Laman

Jumat, 15 September 2017

SBM F 3-A “PENGAJAR”

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
“PENGAJAR”

Saeful Arifudin
202 1115 061
Kelas F

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PEKALONGAN
2017


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allāh SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia–Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang bertemakan KOMPETENSI DASAR MENGAJAR dengan sub–tema PENGAJAR ini dengan baik.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasūlullāh SAW beserta keluarga, shahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan para pengikutnya yang selalu setia kepada Al Qur’an dan Al Hadits (Sunnah) sampai akhir zaman. Aamiin.
Penulis juga menyadari bahwa dalam menyelesaikan penulisan makalah ini bukan hanya karena usaha keras dari penulis sendiri, akan tetapi karena adanya dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin berterima kasih kepada :
1.    Bpk. Dr. H. Ade Dedi Rohayana, M.Ag., selaku Rektor IAIN Pekalongan
2.    Bpk. Dr. M. Sugeng Sholehuddin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3.    Bpk. M. Yasin Abidin, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4.    Bpk. Muhammad Hufron, M.S.I., selaku Dosen Pengampu Matakuliah Strategi Belajar Mengajar
5.    Orang Tua (Bapak dan Ibu) yang sudah mendukung saya dalam mengikuti perkuliahan di IAIN Pekalongan
6.    Serta semua pihak yang membantu penulis menyelesaikan makalah ini
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis minta maaf kepada semua pihak yang merasa kurang berkenan. Namun demikian, penulis selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Kiranya makalah ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membacanya. Terima kasih
Pekalongan, 17 September 2017 M

SAEFUL ARIFUDIN
NIM. 202 1115 061

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Tema
Kompetensi Dasar Mengajar

B.  Sub Tema
Pengajar

C.  Arti Penting untuk dikaji
Sosok pengajar (guru, pelatih dsb) menjadi unsur terpenting dalam dunia pendidikan. Setelah disebutkan tentang hakikat, peran, fungsi dan tugas guru pada pertemuan kedua, kali ini saya mencoba untuk memberikan penjelasan atau gambaran tentang sosok pengajar yang profesional.
Karena kita berada dalam lingkungan Islam terlebih lagi kita adalah seorang Muslim, maka dalam makalah ini, saya mengambil dua pandangan yaitu pengertian pengajar dalam sudut pandang Islam dengan pengertian pengajar dalam sudut pandang berbagai orang, serta profesionalitas seorang pengajar dalam perspektif Islam.
Untuk itu sangat penting untuk dikaji bahwa pengajar adalah unsur terpenting yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan lain, karena pengajar merupakan ahli ilmu yang bisa kita dapatkan ilmunya, dan sosok terbaik untuk dijadikan referensi sebagai pengajar (setelah kita jadi guru atau yang lainnya) adalah Nabi Muhammad SAW.


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Pengajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengajar berasal dari kata dasar “ajar” yang mempunyai maksud petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut). Sedangkan pengajar adalah orang yang mengajar (seperti guru, pelatih).[1]
Karena disebutkan bahwa pengajar itu adalah guru, maka guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat–tempat tertentu, tidak mesti di lembaga formal, tetapi bisa juga di Masjid, Surau / musholla, di rumah dan sebagainya.[2]
Untuk memberikan definisi tentang pengertian pengajar (guru) atau pendidik dalam perspektif Islam, kita terlebih dahulu harus mengetahui dan menentukan istilah bahasa Arab mana yang digunakan untuk mengartikan pendidikan. Karena dalam bahasa Arab sering dijumpai tiga istilah yang digunakan untuk mengartikan pendidikan, yaitu : ta’dib, ta’lim dan tarbiyah.
Istilah ta’dib, berasal dari kata addaba–yuaddibu–ta’diban yang berarti mendisiplinkan atau menanamkan sopan santun. Jika kata ini yang dijadikan pedoman untuk mengartikan pendidikan, maka pengertian guru atau pengajar adalah orang yang mengajarkan sopan santun dan disiplin.
Istilah ta’lim, berasal dari kata ‘allama, yu’allimu, ta’liiman yang berarti mengajar atau memberikan ilmu. Jika istilah ini yang dijadikan landasan, maka pengertian guru atau pengajar adalah orang yang mengajarkan atau memberikan ilmu kepada orang lain.
Sedangkan tarbiyah berasal dari kata rabba, yurabbiy, tarbiyyatan, yang mempunyai arti memperbaiki, mengatur, mengurus, memelihara atau mendidik. Dan istilah inilah yang sering dipakai untuk mengartikan pendidikan dalam bahasa Arab di Indonesia, jika istilah ini yang dijadikan acuan, maka pengertian seorang pengajar atau guru adalah orang yang mengatur, memelihara atau mengajar orang lain.[3]
Menurut Ahmad Tafsir, guru atau pengajar ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Dapat diartikan juga orang kedua yang paling bertanggung jawab terhadap anak didik setelah orang tua.[4] Dalam pengertian lain, guru atau pengajar adalah pendidik yang menjadi tokoh panutan dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya, karena itulah guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.[5]

B.  Ciri–Ciri Pengajar yang Baik
Mengajar yang baik bukan sekedar persoalan teknik–teknik dan metodologi belajar saja. Menurut Combs dkk dalam Soemanto Wasty ciri–ciri pengajar yang baik adalah :
1.    Pengajar yang mempunyai anggapan bahwa orang lain mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah mereka sendiri dengan baik,
2.    Pengajar yang melihat bahwa orang lain mempunyai sifat marah, bersahabat dan bersifat ingin berkembang,
3.    Pengajar yang cenderung melihat orang lain sebagai orang yang sepatutnya dihargai,
4.    Pengajar yang melihat orang–orang dan perilaku mereka pada dasarnya berkembang dari dalam, jadi bukan merupakan produk dari peristiwa–peristiwa eksternal yang dibentuk dan yang digerakkan. Dia melihat orang–orang itu mempunyai kreatifitas dan dinamika, jadi bukan orang yang pasif atau lamban,
5.    Pengajar yang melihat orang lain itu dapat memenuhi dan meningkatkan dirinya, bukan menghalangi, apalagi mengancam.[6]
Sedangkan enurut Tohirin, bahwa ciri–ciri pengajar yang baik itu sebagai berikut :
a.    Memahami dan menghormati anak didik,
b.    Menghormati bahan pelajaran yang diberikan,
c.    Menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran,
d.   Menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu,
e.    Mengaktifkan siswa dalam konteks belajar,
f.     Memberi peringatan dan bukan hanya kata–kata belaka,
g.    Menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan siswa,
h.    Mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikannya,
i.      Jangan terikat oleh satu buku teks (textbook),
j.      Tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada anak didik, melainkan senantiasa mengembangkan pribadinya.[7]
Gilbert H. Hunt dalam bukunya Effective Teaching mengungkapkan, bahwa guru yang baik itu harus memenuhi tujuh kriteria, yakni :
1.    Sifat dan Kepribadian
Pengajar yang baik harus mempunyai sifat dan kepribadian yang antusias, stimulatif, mendorong siswa untuk maju, hangat, berorientasi pada tugas dan bekerja keras, toleran, sopan dan bijaksana.
2.    Pengetahuan
Pengajar yang baik harus memiliki pengetahuan yang memadai dalam mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan harus mengikuti kemajuan dalam bidang itu.


3.    Apa yang disampaikan
Pengajar yang baik harus mampu memberikan jaminan bahwa materi yang disampaikannya mencakup semua unit bahasan yang diharapkan siswa secara maksimal.
4.    Bagaimana Mengajar
Pengajar yang baik mampu menjelaskan berbagai informasi ssecara jelas dan terang, mendorong semua siswa untuk berpartisipasi, memonitor dan bahkan sering mendatangi tempat duduk siswa, melakukan formative test dan post test, menggunakan beberapa bahan tradisional, berpartisipasi dan mampu memberikan perbaikan terhadap kesalahan konsepsi yang dilakukan siswa.
5.    Harapan
Pengajar yang baik mampu memberikan harapan pada siswa, membuat siswa akuntabel dan mendorong partisipasi orang tua dalam memajukan kemampuan akademik siswanya.
6.    Reaksi Pengajar Terhadap Siswa
Pengajar yang baik bisa menerima berbagai masukan, risiko dan tantangan. Selalu memberikan dukungan pada siswanya, konsisten dalam kesepakatan dengan siswa, bijaksana terhadap kritik siswa, mampu menyediakan waktu yang pantas untuk siswa bertanya, cepat dalam memberikan feedback bagi siswa dalam membantu mereka belajar.
7.    Manajemen
Pengajar yang baik harus mampu menunjukkan keahlian dalam perencanaan, memiliki kemampuan mengorganisasi kelas sejak hari pertama ia bertugas. Cepat memulai kelas, melewati masa transisi dengan baik, dapat meminimalisasi gangguan, dapat menerima suasana kelas yang ribut, memiliki teknik untuk mengontrol kelas, dalam bentuk memberikan hukuman dalam bentuk yang paling ringan, dapat memelihara suasana yang tenang dalam belajar dan tetap dapat menjaga siswa untuk tetap belajar menuju sukses.[8]

C.  Profesionalisme Seorang Pengajar
Islam mengajarkan untuk melakukan aktivitas (termasuk seorang pengajar) harus dilakukan secara profesional. Maka, dua hal inilah yakni, dedikasi dan keahlian yang mewarnai tanggung jawab unntuk terbentuknya profesionalisme guru dalam perpsektif pendidikan Islam. Selain itu, ada ungkapan yang tersirat saat Islam mendefinisikan terminologi “profesionalisme”. Ada aspek yang melibatkan kata profesionalisme, yakni melimpahkan suatu urusan atau pekerjaan pada ahlinya.[9]
Harapan dan cita–cita terbentuk profesionalisme guru dalam perspektif Islam lebih mengarahkan pengajar (guru) untuk bersikap baik, sopan, moral dan spiritual. Selayaknya guru dalam tulang punggung pendidikan Islam sangatlah memiliki eksistensi yang kuat. Dalam perspektif Islam pengajar (guru) akan berhasil bila menjalankan tugas dengan baik, memiliki pemikiran kreatif dan terpadu serta mempunyai kompetensi profesionalisme yang religius.[10]
Dalam Islam pun, terdapat contoh profil seorang pengajar, pendidik, guru besar yang sangat ideal dan bahkan dapat dikatakan sebagai uswatun hasanah yaitu Nabi Muhammad SAW. Keberhasilan beliau sebagai seorang pengajar, kepala rumah tangga dan sebagainya didahului dengan bekal kemampuan diri yang berkualitas unggul. Sebelum menjalankan tugasnya, beliau dikenal sebagai orang yang berbudi luhur.[11]

Dalam segala hal, perilaku Nabi Muhammad SAW selalu dijadikan rujukan dan figure seorang pengajar, pendidik, guru besar, yang melekat pada dirinya sebagai seorang manusia atau pendidik yang ideal.[12] Diantara sikapnya yang bisa dijadikan sebagai rujukan adalah shiddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan), fathanah (cerdas).


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pengertian pengajar (guru) atau pendidik dalam perspektif Islam, kita terlebih dahulu harus mengetahui dan menentukan istilah bahasa Arab mana yang digunakan untuk mengartikan pendidikan. Karena dalam bahasa Arab sering dijumpai tiga istilah yang digunakan untuk mengartikan pendidikan, yaitu : ta’dib, ta’lim dan tarbiyah.
Pengajar itu adalah guru, maka guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat–tempat tertentu, tidak mesti di lembaga formal, tetapi bisa juga di Masjid, Surau / musholla, di rumah dan sebagainya.
Gilbert H. Hunt dalam bukunya Effective Teaching mengungkapkan, bahwa guru yang baik itu harus memenuhi tujuh kriteria, yakni (1) sifat kepribadian, (2) Pengetahuan, (3) Apa yang disampaikan, (4) Bagaimana Mengajar, (5) Harapan, (6) Reaksi Pengajar Terhadap Siswa, (7) Manajemen.
Harapan dan cita–cita terbentuk profesionalisme guru dalam perspektif Islam lebih mengarahkan pengajar (guru) untuk bersikap baik, sopan, moral dan spiritual. Selayaknya guru dalam tulang punggung pendidikan Islam sangatlah memiliki eksistensi yang kuat. Dalam perspektif Islam pengajar (guru) akan berhasil bila menjalankan tugas dengan baik, memiliki pemikiran kreatif dan terpadu serta mempunyai kompetensi profesionalisme yang religius.


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Muhaimin. 2008. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mustakim, Zaenal. 2009. Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press

Nasih, Nanat Fattah. 2007. Pemberdayaan Kualitas Guru dalam Perspektif Islam. Bandung: UPI

Sutikno, Sobry dan Fathurrohman, Pupuh. 2009. Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: PT Refika Aditama

Syukur, Freddy Faldi. 2010. Menjadi Guru Dahsyat: Guru yang Memikat Melalui Pendekatan Teknologi Pikiran Bawah Sadar Hypnoteaching dan NLP. Bandung: Simbosa Rekatama Media

Tafsir, Ahmad. 2010. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Tohirin. 2008. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Yasin, A. Fatah. 2008. Dimensi–Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang Press



DATA MAHASISWA

A.  Data Diri
Nama Lengkap                       :    Saeful Arifudin
Tempat, Tanggal Lahir           :    Pemalang, 8 Desember 1995
Agama                                    :    Islām
Jenis Kelamin                         :    Laki–Laki
Kebangsaan                            :    Indonesia
Status                                     :    Belum Menikah
Alamat                                    :    Jl. Impres Raya Widodaren Rt. 33 Rw. 04
Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang
No Hp                                    :    –
Email / Facebook                    :    –

B.  Riwayat Pendidikan
TK/RA                                   :    –
SD/MI/Sederajat                    :    SD Negeri 1 Widodaren
SMP/MTs/Sederajat               :    SMP Negeri 6 Petarukan
SMK/SMA/MA/Sederajat     :    MA Wahid Hasyim Petarukan
Perguruan Tinggi                    :    (sedang menempuh) S1 di IAIN Pekalongan




[1]     Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm.13
[2]     Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2009), hlm.5
[3]     A. Fatah Yasin, Dimensi–Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm.21
[4]     Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm.74
[5]     E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.37
[6]     Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hlm.43
[7]     Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm.172–176
[8]     Freddy Faldi Syukur, Menjadi Guru Dahsyat: Guru yang Memikat Melalui Pendekatan Teknologi Pikiran Bawah Sadar Hypnoteaching dan NLP, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), hlm.27–29
[9]     Ahmad Tafsir, Op.cit., hlm.113–114
[10]    Nanat Fattah Nasih, Pemberdayaan Kualitas Guru dalam Perspektif Islam, (Bandung: UPI, 2007), hlm.27
[11]    Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm.127
[12]    A. Fatah Yasin, Op.cit., hlm.92

Tidak ada komentar:

Posting Komentar