Laman

Kamis, 06 September 2018

TT L B1 SIFAT ORANG YANG BERILMU (QS. Fathir : 28)


KARAKTERISTIK ORANG YANG BERILMU
(SIFAT ORANG BERILMU)
(QS. Fathir : 28)


Hayatun Thoyyibah
NIM 2117338) 
Kelas : L

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
TAHUN 2018





I.         PENDAHULUAN
Islam sebagaimana dijelaskan dalam Alquran memposisikan ilmu dan para ilmuwan di tempat yang terhormat. Ini tidak terlepas dengan fungsi dan peran ilmu. Ilmu jelas merupakan modal dasar bagi seseorang dalam memahami berbagai hal baik terkait urusan duniawi maupun ukhrawi. Salah satu bukti nyata kemuliaan ilmu dalam Islam adalah ayat pertama yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad yang berhubungan dengan ilmu yakni dalam surat AlAlaq ayat 1-5
Islam memandang mulia ilmu dan bagi mereka yang berilmu. Di dalam Alquran orang-orang yang berilmu dijanjikan derajat yang tinggi, namun tidak ada perincian tentang bagaimana karakteristik orang berilmu yang diangkat derajatnya tersebut. Kompleksitas penafsiran terhadap ayat-ayat Alquran menyangkut masalah metode dan karakteristik karena dilatarbelakangi oleh konsep pemikiran dan pendidikan yang berbeda-beda dari para mufassir berpengaruh pada spesifikasi kedudukan orang berilmu dalam Alquran.

II.      RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana sifat/karakter manusia ?
B.     Apa dalil sifat orang yang berilmu ?

III.   PEMBAHASAN
A.    Sifat / karakter manusia
Manusia adalah makhluk pilihan yang dimuliakan oleh Allah dari makhluk ciptaanNya yang lainnya, dengan segala keistimewaan yang ada pada manusia, seperti akal manusia yang mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, kemudian memilihnya. Allah SWT menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya cipta (ahsanutaqwim), dan menundukkan alam semesta baginya agar dia dapat memakmurkan dan memelihara kemudian melestarikan keberlangsungan hidup di alam semesta ini. Dengan hatinya manusia dapat memutuskan sesuatu sesuai dengan petunjuk Robbnya, dengan raganya, diharapkan aktif untuk menciptakan karya besar dan tindakan yang benar, hingga ia tetap pada posisi kemuliaan yang sudah diberikan Allah kepadanya seperti ahsanu taqwim, ulul albab, rabbaniun dan lai-lain. Maka, dengan semua sifat kemuliaan dan semua sifat insaniah yang ada dengan kekurangan dan keterbatasan, Allah SWT menugaskan misi khusus kepada umat manusia untuk menguji dan mengetahui mana yang jujur, beriman dan dusta dalam beragama.
Imam al-Ghazali menyatakan, “Ketahuilah, manusia dalam mencari ilmu berada dalam tiga keadaan. Pertama, orang yang mencari ilmu sebagai bekal kembali kepada Allah, tidak menghendaki selain ridha-Nya dan (kebahagiaan) negeri akhirat, maka inilah orang yang beruntung. Kedua, orang yang mencari ilmu untuk membantu kehidupannya yang sesaat (pragmatis), demi memperoleh kemuliaan, pangkat, dan harta. Ketiga, orang yang dikendalikan oleh setan sehingga menjadikan ilmunya sebagai sarana untuk menumpuk harta, mengejar pangkat, berbangga diri dengan banyaknya pengikut (di mana) ia memanfaatkan ilmunya untuk memasuki segala celah demi meraih dunia dan semua keinginannya.

B.     Dalil sifat orang berilmu
1.      Kata Ulama’ dalam Al Qur’an
Ulama’ memiliki status  yang sangat urgen dan posisi strategis dalam Islam, sehingga pembahasan yang berkaitan dengan ulama’ tidak luput dibahas dalam Al Qur’an, mulai dari suku katanya, sinonimnya sampai pada karakteristiknya.
Di dalam Al Qur’an kata Ulama’ disebutkan sebanyak dua kali, yaitu:
Pertama, disebutkan dalam QS. Fathir ayat 28 dengan kata al ulama’ yang diawali alif lam.
Artinya :
“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Yang dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah.
Kedua, disebutkan dalam QS. As Syu’ara’ ayat 197 dengan kata Ulama’ tanpa diawali alim lam tetapi disandarkan kepada kata setelahnya.
  
Artinya :
“Dan Apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa Para ulama Bani Israil mengetahuinya?”
Dua ayat yang menyebutkan secara sharih kata Ulama’ diatas memiliki status gramatikal bahasa Arab yang sama yaitu keduanya sebagai ma’rifat (khusus maknanya).
Kata Ulama’ memiliki sinonim tidak sedikit yang disebutkan dalam Al Qur’an diantaranya :
a.    Al Alimun
b.    Ulul Albab
c.    Ulul Abshar
d.   Ulun nuha
e.    Ulul ilm
f.     Utul ilm
Keutamaan orang-orang yang berilmu (ilmuwan) dibanding lainnya diperkuat oleh hadist Nabi dari Mu’adz; "
 فضل العامل على العابد كفضل القمر ليلة البدر على سائر الكواكب
Artinya :
“Keutamaan orang alim atas hamba (lainnya) adalah seperti kelebihan bulan purnama atas bintang-bintang”. (H.R Abu Daud, Turmudzi, Nasa’i , dan Ibn hibban)
Bahwasannya Allah tidak menyamakan antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Orang yang berilmu dikatakan sebagai orang yang memiliki pandangan sedangkan orang yang tidak berilmu dikatakan sebagai orang yang buta, dan tentunya keduanya ini tidaklah sama. Allah menyebutkan dalam Alquran yang artinya “Dan tidaklah sama antara orang yang buta dengan orang yang melihat”. Artinya bahwa dengan adanya ilmu seseorang tidak akan mudah tersesat dan tenggelam ke dalam kegelapan karena ilmu merupakan cahaya.

IV.   PENUTUP
Demikian apa yang dapat disajikan oleh penulis, semoga dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya. Tentu masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam makalah yang singkat ini, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.






LAMPIRAN :
1.      DAFTAR KEPUSTAKAAN
Digilib.uinsgd.ac.id
2.      BIODATA
Nama                           : Hayatun Thoyyibah
NIM                            : 2117338
Prodi                           : PAI L
Riwayat pendidikan :
a.       MIS Wonoyoso
b.      MTsS Wonoyoso
c.       MAS SimbangKulon
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar