Laman

Kamis, 12 Oktober 2017

sbm A 7-a “HAKIKAT STRATEGI PEMBELAJARAN”

STRATEGI PEMBELAJARAN
“HAKIKAT STRATEGI PEMBELAJARAN”

Ma’rufatul Qumalah
2023116098
KELAS A

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017



Kata Pengantar

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, serta karunia, dan pertolonganNya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang bertema “Strategi Pembelajaran” dengan sub tema “Hakikat Strategi Pembelajaran”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Semoga kita semua mendapat syafaatnya dihari kiamat. Amin ya robbal ‘alamin.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ghufron selaku dosen pengampu mata kuliah “Strategi Belajar Mengajar” yang telah memberikan bimbingan kepada kami. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan kontribusi dan partisipasinya.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat kepada pembaca. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu kami menerima segala kritik, saran, dan masukan agar dapat menyempurnakan pembuatan makalah kami selanjutnya. Terimakasih

Pekalongan, 08 Oktober 2017

Penulis





BAB I
PENDAHULUAN

Tema
Strategi Pembelajaran
Sub Tema
Hakikat Strategi Pembelajaran
Mengapa penting untuk dikaji?
Strategi pembelajaran dengan sub tema hakikat strategi pembelajaran penting dikaji karena merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah pembelajaran. Yang mana hal tersebut penting bagi kita sebagai calon guru untuk mengetahui strategi pembelajaran yang cocok untuk anak didik dan bertujuan agar guru mengetahui hakikat strategi pembelajaran sehingga dalam proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien baik bagi guru maupun peserta didik.









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Strategi Pembelajaran
1.    Hakikat Strategi
Istilah strategi pada awalnya digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Misalnya seorang manajer atau pimpinan perusahaan yang menginginkan keuntungan dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuannya. Begitu juga seorang guru yang mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik.
Istilah strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, Strategos merupakan gabungan kata Stratos (militer) dengan “Ago” (memimpin). Sebagai kata kerja, Stratego berarti merencanakan (to plan). Dalam kamus The American Herritage Dictionary (1976: 1273) dikemukakan bahwa Strategy is the science or art of military command as applied to everall planning and conduct of large-scale combat operations. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa strategi adalah the art or skill of using stratagems (a military manuvre design to deceive or surprise an enemy) in politics, business, courtship, or the like.
Semakin luasnya penerapan strategi, Mintzberg dan Waters mengemukakan bahwa strategi adalah pola umum tentang keputusan atau tindakan (Strategies are realized as patterns in stream of decisions or actions). Hardy, Langley, dan Rose dalam Sudjana mengemukakan Strategy is perceived as a plan or a set of explisit intention preceeding and controling actions (strategi dipahami sebagai rencana atau kehendak yang mendahului dan mengendalikan kegiatan).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat dikemukakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan.[1]
Dalam kaitannya dengan belajar mengajar, pemakaian istilah strategi dimaksudkan sebagai daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar. Maksudnya agar tujuan pengajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna, guru dituntut memiliki kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pengajaran sedemikian rupa sehingga terjalin keterkaitan fungsi antar komponen pengajaran yang dimaksud.[2]
2.    Hakikat Pembelajaran
Kata atau istilah pembelajaran dan penggunaannya masih tergolong baru, yang mulai populer semenjak lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2o Tahun 2003. Menurut Undang-Undang ini, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar”, yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Kata pembelajaran yang semula diambil dari kata “ajar” ditambah awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran”, diartikan sebagai proses, perbuatan, cara mengajar, atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.[3]
Sejatinya, pembelajaran merupakan gabungan dari dua konsep, yaitu: belajar dan mengajar. Kedua konsep ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar merupakan apa yang harus dilakukan seseorang baik sebagai subjek maupun objek pembelajaran, sedangkan mengajar merupakan apa yang harus dilakukan oleh guru, baik sebagai pengajar maupun pendidik.
Menurut Gagne, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses dimana individu mengalami perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman.
Adapun mengajar (teaching) merupakan bagian dari pembelajaran, dimana guru berperan untuk merancang berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk dimanfaatkan oleh peserta didik dalam mempelajari suatu materi.
Dua konsep tersebut menjadi suatu kenyataan yang terpadu apabila terjadi interaksi antara guru dan peserta didik yang tercermin dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator yang mengelola berbagai sumber dan fasilitas untuk media belajar peserta didik sehingga terwujud perubahan yang lebih positif.[4]
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:
a)      Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
b)      Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
c)      Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
d)     Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Dari uraian diatas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman buat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan
Pertama,  spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan itu.  Disini terlihat apa yang dijadikan sebagai sasaran dari kegiatan belajar mengajar.  Sasaran yang dituju harus jelas dan terarah.  Oleh karena itu,  tujuan pengajaran yang dirumuskan harus jelas dan konkret,  sehingga mudah dipahami oleh anak didik.  Bila tidak,  maka kegiatan belajar mengajar tidak punya arah dan tujuan yang pasti.  Akibat selanjutnya perubahan yang diharapkan terjadi pada anak didik pun sukar diketahui,  karena penyimpangan-penyimpangan dari kegiatan belajar mengajar.  Karena itu,  rumusan tujuan yang operasional dalam belajar mengajar mutlak dilakukan oleh guru sebelum melakukan tugasnya disekolah.
Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara guru memandang suatu persoalan,  konsep,  pengertian dan teori apa yang guru gunakan dalam memecahkan suatu kasus,  akan mempengaruhi hasilnya.  Satu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan yang berbeda,  akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama.  Norma-norma sosial seperti baik,  benar,  adil,  dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda dan bahkan mungkin bertentangan bila dalam cara pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu.  Pengertian konsep dan teori ekonomi tentang baik, benar atau adil, tidak sama dengan baik, benar atau adil menurut pengertian konsep dan teori antropologi. Juga akan tidak sama apa yang dikatakan baik, benar atau adil kalau seseorang guru menggunakan pendekatan agama,  karena pengertian konsep dan teori agama mengenai baik,  benar atau adil itu jenis berbeda dengan konsep ekonomi maupun antropologi. Begitu juga halnya dengan cara pendekatan yang digunakan terhadap kegiatan belajar mengajar. Belajar menurut teori Asosiasi, tidak sama dengan pengertian belajar menurut Teori Problem Solving. Suatu topik tertentu dipelajari atau dibahas dengan cara menghapal, akan berbeda hasilnya kalau dipelajari atau dibahas dengan teknik diskusi atau seminar. Juga akan lain hasilnya andai kata topik yang sama dibahas dengan menggunakan kombinasi berbagai teori.
Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivikasi anak didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau metode supaya anak didik terdorong dan mampu berfikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi dengan sasaran yang berbeda, guru hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama. Bila beberapa tujuan ingin diperoleh, maka guru dituntut untuk memiliki kemampuan tentang penggunaan berbagai metode atau mengombinasikan beberapa metode yang relevan. Cara penyajian yang satu mungkin lebih menekankan kepada peranan anak didik, sementara teknik penyajian yang lebih terfokus kepada peranan guru atau alat alat pengajaran. Tujuan instruksional yang ingin dicapai tidak selalu tunggal, bisa jadi terdiri dari beberapa tujuan atau sasaran. Maka dari itu guru membutuhkan banyak variasi dalam penggunaan teknik penyajian agar kegiatan belajar mengajar tidak membosankan.
Keempat, menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui keberhasilannya, setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaiaan dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak dapat dipisahkan dengan strategi dasar yang lain.[5]
 Sementara itu, terkait dengan proses pembelajaran, hakikat/ kenyataan yang benar meliputi hal-hal sebagai berikut:
a)    Hakikat manusia sebagai peserta didik, yang meliputi:
Ø  Peserta didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri;
Ø  Peserta didik merupakan unsur yang unik, memiliki potensi dan kebutuhan, baik fisik maupun psikologis yang berbeda-beda;
Ø  Peserta didik memerlukan pembinaan individual serta perlakuan yang manusiawi; dan
Ø  Peserta didik membutuhkan tempat/lingkungan untuk mengekspresikan diri;
b)   Hakikat pendidik/pengajar, diantaranya:
Ø  Pendidik sebagai agen perubahan;
Ø  Pendidik sebagai pemimpin dan pendorong nilai-nilai universal dan kemasyarakatan;
Ø  Pendidik harus memahami karakteristik unik dan berupaya memenuhi kebutuhan masing-masing individu peserta didiknya;
Ø  Pendidik sebagai fasilitator pembelajaran pembelajaran, berperan untuk menciptakan kondisi yang menggugah dan menyediakan kemudahan bagi peserta didik untuk belajar;
Ø  Pendidik bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar peserta didik;
Ø  Pendidik dituntut menjadi model/contoh dalam manajemen pembelajaran bagi peserta didiknya;
Ø  Pendidik senantiasa mengembangkan diri sesuai kemajuan zaman;
Ø  Pendidik dituntu untuk bersikap profesional dalam bekerja dan berkarya; dan
Ø  Pendidik menjunjung tinggi kode etik pendidik;
c)    Hakikat pembelajaran, yang mencakup:
Ø  Pembelajaran terjadi apabila peserta didik secara aktif berinteraksi dengan pendidik dan lingkungan belajar yang diatur oleh pendidik;
Ø  Proses pembelajaran yang efektif memerlukan strategi, metode, dan media pembelajaran yang tepat;
Ø  Program pembelajaran dirancang secara matang dan dilaksanakan sesuai dengan rancangan yang dibuat;
Ø  Pembelajaran harus memperhatikan aspek proses dan hasil belajar; dan
Ø  Materi pembelajaran dan sistem penyampaiannya selalu berkembang.[6]

3.    Hakikat Strategi Pembelajaran
Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru serta peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Berbeda dengan Kemp, Kozma dan Sanjaya menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk memfasilitasi (guru sebagai fasilitator) peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Senada dengan Kozma, Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pemebelajaran adalah cara-cara yang diilih guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
Definisi yang lebih komprehensif mengenai strategi pembelajaran daripada yang disebutkan diatas adalah definisi yang dikemukakan oleh Dick dan Carey, mereka menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri dari seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.[7]
Dari beberapa pengertian diatas, ada dua hal yang patut kita cermati, yakni: pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.[8]
Newman dan Logan mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
a.    Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya;
b.    Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran;
c.    Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
d.   Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteia) dan patokan ukuran (standart) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita mencoba menerapkan dalam konteks pembelajaran,keempat unsur tersebut adalah:
1)   Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran,yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik;
2)   Mempertimbangkan dan mmilih sistem pedekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif;
3)   Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,metode, dan teknik pembelajaran;
4)   Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.[9]
B.     Istilah-Istilah dalam Strategi Pembelajaran
1.      Model
Model adalah gambaran kecil atau miniatur dari sebuah konsep besar. Model pembelajaran adalah gambaran kecil dari konsep pembelajaran secara keseluruhan. Termasuk dalam hal ini adalah tujuan, sintaksis, lingkungan, dan sistem pengelolaan. Atas dasar ini, model pembelajaran mempunyai makna lebih luas dari istilah lain, seperti pendeatan, strategi, dan metode.
2.      Pendekatan
Istilah lain yang maknanya dapat disamakan dengan strategi pembelajaran adalah “pendekatan”. Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran.
3.      Metode
Menurut Pupuh Fathurrahman metode adalah cara. Dalam pengertian umum, metode dapat diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang ditempuh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4.      Teknik
Teknik adalah salah satu cara yang ditempuh guru untuk mengimplementasikan metode pembelajaran tertentu.[10]


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Istilah strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, Strategos merupakan gabungan kata Stratos (militer) dengan “Ago” (memimpin). Sebagai kata kerja, Stratego berarti merencanakan (to plan). Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan.
Kata pembelajaran yang semula diambil dari kata “ajar” ditambah awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran”, diartikan sebagai proses, perbuatan, cara mengajar, atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru serta peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Istilah-Istilah dalam Strategi Pembelajaran: model, pendekatan, metode, dan teknik.






DAFTAR PUSTAKA
Majid,Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ahmadi,Abu. 2005. Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta: Kencana.

Mustakim,Zaenal. 2017. Strategi dan Metode Pembelajaran, Pekalongan: IAIN Pekalongan Press.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain,Aswan. 2014. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.













Data Diri
Nama: Ma’rufatul Qumalah
Nim: 2023116098
Alamat: Kranji gg.01 Kedungwuni Kab. Pekalongan
Riwayat Pendidikan:
·         RA Muslimat NU Kranji
·         MI Walisongo Kranji 01
·         SMP Islam Walisongo Kedungwuni
·         SMK Islamiyyah Sapugarut













Lampiran






[1] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm 3-4.
[2] Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 11
[3] Ahmad Susanto, Teori Belajar& Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 19
[4] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan: IAIN Pekalongan Press, 2017), hlm. 40
[5] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014), hlm. 5-8.
[6]Zaenal Mustakim, Op. Cit., hlm 41-42
[7] Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 13-14
[8] Zaenal Mustakim, Op. Cit., hlm. 93-94
[9] Abdul Majid, Op. cit., hlm. 9-10
[10] Suyadi, Op. cit., hlm 14-16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar