Laman

Senin, 17 September 2018

SBM E C3 KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR (WIBAWA)


 KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
(WIBAWA)
Arina Ifati  (2317143)
Kelas E

JURUSAN PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN

2018



KATA PENGANTAR

       
            Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik konstruktif dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi mahasiswa. Amin yaa robbal ‘alamin.

                                                                                               

Pekalongan, 16 September  2018


                                                                                                            Penulis















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I       PENDAHULUAN...................................................................... 1
A.    Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B.     RumusanMasalah.................................................................... 1
C.     TujuanMasalah........................................................................ 1
D.    Metode Pemecahan Masalah.................................................. 2
E.     Sistematika Penulisan............................................................. 2

BAB II   PEMBAHASAN........................................................................... 3........            
A.    Definisi Wibawa..................................................................... 3
B.     Macam-macam Kewibawaan Guru........................................ 4
C.     Komponen Kewibawaan Guru............................................... 5
D.    Mengapa Guru Harus Wibawa............................................... 6
E.     Cara Menciptakan Pembelajaran yang Berwibawa................ 7

BAB III   PENUTUP................................................................................... 8
A.    Kesimpulan............................................................................ 8
B.     Saran...................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 9

 BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Kewibawaan dalam pendidikan merupakan salah satu ciri pendidik ketika terjadi interaksi atau hubungan dalam kegiatan belajar mengajar didalam kelas ataupun kegiatan pendidikan lain diluar  kelas. Interaksi atau hubungan pendidikan tersebut, biasanya diwarnai oleh adanya aspek pendidikan yang didasari kewibawaan.
Kewibawaan mempunyai peranan penting dalam usaha menentukan dan merumuskan tujuan hakiki dan arti pendidikan. Dalam pendidikan memang terjalin suatu relasi atau hubungan yang berdasarkan kewibawaan tertentu. Kewibawaan bertujuan untuk membawa anak kea rah kedewasaan, secara berangsur-angsur anak dapat mengenal nilai-nilai hidup atau norma-norma dan menyesuaikan diri dengan norma-norma itu dalam hidupnya.
Bagi sebagian mahasiswa, mungkin hal-hal tersebut masih belum dapat dipahami sepenuhnya. Maka atas dasar latar belakang atau alasan-alasan itulah penulis akan mencoba untuk menyampaikan materi tentang kewibawaan dalam pendidikan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi wibawa?
2.      Apa saja macam-macam kewibawaan guru?
3.      Apa saja komponen kewibawaan guru?
4.      Mengapa guru harus wibawa?
5.      Bagaimana cara menciptakan pembelajaran yang berwibawa dan menyenangkan?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi wibawa.
2.      Untuk mengetahui macam-macam kewibawaan.
3.      Untuk mengetahui komponen kewibawaan.
4.      Untuk mengetahui guru harus wibawa.
5.      Untuk mengetahui cara menciptakan pembelajaran yang berwibawa dan menyenangkan.

D.     Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi literatur/metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku atau dari referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas. Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan masalah yang akan dibahas dengan melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan tujuan dan sasaran , perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumber, dan penyintesisan serta pengorganisasian jawaban permasalahan.

E.      Sistematika Penulisan
Makalah ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi:
Bab I, bagian pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, perumusan masalah, metode pemecahan masalah, dan sistematika penulisan makalah.
Bab II, adalah pembahasan.
Bab III, bagian penutup yang terdiri dari simpulan dan saran-saran.












BAB II
PEMBAHASAN

A.     Definisi Wibawa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kewibawaan memiliki arti “hal yang menyangkut wibawa dan kekuasaan yang diakui dan ditaati”. Adapun wibawa memiliki makna:
a.       Pembawaan yang mengandung kepemimpinan sehingga dapat mempengaruhi dan menguasai orang lain.
b.      Kekuasaan
Pemaknaan ini memiliki kejelasan bahwa kewibawaan itu terkait dengan kepemimpinan seseorang untuk memengaruhi orang lain.
Kewibawaan dalam konteks kepemimpinan berkarakter merupakan suatu nilai yang dilandasi oleh rasa hormat terhadap orang lain, sehingga apa yang dilakukan dan diucapkan oleh orang tersebut memiliki dampak bagi perilaku orang yang melihat  dan mendengarnya. Kewibawaan muncul bukan karena diucapkan oleh guru/kepala sekolah supaya mereka dihormati, tetapi merupakan suatu kondisi  yang muncul karena dampak dari perilaku guru/kepala sekolah tersebut ketika berinteraksi dengan peserta didik. Dengan demikian, kewibawaan bukan suatu hal yang secara otomatis ada atau melekat pada jabatan guru/kepala sekolah, tetapi harus dicapai oleh guru/kepala sekolah dengan perilaku yang berwibawa.
Perilaku berwibawa adalah perilaku yang memiliki kesesuaian dengan nilai dan norma yang dianut, memiliki kesamaan antara apa yang diucapkan dengan apa yang dianut, memiliki kesamaan antara apa yang diucapkan dengan apa yang dilakukan. Lebih jauh, kewibawaan muncul karena ada faktor keteladanan dari guru/kepala sekolah. Keteladanan perilaku menjadi syarat penting untuk munculnya kewibawaan. Nilai kewibawaan dalam kepemimpinan berkarakter merupakan suatu kekuatan untuk menggerakan peserta didik (orang lain) untuk mengikuti apa yang dilakukan dan diucapkan oleh guru dan kepala sekolah. Karena itu sangatlah penting adanya konsistensi perilaku guru dan kepala sekolah, baik konsisten antara yang dilakukan dengan yang diucapkan atau konsisten antara yang dikatakan terdahulu dengan apa yang dikatakan saat ini, lebih tepatnya plin-plan.[1]
Wibawa artinya kehadiran seorang guru dimana saja, harus disegani oleh orang-orang disekitarnya, baik siswa, rekan kerja maupun orang-orang dilingkungan masyarakat. Disegani karena memiliki integritas yang tinggi, kapabel, dan kredibel.[2]
Wibawa bukan berarti memberikan spasi antar siswa dan guru. Hubungan yang kaku anatar siswa dan guru bukanlah suatu langkah awal pembelajaran yang baik namun sebaliknya. Wibawa disini bermakna supaya siswa mendengarkan setiap perkataan gurunya dengan baik dan bagi siswa apapun yang disampaikan oleh gurunya adalah sesuatu yang bernilai. Guru yang berwibawa akan dihormati oleh siswanya sehingga dengan sendirinya siswanya akan merasa segan apabila tidak melaksanakan apa yang disampaikan oleh gurunya.[3]

B.     Macam-macam Kewibawaan Guru
Ditinjau dari mana daya mempengaruhi yang ada pada seseorang ini ditimbulkan maka kewibawaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.       Kewibawaan Lahir
Kewibawaan lahir merupakan kewibawaan yang timbul karena kesan-kesan lahir seseorang. Misalnya, bentuk tubuh yang tinggi besar, pakaian yang lengkap dan rapi, tulisan yang bagus, suara yang lantang dan lain-lain.
b.      Kewibawaan batin ini ditimbulkan oleh:
1)      Adanya rasa cinta
Kewibawaan ini dapat dimiliki seseorang apabila hidunya penuh dengan kecintaan kepada orang lain.
2)      Adanya rasa demi kamu
Demi kamu adalah sikap yang dapat dilukiskan sebagai suatu tindakan, perintah atau anjuran bukan untuk kepentingan orang yang memerintah, melainkan untuk kepentingan orang yang diperintah. Misalnya, seorang guru yang memerintah peserta didiknya untuk rajin belajar, untuk mengjadapi ujian bukan agar dirinya mendapatkan nama baik karena peserta sisiknya lulus semua, melainkan agar anak didiknya lulus dengan nilai yang bagus dan dapat melanjutkan di sekolah favorit.
3)      Adanya kelebihan batin
Seseorang guru yang menguasai bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya bias berlaku adil dan objektif serta bijaksana. Sikap-sikap tersebut dapat menimbulkan kewibawaan pada dirinya.
4)      Adanya ketaatan pada norma
Kewibawaan ini timbul karena tingkah laku seorang guru selalu mematuhi norma-norma yang berlaku.[4]
Didalam kehidupan sehari-hari kita mengenal ada dua macam kewibawaan, yaitu:
a.       Kewibawaan pemimpin/kepala
Seperti kewibawaan pemimpin organisasi, baik organisasi politik atau organisasi massa, kewibawaan kepala kantor atau kepala sekolah dan sebagainya. Kewibawaan ini adalah karena jabatan atau kekuasaan.
b.      Kewibawaan keistimewaan
Seperti kewibawaan seseorang yang mempunyai kelebihan atau keunggulan di bidang tertentu. Diantara kelebihan yang dapat menimbulkan kewibawaan seseorang ialah:
1)      Kelebihan di bidang ilmu pengetahuan, baik umum maupun agama.
2)      Kelebihan di bidang pengalaman, baik pengalaman hidup maupun pekerjaan.
3)      Kelebihan di bidang kepribadian, baik di bidang akhlak maupun social.
4)      Kelebihan di bidang harta, baik harta tetap maupun harta berpindah.
5)      Kelebihan di bidang keturunan yang mewarisi karisma leluhurnya.[5]

C.     Komponen Kewibawaan Guru
Komponen kewibawaan guru meliputi hal-hal berikut:
1.      Memiliki Kemampuan
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Adapun kemampuan itu sangat diperlukan guna menjalankan profesi. Kemampuan mempunyai pengertian yaitu gambaran hakekat kualitatif dari perilaku guru atau tenaga. Kependidikan yang tampak sangat berarti.
2.      Memiliki Kemauan Membantu Siswa
Guru harus mau melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Yang artinya agar guru memiliki sebuah komitmen (kepedulian) yang besar terhadap anak didiknya. Kepedulian atau komitmen adalah kecenderungan untuk merasa terlibat aktif dengan penuh tanggung jawab. Seorang guru yang peduli dan sadar terhadap tugasnya berarti dia memiliki tingkat kepedulian yang tinggi.
3.      Memiliki Sifat Kesalihan
Guru harus memiliki moral yang luhur, sehingga dalam gerak dan tingkah lakunya dapat menjadi suri tauladan yang baik bagi anak didiknya. Seorang guru harus benar-benar dapat digugu dan ditiru (dituruti dan ditiru).

D.     Mengapa Guru Harus Berwibawa
Jika guru tidak memiliki wibawa di depan peserta didiknya, mungkin kondisi kelas akan sangat gaduh dan tidak dapat dikendalikan dengan baik. Guru juga tidak diperhatikan ketika mengajar di kelas, sedangkan peserta didik sibuk bicara sendiri. Jika hal tersebut terjadi maka dapat menjadi indikasi bahwa guru tersebut tidak memiliki wibawa. Akibatnya, materi pelajaran yang disampaikan guru menjadi tidak bermakna. Peserta didik juga akan dirugikan karena tidak dapat memahami pelajaran dengan baik. Jika dibiarkan, hal ini akan memengaruhi prestasi belajar peserta didik. Bahkan dampaknya dapat meluas sampai kehidupan bangsa dan negara kita.
Pada hakekatnya, bangsa dan negara juga sangat berharap generasi mendatang adalah generasi yang lebih hebat dan mampu menjawab tantangan zaman. Jadi, mulai sekarang jadilah guru yang berwibawa dengan mengembangkan kecerdasan dan kedisiplinan yang kita miliki. Jangan lupa untuk tetap tersenyum dan simpatik kepada peserta didik.
Kewibawaan seorang guru pada peserta didik tidak dibatasi saat di sekolah saja, tetapi di mana saja dan kapan saja. Kewibawaan guru juga tidak hanya untuk peserta didiknya saja, tetapi juga untuk siapa saja. Artinya, guru harus tetap berwibawa di depan guru yang lain  atau wali murid.[6] Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola. Seluruh kehidupannya adalah figure yang paripurna. Itulah kesan terhadap guru sebagai sosok yang ideal. Sedikit saja guru berbuat yang tidak atau kurang baik, akan mengurangi kewibawaannya dan kharisma pun secara perlahan lebur dari jati diri. Karena itu, kepribadian adalah masalah yang sangat sensitive sekali. Penyatuan kata dan perbuatan dituntut dari guru, bukan lain perkataan dengan perbuatan , ibarat kata pepatah “pepat di luar runcing di dalam” artinya baik pada zahirnya tetapi mempunyai niat tidak baik dalam hati.
Sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat, melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan, dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bias diterima oleh masyarakat.[7]

E.      Cara Menciptakan Pembelajaran yang Berwibawa dan Menyenangkan
Beberapa cara yang dapat diterapkan untuk menciptakan proses pembelajaran di kelas dengan baik dan tetap menjaga kewibawaan guru adalah sebagai berikut:
1.      Menghormati Peserta Didik
Saat proses belajar mengajar berlangsung, guru juga harus menghormati peserta didik. Cara menghormati peserta didik dapat dilakukan dengan memanggil nama peserta didik dengan sapaan yang baik. Panggilan nama peserta didik dengan intonasi yang sopan dan pilihlah nama panggilan yang bagus.
2.      Melibatkan Peserta Didik untuk Mengambil Keputusan
Dalam upaya meningkatkan wibawa guru di sekolah dengan tetap mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik, maka sebaiknya guru tidak terlalu mendominasi kebijakan kelas. Misalnya, peserta didik ikut dilibatkan dalam penentuan pengurus kelas, petugas piket, sistem belajar kelompok, program belajar di luar kelas, membuat peraturan kelas dan sebagainya. Selain itu, untuk kebijakan yang tidak mengikat dan tidak mengganggu kebijakan sekolah, misalnya untuk meningkatkan kompetensi peserta didik, tidak ada salahnya kalau guru melibatkan peserta didik dalam mengambil kebijakan. Dengan demikian, peserta didik mempunyai kesempatan untuk mandiri, berkarya, dan mengembangkan potensinya.
3.      Menjadi Pendengar yang Baik
Pada saat-saat tertentu, guru juga harus mampu menjadi pendengar yang baik bagi peserta didiknya. Hal ini penting karena pada dasarnya peserta didik juga ingin diperhatikan, didengar, dan dihormati oleh guru. Misalnya, saat peserta didik ingin menyampaikan kesulitan dalam menerima pelajaran. Kita harus mendengarkan keluhan mereka dengan baik, jangan memotong perkataan mereka. Kita tampung keluhan mereka , selanjutnya kita cari solusi yang tepat. Ingatlah bahwa setiap peserta didik juga memiliki keinginan seperti kita. Mereka ingin didengarkan dan dihargai saat mereka berbicara. Jika pembicaraan mereka tidak kita perhatikan atau kita potong, mereka juga akan tersinggung.[8]


BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Kewibawaan memiliki arti “hal yang menyangkut wibawa dan kekuasaan yang diakui dan ditaati”. Adapun wibawa memiliki makna pembawaan yang mengandung kepemimpinan sehingga dapat mempengaruhi dan menguasai orang lain dan kekuasaan. Macam-macam kewibawaan guru ada dua yaitu kewibawaan lahir dan kewibawaan batin. Komponen kewibawaan guru: memiliki kemampuan, memiliki kemauan membantu siswa dan memiliki sifat kesalihan. Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola. Seluruh kehidupannya adalah figure yang paripurna. Itulah kesan terhadap guru sebagai sosok yang ideal. Sedikit saja guru berbuat yang tidak atau kurang baik, akan mengurangi kewibawaannya dan kharisma pun secara perlahan lebur dari jati diri. Cara menciptakan pembelajaran yang berwibawa dan menyenangkan anatara lain: menghormati peserta didik, melibatkan peserta didik untuk mengambil keputusan dan menjadi pendengar yang baik.

B.     Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, penulis mengharap saran dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki kesalahan dan dapat lebih baik kedepannya.












DAFTAR PUSTAKA


Kompri. 2017. Standarisasi Kompetensi Kepala Sekolah. Jakarta. Kencana
Ile. Tokan. Ratu. 2016. Sumber Kecerdasan Manusia. Jakarta. PT Grasindo

Diana. Sari. Eva. 2017. Guru Adalah Model. Bandung. Kaifa Publishing
Wijayani. Novan. Ardy & Barnawi. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media

Ahmadi. Abu & Uhbiyati. Nur.2015. Ilmu Pengetahuan. Jakarta. PT. Rineka Cipta
A.Z. Mulyana.2010. Rahasia Menjadi Guru Hebat Memotivasi Diri Menjadi Guru Luar Biasa. Jakarta.
PT Grasindo
Isjoni. 2008. Guru Sebagai Motivator Perubahan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar



















BIODATA PENULIS


Nama Lengkap            : Arina Ifati
Tempat/Tgl lahir          : Pekalongan, 02 Oktober 1998
Alamat                         : JL. Anggrek Gg 2 Curug Tirto Pekalongan
Hobi                            : Menggambar dan Traveling
Motto Hidup                : Belajar tidak akan berarti tanpa budi pekerti
Riwayat Pendidikan     :
1.      TK Muslimat Nu Curug
2.      MIS Curug
3.      MTsS Hidayatul Athfal
4.      MAN 02 Pekalongan
5.      IAIN Pekalongan




















LAMPIRAN

             
               
            


[1] Kompri, Standarisasi Kompetensi Kepala Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 78-79
[2] Ratu Ile Tokan, Sumber Kecerdasan Manusia, (Jakarta: PT Grasindo, 2016), hlm. 29
[3] Eva Diana Sari, Guru Adalah Model, (Bandung: Kaifa Publishing, 2017), hlm. 9
[4] Novan Ardy Wiyani & Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 116-117
[5] Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2015), hlm. 159-160
[6] Mulyana A.Z., Rahasia Menjadi Guru Hebat Memotivasi Diri Menjadi Guru Luar Biasa  (Jakarta: PT Grasindo, 2010), hlm. 84-85
[7] Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 55-56
[8] Ibid, hlm. 82-84

Tidak ada komentar:

Posting Komentar