari kemungkinan pengembangannya.
Untuk memiliki kemampuan melihat sesuatu yang tersirat, perlu memanfaatkan pengalaman selama bekerja, ketekunan, kesabaran dan tentu saja kemampuan menganalisis fakta yang dilihatnya, sehingga guru mampu mengubah keadaan peserta didik dari status “terbuang” menjadi “ dipertimbangkan” oleh masyarakat. Guru telah melaksanakan fungsinya sebagai emansipator, ketika peserta didik yang telah menilai dirinya sebagai pribadi yang tidak berharga, merasa dicampakkan orang lain atau selalu di uji dengan berbagai kesulitan sehingga hampir putus asa, diperlukan ketelatenan, keuletan dan seni memotivasi agar timbul kembali kesadaran, dan bangkit kembali harapannya.[17]
15.  Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipasahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik.
Sebagai salah satu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau nontes. Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu : persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
Kemampuan lain yang harus dikuasai guru sebagai evaluator adalah memahami teknik evaluasi baik tes atau nontes yang meliputi jenis masing masing teknik, karakteristik, prosedur pengembangan, serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas, rehabilitas, daya beda,dan tingkat kesukaran soal.[18]
16.  Guru sebagai Pengawet
Sebagai pengawet, guru harus berusaha mengawetkan pengetahuan yang telah dimiliki dalam pribadinya, dalam arti guru harus bisa menguasai materi standar yang akan disajkan kepada peserta didik. Oleh karena itu, setiap guru dibekali pengetahuan sesuai dengan bidang yang dipilihnya
17.  Guru Sebagai Pembawa Cerita
Guru dengan menggunakan suaranya, memperbaiki kehidupan melalui puisi, dan berbagai cerita tentang manusia. Guru tidak takut menjadi alat untuk menyampaikan cerita-cerita tentang kehidupan, karena ia tahu sepenuhnya bahwa cerita itu sangat bermanfaat bagi manusia, dan ia berharap bisa menjadi pembawa cerita yang baik.
Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita, manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan untuk manusia lain, yang  bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka, belajar untuk menghargai kehidupan sendiri setelah membandingkan dengan apa yang telah mereka baca tentang kehidupan manusia dimasa lalu. Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan dimasa mendatang.
18.  Guru Sebagai Aktor
Sebagai seorang aktor, guru harus melakukan apa yang ada dalam naskah yang telah disusun dengan mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan kepada penonton. Penampilan yang bagus dari seorang aktor akan mengakibatkan para penonton tertawa, mengikuti dengan sungguh sungguh, dan bisa pula menangis terbawa oleh penampilan sang aktor. Untuk bisa berperan sesuai dengan tuntunan naskah, dia harus menganalisis dan melihat kemampuannya sendiri, persiapannya, memperbaiki kelemahan, menyempurnakan aspek aspek baru dari setiap penampilan, mempergunakan pakaian, tata rias sebagaimana yang di minta, dan kondisinya sendiri untuk meghadapi ketegangan emosinya dari malam ke malam serta mekanisme fisik yang harus di tampilkan.
Setiap individu memiliki banyak peran untuk dimainkan dalam kehidupan sehari hari, tetapi kebanyakan menolak anggapan bahwa guru adalah seorang aktor. Untuk mengajar, guru harus memiliki gagasan dan pengalaman, serta harus menyadari bahwa orang lain pun berkesempatan untuk memilikinya. Untuk dapat mentransfer gagasan , ia harus mengembangkan pengetahuan yang telah dikumpulkan serta mengembangkan kemampuan untuk lebih mengkomunikasikan pengetahuan itu. Kemampuan berkomunikasi merupakan suatu seni atau keterampilan yang dikenal dengan mengajar.[19]
19.  Guru Sebagai Kulminator
Belajar diruang kelas tidak bersifat insidental, melainkan terencana,artifisial, dan sangat selektif. Guru harus mampu menghentikan kegiatannya pada suatu unit tertentu dan kemudian maju ke unit berikutnya. Untuk itu diperlukan kemampuan menciptakan suatu kulminasi pada unit tertentu dari suatu kegiatan belajar. Kemampuan ini nampak dalam bentuk menutup pembelajaran, menarik atau membuat kesimpulan bersama peserta didik, melaksanakan penilaian, mengadakan kenaikan kelas, dan mengadakan karya wisata.
Guru adalah seorang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangan peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Disini peran sebagai kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator.
Melalui rancangannya, guru mengembangkan tujuan yang akan dicapai dan akan dimunculkan dalam tahap kulminasi. Dia mengembangkan rasa tanggung jawab, mengembangkan keterampilan fisik dan kemampuan intelektual yang telah dirancang sesuai dengan kebutuhan masyarakat melalui kurikulum.[20]



KESIMPULAN
Fungsi guru yaitu meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dan meningkatkan mutu pendidikan nasional. Dan juga guru berfungsi sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerjaan rutin, pemindah kemah, emansipator, evaluator, pengawet, pembawa cerita, aktor, dan kulminator peserta didiknya.



DAFTAR PUSTAKA
Bainawi, dkk. 2012. Etika Profesi Kependidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Daryanto. 2013. Standar Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Profesional. Yogyakarta: Gava Media.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mustakim, Zaenal. 2009. Strategi dan Metode Pembelajaran. Yogyakarta: Gama Media.
Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Guru Profesional. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
Suyanto, dkk. 2013. Menjadi Guru Profesional. Jakarta:Erlangga.



PROFIL PENULIS
Nama Lengkap                        : NAWA FARDA
Tempat, Tanggal Lahir            : Pekalongan, 09 Desember 1995
Alamat            Lengkap                     : Kranji Gang 01 RT/RW: 02/10 No. 28
                                                  Kedungwuni-Pekalongan
No. HP                                    : 085741211004
Email                                       Nafa.scosa@gmail.com
Riwayat Pendidikan               : MI Walisongo Kranji 01
                                                  MTsS Hidayatul Athfal
                                                  MAS Simbangkulon
MOTTO                                  : Bermanfaatlah buat diri sendiri, keluarga dan orang lain, jalani hidup dengan ikhlas dan selalu bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita.



[1] Bainawi dan Mohammad Arifin, Etika Profesi Kependidikan,cet.1 (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012)hlm.69
[2] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran,cet.1 (Yogyakarta: Gama Media Yogyakarta, 2009)hlm. 17
[3] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, cet.1(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2005)hlm. 38-40
[4] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran,cet.1 (Yogyakarta: Gama Media Yogyakarta, 2009)hlm. 19
[5] Ibid,hlm.20
[6] Suyanto dan Asep jihad, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta:Erlangga,2013)hlm.85-86
[7] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, cet.1(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2005)hlm. 43-44
[8] Ibid,hlm.46
[9] Daryanto, Standar Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Profesional, cet.1(Yogyakarta: Gava Media, 2013)hlm.163-164
[10] Op cit.hlm.48-49
[11] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran,cet.1 (Yogyakarta: Gama Media Yogyakarta, 2009)hlm. 24
[12] Ibid,hlm.24-25
[13] Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional, cet.1(Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2013)hllm.32
[14] Op cit,hlm.25
[15] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, cet.1(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2005)hlm. 53-54
[16] Ibid,hlm.54-55
[17] Ibid,hlm.60
[18] Ibid,hlm.61-62
[19] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran,cet.1 (Yogyakarta: Gama Media Yogyakarta, 2009)hlm. 28-29
[20] Ibid,hlm.29-30

Tidak ada komentar:

Posting Komentar