Laman

Senin, 03 September 2018

TT E A4 DERAJAT ORANG BERILMU QS AL-MUJADALAH AYAT 11


DERAJAT ORANG BERILMU
 QS AL-MUJADALAH AYAT 11
Muhamad Agus Alawi
2117018 
Kelas E

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018



Kata Pengatantar
            Puji syukur atas kehadirat allah swt atas  rahamat serta petunjuknya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Tafsir tarbawi mengenai Derajat Orang Berilmu QS Al- Mujadalah. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian tugas ini, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan tugas makalah ini.\
            Semoga makalah ini berguna dan dapat menambah pengetahuan pembaca. Demikian tugas ini penulis menyususun, apabila ada kekurangan dan kesalahan penulis mohon maaf yang sebesarnya.
















PENDAHULUAN
Agama Islam di turunkan di muka bumi tidak lain sebagai Rahmat bagi seluruh alam, maka allah mengutus rasulullah Saw untuk memperbaiki manusia dengan salah satunya dengan pendidikan , dengan inilah manusia akan mendapat derajat yang tinggi, dengan pendidikan inilah karakter manusia akan di didik yang lebih baik, tetapi di zaman milenial saat ini banyak yang menggunakan kelebihan berfikirnya untuk hal yang tidak baik, banyak orang yang berpendidikan tapi kelakuan dan akhlaknya tidak mencontohkan sebagai pendidik. Ilmu pengetahuan dunia tidak cukup untuk bekal di hidupnya haruslah di imbangi dengan ilmu agama, akibat dari kurangnya ilmu agama salah satunya mudah terkena bujuk rayu setan neraka,dan dengan kurangnya ilmu agama manusia pun bisa melakukan kejahatan terhadap sesama manusia,oleh karennya ilmu agama sangatlah penting untuk di ajarkan bahkan dari usia dini sampai usia lanjut.














PEMBAHASAN
BAB II

A.    Ayat dan arti


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ


 “ Hai orang orang yang beriman, apabila di katakan kepada kamu: berlapang lapanglah dalam  majlis – majlis,” maka lapangkanlah niscaya Allah akan melapangkan buat kamu, dan apabila di katakan : “ berdirilah kamu, maka berdirilah niscaya Allah akan meninggikan orang orang yang beriman di antara kamu dan orang orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan allah terhadap apa yang kamu kerjakan Maha Mengetahui.”
B.     Beberapa pendapat tentang ilmu dari sudut pandang
a.       Ilmuwan
Para calon ilmuwan harus mempunyai  motivasi ekstra. Tanpa hal ini, yang terjadi  hanyalah lahirnya ilmuwan gadungan, pseudoscientist, ilmuwan seolah olah. Apa yang sering di sebut ilmuwan oleh masyarakat umumnya bukanllah ilmuwan, melainkan teknisi. Teknisi adalah seseorang yang di latih dan mempunyai tugas atau pekerjaan untuk menerapkan teknik teknik atau prinsip prinsip yang telah di ketahui. Sementara itu ilmuwan adalah seorang yang mencarai tahu dan pengetahuaan sifat alamiah dari realitas  fisik. Ia menghadapi sesuatu yang tidak di ketahui. Ilmuwan menghasilkan sesuatu  yang orisinil jika ide bisa di ukur melalui publikasinya di jurnal internasional : jika produk bisa di ukur dari paten
Kondisi ilmuawan  di dunia ketiga, termasuk dunia islam telah di rekam dengan baik oleh ismail raji al faruqi memberi contoh  seorang dosen universitas negara berkembang  bergelar profesor yang meraih gelar doktor di
negara barat. Dia mendapat pendidikan di sana dan lulus dengan nilai dan prestasi sedang, menuntut ilmu dengan motivasi rendah dan tidak mendapatkan semua ilmu yang bisa di perolehnya di sana dia merasa cukup puas untuk lulus, mendapat  gelar, kembali ke negeri asalnya, dan mendapatkan posisi penting serta  mengutungkan. Buku buku yang di bacanya ketika masih kuliah adalah puncak pengetahuannya. Karena kini dia tidak memiliki waktu  tenaga dan motivasi untuk mendobrak batas pengetahuan yang di miliki.[1]
b.      Filosof ( perselisiahan socrates dan aristoteles)
 Socrates  berpendapat  bahwa fadilah adalah makrifat, maka jika manusia telah  mengetahui fadilah secara mantap, maka akalnya akan terbuka dan hatinya akan menjadi tenang dan ia harus mempertahankan  jika tidak berarti telah terjadi kekacauan dalam makrifatnya, dan makrifat yang ia miliki hanyalah khayalan yang tidak tertanam dalam akalnya. Karena tidak mungkin seorang berakal, yang ingin mengetahui bahwa api bersifat membakar kemudian membakar dirinya terlebih dahulu hanya untuk mengetahuinya.
            Sementara, Aristoteles berbeda dengan gurunya atau gurudari gurunya socrates ia berpenda makrifat semata mata   tidak akan mengantarkan menuju fadilah. Berapa banyak orang mengetahui fadilah namun mereka justru  melakukan sebaliknya karena karena dorongan insting  dan nafsu mereka dan lainya sehingga di butuhkan unsur ‘’ kemauan ‘’ di samping makrifat (pengetahuan).[2]

C.     Pengertian Secara Umum
Sesudah allah melarang para hamba dan berbisik bisik mengenai dosa dan pelanggaran yang menyebabkan permusuhan, allah memerintahkan kepada mereka sebab kecintaan dan kerukunan di antara orang orang mukmin, dan di antara sebab kecintaan dan kerukunan itu adalah melapangkan tempat di majlis  (pertemuan) ketika ada orang yang datang dan bubar apabila di minta dari kalian untuk bubar
            Apabila kalian melakukan yang demikian itu maka allah akan meninggikan tempat tempat kalian di dalam surga surganya dan menjadikan kalian termauk orang  orang yang berbakti tanpa kekhawatiran dan kesedihan[3]
D.    Asbabunnuzul
1.      Tafsir Al maraghi
Berkata Al hasan adalah para sahabat berdesak desak dalam satu majlis peperangan, apabila mereka berbaris untuk berperang, sehingga sebagian mereka tidak memberikan kelapangan kepada sebagian yang lain karena keinginannya  untuk mati syahid. Dan dari ayat ini kita mengetahui :
1.      Paras sahabat berlomba omba untuk berdekatan dengan tempat duduk Rasulullah saw. Untuk mendengarkan pembicaraan beliau, karena pembicaraan beliau mengandung banyak kebaikan dan keutamaan yang besar. Oleh karena itu maka beliau mengatakan. “hendaklah duduk berdekatan denganku orang orang yang dewasa dan berakal di antara kamu.”
2.      Perintah untuk memberi kelonggaran dalam majlis dan tidak merapatkanya apabila hal itu mungkin, sebab yang demikian ini akan menimbulkan rasa cinta di dalam hati dan kebersamaan dalam mendengar hukum hukum agama.
3.      Orang yang melapangkan kepada hamba hamba allah pintu kebaikan dan kesenangan, akan di lapangkan             baginya kebaikan kebaikan di dunia dan di akhirat.
2.      Tafsir Al Misbah
Ada riwayat yang menyatakan bahwa ayat di atas turun pada hari jumat. Ketika Rasulullah saw. Berada di satu tempat yang sempit  dan telah menjadi kebiasaan beliau memberi tempat khusus buat para sahabat yang terlibat di perang badar, karena besarnya jasa mereka. Nah ketika majlis tengah berlangsunng, beberapa orang di antara  sahabat sahabat tersebut hadir, lalu mengucapkan salam kepada nabi saw. Nabi pun menjawab, selanjutnya mengucapkan salam kepada hadirin, yang juga di jawab, namun mereka tidak memberi tempat. Para sahabat  itu terus saja berdiri, maka Nabi saw memerintahkan kepada sahabat sahabatnya yang lain- yang tidak terlibat dalam perang badar untuk mengambil tempat lain agar para sahabat yang berjasa itu duduk di deket nabi saw, perintah nabi itu. Mengecilkan hati mereka yang di suruh berdiri, dan di gunakan oleh kaum munafikin untuk meecah belah dengan berkata “ katanya Nabi muhammad berlaku adil, ternyata tidak.” Nabi mendengar kritik itu nabi bersabda :” Allah merahmati siapa yang memberi kelapangan bagi saudaranya.” Kaum beriman menyambut tuntunan Nabi dan ayat di atas pun turun mengukuhkan perintah dan sabda nabi itu[4]
E.     . Tafsir
1.      Tafsir Al Misbah
Laraangan berbisik  yang di uraikan oleh ayat ayat yang lalu merupakan salah satu tuntunan akhlak, guna membina hubungan harmonis antara sesama. Berbisik di tengah orang lain mengeruhkan hubungan melalui pembicaraan itu. Ayat di atas  masih merupakan tuntunan akhlak. Kalau ayat yang lalu menyangkut pembicaraan rahasia, kini menyangkut perbuatan di dalam satu majlis. Ayat di atas memberi tuntunan bagaimana menjalin hubungan harmonis dalam satu majlis. Allah berfirman : “ hai orang orang yang beriman,, apabila di katakan kepadamu,” oleh siapapun : “berlapang lapanglah.”  Yakni berupayalah dengan sungguh sungguh walau dengan memaksakan diri untuk memberi tempat orang lain dalam majlis majlis yakni satu tempat baik tempat duduk maupun bukan tempat duduk, apabila di minta kepada kamu agar melakukan itu maka lapangkanlah tempat itu untuk orang lain itu dengan suka rela. Jika kamu melakukan hal tersebut, niscaya allah akan melapangkan segala sesuatu buat kamu dalam hidup ini Dan apabila di katakan: “Berdirilah kamu” ke tempat yang lain atau untuk di duduk tempatmu buat orang yang lebih wajar, atau bangkitlah untuk melakukan sesuatu seperti untuk sholat dan berjihad,  maka berdiri dan bangkitlah, allah akan meninggikan orang orang yang beriman di antara kamu wahai yang memperkenankan tuntunan ini dan orang orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat kemuliaan di dunia dan di akhirat dan Allah terhadap apa yang kamu kerjakan sekarang dan masa datang Maha Mengetahui
Ayat di atas tidak menyebut secara tegas bahwa allah akan meninggikan derajat orang  berilmu  tetapi menegaskan bahwa mereka memiliki derajat derajat yakni lebih tinggi dari yang sekedar beriman tidak di sebutkan kata meninggikan itu,sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu  yang di milikinya itulah yang berperan besar dalam ketinggian derajat yang di  perolehnya, bukan akibat akibat dari faktor di luar ilmu itu.
Tentu  saja yang di maksud dengan alladzina utu al ilm/    yang di beri pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini berarti ayat di atas membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang pertama sekadar beriman dan beramal saleh, dan yang kedua beriman dan beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok kedua ini menjadi lebih tinggi bukan saja karena nilai ilmu yang di sandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisan atau tulisan maupun dengan keteladanan
Ilmu yang di maksud oleh ayat di atas bukan saja ilmu agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Dalam surat Q.S Fathir (35); 27-28 Allah menguraikan sekian banyak makhluk iilahi dan fenomena alam, lalu ayat tersebut di tutup dengan menyatakan bahwa; yang takut dan kagum kepada allah dari hamba hambanya hanyalah ulama, ini lmenunjukan bahwa ilmu dalam pandangann al-quran bukan hanya ilmu agama. Disisi lain itu juga menunjukan bahwa ilmu haruslah  menghasilkan khasyyab yakni rasa takut dan kagum kepada allah yang pada giliranya mendorong yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya serta memanfaatkannya untuk kepentingan makhluk.[5]

2.      Tafsir Al Maraghi
Telah di keluarkan oleh Ibnu Abi Hatim, dari muqatil dia berkata, rasulullah saw, pada hari jumat pada suffah, sedang tempat itu pun sempit. Beliau menghormati orang orang mengikuti perang badar, baik mereka itu muhajirin atau anshor, maka datanglah beberapa orang di antara mereka itu, di antaranya  sabit inu qais mereka telah didahului orang dalam hal tempat duduk. Lalu mereka pun berdiri di hadapan Rasulullah kemudian mereka mengucapkan salam:“ As-salamualaikum wahai nabi wa arahmatullah wa barakatuh” Beliau menjawab salam mereka. Kemudian mereka menyalami orang orang dan orang orang pun menjawab salam mereka. Mereka berdiri menunggu untuk di beri kelapangan bag mereka, tetapi mereka tidak di berikan kelapangan, hal itu terasa berat oleh Rasulullah saw. Lalu beliau mengatakan kepada orang yang ada di sekitar beliau, “ Berdirilah engkau wahai fulan, berdirilah engkau wahai fulan. Beliau menyuruh beberapa orang untuk berdiri sesuai dengan jumlah mereka yang datang”. Hal itu pun tampak berat oleh mereka dan ketidakenakan beliau tampak oleh mereka. orang orang munafikmengencam yang demikian itu  dan mengatakan, “demi allah, dia tidak lah adil kepada mereka orang orang itu telah mengambil tempat duduk mereka dan ingin berdekatan denganya. Tetapi dia menyuruh mereka berdiri dan menyuruh duduk orang orang yang datang terlambat .” maka turunlah ayat itu.
            Apabila kamu di minta untuk berdiri dari majlis rasulullah saw. Maka berdirilah kamu, sebab rasulullah saw. Itu terkadang ingin sendirian guna merencanakan urusan urusan agama, atau menunaikan beberapa tugas khusus yang tidak dapat di tunaikan atau di sempurnakan penunaianya kecuali dalam keadaan sendiri.
            Mereka telah menjadikan hukum ini umum sehingga mereka mengatakan, apabila pemilik majlis mengatakan kepada siapa yang ada di majlisnya “ Berdirilah kamu “ maka sebaiknya kata kata itu di ikuti.
            Tidak selayaknya orang yang baru datang menyuruh berdiri kepada seseorang, lalu dia duduk di tempat duduknya, sebab telah di keluarkan oleh Al- Bukhari, Muslim dan At- Tirmizi dari Ibnu Umar bahwa rasuullah saw. Mengatakan :

“ Janganlah seseorang menyuruh berdiri kepada orang lain dari tempat duduknya. Akan tetapi lapangkanlah dan longgarkanlah”

            Allah meninggikan orang orang mukmin dengan mengikuti perintah perintahnya dan perintah rasul khususnya orang orang yang berilmu di antara mereka derajat derajat yang banyak dalam hal pahala dan tingkat tingkat keridaan
            Ringkasnya, sesungguhnya wahai orang mukmin, apabila salah seorang di antara kamu memberikan kelapangan bagi saudaranya ketika saudaranya itu datang, atau jika ia di suruh keluar lalu ia keluar maka hendaklah ia tidak menyangka sama sekali bahwa hal itu mengurangi  haknya. Bahwa yang demikian merupakan peningkatan dan penambahan bagi kedekatanya di sisi tuhanya. Allah Taala tidak akan menyia nyiakan yang demikian itu. Tetapi dia akan membalasnya di dunia dan di akhirat. Sebab barang siapa yang tawahdu kepada perintah allah, maka allah akan mengangkat derajat dan menyiarkan namanya..
            Allah mengetahui segala perbuatanmu. Tidak ada yang samar baginya siapa yang taat dan siapa yang durhaka di antara kamu. Dia akan membalas kamu semua dengan amal perbuatanmu orang yang berbuat baik di balas dengan kebaikan, dan orang yang berbuat buruk akan di balasnya dengan apa yang pantas baginya, atau di ampuninya[6]
3.      Tafsir Al azar
            Pokok hidup ini adalah iman dan pokok pengiring nya  adalah ilmu. Iman tidak di sertai ilmu dapat membawa dirinya terperosok  mengerjakan pekerjaan yang di sangka menyebah allah. Padahal mendurhakai allah  sebaliknya orang yang berilmu saja tidak di sertai atau yang tidak membawanya kepada iman maka ilmunya itu dapat memahayakan dirinya sendiri maupun  bagi manusia  ilmu manusia tentang tenaga atom misalnya, alangkah penting ilmu itu, itu kalu di sertai iman karena dia akan membawa faedah yang besar bagi seluruh perikemanusiaan tetapi ilmu itu pun dapat di pergunakan orang untuk memusnahkan sesamanya manusia karena jiwwanya tidak di kontrol oleh iman kepada allah[7]
4.      Al Lubab
Ayat 11 memberi salah satu tuntunan bagaimana  memjalin hubungan harmonis. Ayat ini menyeru kaum beriman bahwa apabia di katakan kepada kamu oleh siapapun “ berupayalah dengan sungguh sungguh, walu dengan memaksakan diri untuk memberi tempat orang lain dalam majlis majlis, baik tempat duduk maupun bukan untuk duduk maka lapangkanlah tempat itu dengan suka rela agar kamu dapat berbagi dengan orang lain. Jika itu kamu lakukan niscaya alllah swt melapankan segala sesuatu bagi kamu dan hidup ini dan apabila di katakan ‘’berdirilah ketempat lain atau duduki tempatmu oleh orang yang lebih wajar” atau bangkitlah untuk melakukan sesuatu sperti untuk shalat dan berjihad maka berdiri dan bangkitlah. Allah swt akan meninggikan derajat orang orang beriman di antara kamu, wahai yang memerkenankan tuntunan ini dengan orang orang yang di beri ilmu pengetahuan. Peninggian dengan beberapa derajat kemuliaan  di dunia dan di akhirat. Allah swt maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan sekarang dan masa datang[8]

F.      Keutamaan beriman dan berilmu
 Allah akan mengangkat kedudukan orang berilmu  di bandingkan dengan orang yang hanya sekedar beriman tapi tanpa ilmu. Karena dengan ilmu, orang yang lebih mudah memahami dan menguatkan ketaqwaan kepada allah. Sementara orang yang hanya beriman akan mudah tergoyang keimanannya jika tidak di sertai dengan ilmu terutama dengan ilmu agama. Perlu di ketahi Ilmu  lebih berharga  di bandingkan dengan harta. Terutama bagi pencari ilmu, ilmu akan menjadikan dan membawa seseorang  selalu di jalan allah ta’ala dan menemaninya ketika di dunia sampai di hantarkannya
kedalam kubur  serta membawanya kepada tempat yang di rindukan yaitu surga. Ilmu juga akan membawa keutamaan orang yang berilmu.

PENUTUP
BAB III


      Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa Qs. Almujadalah ayat 11 , memberikan gambaran tentang perintah bagi setiap manusia untuk menjaga adab sopan santun dalam suatu majlis pertemuan dan adab sopan santun terhadap rasullulah saw,dan menerangkan tentang keutamaan orang berilmu yang akan di angkat derajatnya oleh allah.
      Demikian  makalah ini di susun dengan segala kemampuan dan keterbatasan penulis maka dari itu kritik dan saran selalu di harapkan, semoga dengan adanya makalah ini mudah di pahami dan bermanfaat di masa yang akan datang





















Daftar pustaka



Purwanto,Agus. 2008. Ayat Ayat Semesta Sisi Sisi Alquran Yang Terlupkan, Bandung : PT Mizan Pustaka.
Qardhawi, Yusuf. 1999. Al Aqlu wal-ilmu filquranilkarim, Jakarta: Gema Insani Press.
Almaragi, Ahmad mustafa.1993. tafsir al maraghi, semarang: PT karya toha semarang.
Dr. Hamka,Tafsir Al azhar, jakarta : PT Pustaka panjimas
Shihab, M Quraish.2012 Al lubab,Tanggerang : Lentera Hati. .
Shihab, M Quraish. “TAFSIR AL-MISHBAH”, (Jakarta: Lentera Hati.





















PROFIL

Nama         : Muhammad Agus Alawi
Nim           : 2117018
Alamat      : Temukerep, Larangan Brebes
Fakultas     : Tarbiyah
Jurusan      : Pendidikan Agama Islaam
Pendidikan
 - MI Munawirussibyan Temukerep
 - MTS Ma’arif NU 11 Temukerep
 - SMK Syafi’i Akrom Pekalongan
Motto Hidup :  MAN JADDA WA JADA




[1]Agus Purwanto,Ayat Ayat Semesta Sisi Sisi Alquran Yang Terlupkan, (Bandung : PT Mizan Pustaka,2008) hlm.
[2] Yusuf Qardhawi,Al Aqlu wal-ilmu filquranilkarim,(Jakarta: Gema Insani Press, 1999) hlm
[3] Ahmad mustafa Almaragi,tafsir al maraghi,(semarang: PT karya toha semarang 1993) hlm 23
[4] M. Quraish Shihab, “TAFSIR AL-MISHBAH”, (Jakarta: Lentera Hati, 2006) hal. 78
[5] M. Quraish Shihab, “TAFSIR AL-MISHBAH”, (Jakarta: Lentera Hati, 2006) hal. 79-78
[6] Ahmad mustafa Almaragi,tafsir al maraghi,(semarang: PT karya toha semarang 1993) hlm 24 - 25
[7] Dr. Hamka,Tafsir Al azhar, ( jakarta : PT Pustaka panjimas) hlm 31
[8] M.Quraish shihab, Al lubab,(Tanggerang : Lentera Hati 2012) hlm 201


Tidak ada komentar:

Posting Komentar