Laman

Rabu, 04 Oktober 2017

TT1 L 6-D CARI RIDHA ALLAH QS. AL- BAYYINAH AYAT 8

CARI RIDHA ALLAH
 QS. AL- BAYYINAH AYAT 8

Diah Ayu Nadifiyah Mawadani
(2021216021)
Kelas G


JURUSAN TARBIYAH / PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017



KATA PENGANTAR


               Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah swt Yang Maha Kuasa dan berkat Rahman dan Rahim-Nya penulis dapat membuat makalah ini dengan tema Tujuan Pendidikan Umum”  yang berjudul Cari Ridha Allah (Qs. Al-Bayyinah: 8)”. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad saw, semoga kelak mendapat syafaat di yaumul qiyamah.
            Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangundemi kesempurnaan penulisan makalah ini.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah yang bersangkutan. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan kita dalam mempelajarinya serta dapat digunakan sebagaimana mestinya.







                                                                                                Pekalongan, 7 0ktober 2017
                                                                                                Penulis



                                                                                                            (Diah Ayu N M)



                                                                                                                  











DAFTAR ISI

Kata pengantar ..............................................................................................................  i

Daftar Isi          ..............................................................................................................  ii

Bab I    Pendahuluan
A.     Latar Belakang  ...................................................................................................... ...... 1
B.      Judul dan Nash Qs. Al-Bayyinah ayat 8 ........................................................................  1
a.       Tujuan pendidikan umum “Cari Ridha Allah” .......................................................   1
b.        Nash Qs. Al-Bayyinah ayat 8    ....................................................................  1
Bab II   Pembahasan
A.     Teori
a.       Mencari Ridha Allah .......................................................................................... 2
b.      Keutamaan Ridha  .............................................................................................. 2
B.      Nash Qs. Al-Bayyinah ayat 8  .............................................................................. 3
C.      Tafsir dari Buku
a.       Tafsir Al-Azhar  ........................................................................................... 4
b.       Tafsi  Juz ‘Amma  ....................................................................................................  5
D.     Aplikasi dalam Kehidupan ................................................................................... 6
E.      Aspek Tarbawi .................................................................................................... 6
Bab III             Penutup
A.     Kesimpulan  ............................................................................................................... 7

Daftar Pustaka  ................................................................................................................. 8

Tentang Penulis ................................................................................................................ 9




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Salah satu unsur penting dalam mencari Ridha Allah adalah dengan niat yang ikhlas tanpa pamrih. Kehidupan dunia akhirat sangatlah penting jika seimbang dengan apa yang kita perbuat. Syurga adalah tempat orang-orang yang mematuhi perintah-Nya. Dan neraka adalah tempat orang-orang yang melanggar perintah-Nya. Sebaik-sebaik manusia adalah dia yang tahu mana yang baik dan yang buruk. Sebab, kehidupan di akhirat adalah yang kekal. Maka segala sesuatu yang diperbuat harus dengan niat yang mulia agar memperoleh balasan berupa pahala.
B.      Judul dan nash Qs. Al-bayyinah ayat 8
a.       Tujuan pendidikan umum “Cari Ridha Allah”
b.       Nash Qs. Al-Bayyinah ayat 8
جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga-surga, tempat hunian yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya, selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi siapa yang takut kepada Tuhannya.
c.       Arti penting dikaji
Ayat ini penting untuk dikaji karena agar kita tahu gambaran syurga yang dijanjikan Allah untuk orang-orang yang mematuhi perintah-Nya. Selain itu, agar tumbuh rasa takutnya kepada Tuhan. Maka rasa sayang dan rasa cinta kepada Tuhan, ridha meridhai dan kasih mengasihi tidaklah sampai menghilangkan wibawa, kekuasaan, bahkan keangkuhan Tuhan di dalam sifat keagungan dan ketinggian-Nya. Dan agar orang-orang sangat mengharapkan dimasukkan ke dalam syurga, dan takut akan azab Tuhan dan dimasukkan ke dalam neraka.









BAB II
PEMBAHASAN

A.     TEORI

a.       Mencari Ridha Allah
Mencari ilmu yang seharusnya berniatan untuk mencari ridha Allah adalah ilmu syara’ yang berkaitan dengan kewajiban secara langsung terhadap Tuhannya dan sesama makhluk. Al-sundiy pensyarah Sunan Ibn Majah menyatakan, bahwa ilmu yang tidak menyangkut kewajibah secara langsung seperti saintek, filsafat, biologi, kimia, dan matematika boleh saja motivasi mempelajarinya untuk mencari uang, mencari jabatan, dan lain-lain. Tetapi akan lebih baik jika niatnya juga mencari ridha Allah, untuk menambah keimanan kepada Allah, memajukan umat Islam, dan lain-lain.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadis yabg berbunyi sebagai berikut:
Dari Abi Hurairah r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang mempelajari suatu ilmu dari sesuatu (yang seharusnya) untuk mencari ridha Allah, dia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan sedikit dari harta benda, maka ia tidak mendapatkan bau surga besok hari kiamat.” (HR. Abu Daud).
Hadis ini membimbing kepada umat agar mempunyai tujuan yang ikhlas dalam mencari ilmu yakni mencari rihda Allah bukan mencari ridha selain Allah. Ikhlas dalam arti sederhana adalah bersih dari niat yang tidak baik, bersih hanya karena Allah atau ridha Allah bukan karena yang lain.[1]
b.       Keutamaan Ridha
Ridha merupakan maqam yang lebih mulia dan lebih tinggi daripada sabar. Sebab, ridha merupakan kepasrahan jiwa yang akan membawa seorang ahli makhrifat untuk mencintai segala sesuatu yang di Ridhai oleh Allah, sekalipun itu adalah musibah. Dia melihat semua itu sebagai kebaikan dan rahmat. Dan dia akan menerimanya dengan rela, sebagai karunia dan berkah.
            Ketika sahabat Bilal sedang menghadapi sakaratul maut, dia berkata, “aku sangat bahagia! Besok aku akan bertemu dengan orang-orang yang aku cintai yaitu Muhammad dan para sahabatnya.”
            Rasulullah saw. Telah menjelaskan bahwa orang yang Ridha terhadap ketetapan Allah adalah orang yang paling kaya. Sebab, dia adalah orang yang paling merasakan kebahagiaan dan ketentraman, serta paling jauh dari kesedihan, kemarahan dan kegelisahan. Kekayaan bukanlah karena banyaknya harta akan tetapi, kekayaan adalah kayanya hati dengan iman dan Ridha.
B.     Nash Qs. Al-Bayyinah ayat 8
جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga-surga, tempat hunian yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya, selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi siapa yang takut kepada Tuhannya.”
Surat ini dinamakan surat Al-Bayyinah karena firman Allah pada ayat 1 yang artinya: “ Orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang pada mereka bukti nyata.”[2]
                        Mufrodaat
جَزَاؤُهُمْ
Berkata mereka
عِنْدَ رَبِّهِمْ
Di sisi Tuhan mereka
جَنَّاتُ عَدْنٍ
Surga ‘Adn
تَجْرِي
Mengalir
مِنْ تَحْتِهَا
Di bawahnya
الْأَنْهَارُ
Sungai-sungai
خَالِدِينَ فِيهَا
Maka kekal didalamnya
أَبَدًا
Selama-lamanya / beradab-abad
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
Rihda Allah terhadap mereka
وَرَضُوا عَنْهُ
Dan mereka rihda rela kepada Nya
ذَٰلِكَ لِمَنْ
Demikian itu bagi orang
خَشِيَ رَبَّهُ
Ia takut kepada Tuhannya[3]

C.     Tafsir dari Buku

a.       Tafsir Al-Azhar
“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga-syurga tempat menetap.”  Itulah perhentian dan penetapan terakhir, tempat istirahat menerima hasil dan ganjaran dari kepayahan berjuang pada hidup yang pertama di dunia: “Yang mengalir padanya sungai-sungai,” sebagai lambang kiasan dari kesuburan dan kesejukan, tepung tawar untuk ketenteraman (muthmainnah), kesuburan yang tiada pernah kering: “Kekal mereka padanya selama-lamanya,” nikmat yang tiada pernah kering rahmat yang tiada pernah terhenti, tidak akan keluar lagi dari dalam nikmat itu dan tidak lagi akan merasakan mati.
Sebab mati itu hanya sekali yang dahulu saja. Dan yang menjadi puncak dan puncak dari nikmat itu ialah: “Allah ridha kepada mereka,”  Allah senang, Allah menerima mereka dengan tangan terbuka dan penuh Rahman, sebab tatkala di dunia mereka taat dan setia: “Dan mereka pun ridha kepada-Nya,” Ridha yang seimbang, balas membalas, kontak mengontak, bukan laksana bertepuk sebelah tangan. Karena Iman dan keyakinan jualah yang mendorong mereka memikul beban perintah Allah seketika mereka hidup dahulu, tidak ada yang dirasa berat dan tidak pernah merasa bosan. “Yang demikian itulah untuk orang yang takut kepada Tuhannya.” (ujung ayat 8).
Dengan ujung ayat ini diperkuatlah kembali tujuan hidup seorang Muslim, Tuhan meridhai mereka, dan mereka pun meridhai Tuhan. Tetapi betapa pun akrab hubungannya dengan Tuhan, namun rasa takutnya kepada Tuhan tetap ada. Oleh sebab itu maka rasa sayang dan rasa cinta kepada Tuhan, ridha meridhai dan kasih mengasihi tidaklah sampai menghilangkan wibawa, kekuasaan, bahkan keangkuhan Tuhan di dalam sifat keagungan dan ketinggian-Nya. Sebab itulah maka si Muslim mengerjakan suruh dan menghentikan tegah. Dia sangat mengharapkan dimasukkan ke dalam syurga, namun di samping itu dia pun takut akan diazab Tuhan dan dimasukkan ke dalam neraka.[4]



b.      Tafsi  Juz ‘Amma
Kalimat جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا  Balasan bagi mereka ialah surga-surga, tempat hunian yang mengalir di bawahnya sungai-sungai... Kata جَنَّاتُ ( jannat) berarti kebun-kebun yang ditumbuhi pohon-pohon yang rindang dan segar. Kata  عَدْنٍ (‘Adn) bermakna hunian. Dan نْهَارُ  (‘anbar), kata jamak dari nahr yang berarti sungai besar. Yang dimaksud di sini adalah tempat hunian penuh kenikmatan dalam kehidupan akhirat. Hal ini merupakan salah satu akidah yang wajib kita imani. Kenikmatan di dalamnya lebih besar dan lebih sempurna dari segala macam kenikmatan dunia. Ia juga adalah tempat tinggal kekal. Sipa saja masuk kedalamnya, tidak akan keluar untuk selama-lamanya. Itulah makna kalimat selanjutnya, خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا  mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Namun kita tidak dibenarkan menyelidikitentang hakikat surga-surga ini; di mana letaknya dan begaimana bentuk kenikmatan di dalamnya? Semua itu tidak ada yang mengetahuinya selain Allah Swt.
Kalimat  رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ Allah ridha terhadap mereka, karena mereka tidak melanggar batas-batas syariat-Nya dan tidak mengabaikan pengalaman sunnah (hukum dan aturan)-Nya. Adapun ridha Allah adalah limpahan karunia dan kebaikan-Nya.
Kalimat وَرَضُوا عَنْهُ dan mereka pun ridha kepada-Nya. Karena mereka senantiasa memuji dan berterimakasih kepada-Nya, atas segala karunia-Nya, yang berupa kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Di samping itu, dengan adanya keyakinan yang kuat kepada-Nya, maka dengan penuh kepuasan dan kesenangan hati mereka mematuhi segala perintah-Nya di dunia. Sehingga mereka benar-benar merasa ridha kepada-Nya. Dan kelak, ketika berada pada kenikmatan alam akhirat, mereka akan mendapati karunia Allah yang sedemikian besarnya, sehingga tak ada tempat sedikit pun untuk menyesal atau kecewa. Dalam setiap keadaan apa pun, mereka senantiasa ridha kepada Allah Swt.
Kalimat ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ yang demikian itu (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya, balasan amat baik ini, dan keridhaan seperti ini, hanyalah bagi orang yang jiwanya penuh perassan khasyyah (diliputi cemas dan harap) kepada Tuhannya.
Tentunya dapat dimengerti bahwa penjelasan Allah Swt, seperti itu, adalah demi menghilangkan kesalahpahaman yang sering terjedi, dan masih terus saja terjadi di kalangan kaum awam   bahkan juga kaum terpelajar  bahwa kepercayaan (‘itiqad) yang diperoleh melalui pewarisan orang tua dan leluhur,ditambah lagi dengan sedikit pengetahuan sepintas tenetang beberapa hukum, serta pelaksanaan beberapa jenis ibadat seperti gerakan-gerakan dalam shalat dan menahan diri dari lapar dalam shiyam; ini saja sudah cukup memadai guna menraih balasan yang disediakan Allah bagi orang-orang  yang beriman dan beramal saleh; walaupun hati mereka penuh dengan iri, dendam, angkuh dan riya’; lidah mereka selalu melancarkan kebohongan, fitnahan dan kepalsuan; tubuh mereka berbalut dengan kebanggan diri dan kesombongan; dan jiwa-jiwa mereka dijadikan wadah penghambaan diri kepada para pejabat tinggi (bahkan yang bukan pejabat tinggi), kosong sama sekali dari khusyuk dan ikhlas kepada Allah Swt., Tuhannya langit dan bumi!
Tidak! Tidak mungkin orang yang seperti ini memperoleh balasan yang sebaik-baiknya, sedangkan perasaan takut kepada Allah Swt.   Meski pada peringkatnya yang terendah--              tidak berhasil meningkatkan jiwa mereka. Padahal, balasan seperti disebutkan dalam ayat di atas, hanyalah tersedia bagi siapa-siapa yang takut kepada Tuhannya, dan ketakutan seperti itu menguasai seluruh hatinya. Wallahu a’lam.[][5]
D.     Aplikasi dalam kehidupan
1.       Hendaknya Kita harus mengerjakan segala perintah Allah dengan ikhlas.
2.      Takut akan adzab Allah sehingga kita harus memperbanyak amalan-amalan yang dikerjakan.
3.      Memperbaiki diri agar selalu di Ridhai Allah swt.
4.      Penuh harap akan keridhaan Allah agar senantiasa di rahmati oleh-Nya.

E.      Aspek tarbawi
1.      Agama yang lurus dan diridhai oleh Allah  adalah agama yang berdiri di atas tauhid serta mengajarkan shalat, zakat serta meninggalkan agama-agama selain Islam.
2.       Balasan bagi orang yang tidak masuk Islam (setelah Rasulullah saw. datang) adalah seburuk-buruk pembalasan.
3.      Orang yang beriman dan masuk Islam serta melaksanakan ajarannya, (pada hari kiamat nanti) akan mendapatkan sebaik-baik balasan yaitu keridhaan Allah dan kekal di surga.
4.      Keutamaan Khasy-yah (takut kepada Allah) membawa seseorang untuk ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan baik berupa keyakinan, perkataan maupun perbuatan.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa syurga yang didalamnya kenikmatan-kenikmatan yang sangat banyak, yang tiada pernah kering rahmat yang tiada pernah terhenti, tidak akan keluar lagi dari dalam nikmat itu dan tidak lagi akan merasakan mati. Syurga adalah tempat bagi orang-orang yang senantiasa menjalankan perintah Allah dengan penuh ikhlas dan keridhaannya. Orang-orang yang hanya mengharapkan pahala dari Allah swt. Namun sebaliknya, neraka adalah tempat orang-orang yang selalu mengingkari perintah-Nya.












DAFTAR PUSTAKA

Majid Khon, Dr. H. Abdul, 2012. Hadis Tarbawi Hadis-hadis pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Ali Nashif, Syekh Manshur. 1996. Mahkota Pokok-Pokok Hadis Rasulullah SAW, Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Hadi. Drs. H. Nor . Juz ‘Amma Cara Membaca dan Memahami Al-Qur’an Juz ke-30. Erlangga
Prof. Dr. Hamka, 1982.Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas
Abduh, Muhammad. 1999. Tafsir Juz ‘Amma, Bandung: Mizan.





TENTANG PENULIS


Nama        : Diah Ayu Nadifiyah Mawadani                 
TTL            : Pemalang, 16 Desember 1998
Alamat         : Ds. Botekan Kec.Ulujami Kab. Pemalang
Riwayat Pendididikan: 1. SD N 02 Botekan
                                    2. SMP N 1 Ulujami
                                    3. SMA N 1 Wiradesa


[1] Dr. H. Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi Hadis-hadis pendidikan, (Kencana Prenadamedia Group : Jakarta, 2012), hal. 189-190.
[2] Syekh Manshur Ali Nashif. Mahkota Pokok-Pokok Hadis Rasulullah SAW, (Sinar Baru Algensindo : Bandung, 1996). Hal. 904.
[3] Drs. H. Nor Hadi. Juz ‘Amma Cara Membaca dan Memahami Al-Qur’an Juz ke-30 (Erlangga) hal. 298.
[4] Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Pustaka Panjimas : Jakarta, 1982), hlm.236.
[5] Muhammad Abduh, Tafsir Juz ‘Amma, (Bandung:Mizan, 1999), hlm 278-279.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar