Laman

Kamis, 18 Oktober 2018

TT B G2 SUBYEK PENDIDIKAN HAKIKI (KARAKTER ALLAH SEBAGAI PENDIDIK)


SUBYEK PENDIDIKAN HAKIKI
(KARAKTER ALLAH SEBAGAI PENDIDIK)
QS AL FATIHAH, 1: 1-4
Rokhana Hayati
NIM. (2117177) 
Kelas : B

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018



KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT karena limpahan rohmat serta anugerah darinya sehingga saya mampu untuk merampungkan makalah dengan judul “SUBYEK PENDIDIKAN “HAKIKI” DAAM QS AL FATIHAH 1: 1-4
(KARAKTER ALLAH SEBAGAI PENDIDIK)” ini. Sholawat dan salam selalu kita ucapkan dan curahkan untuk junjungan nabi agung kita, Nabi Muhammad SAW yang sudah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua, sebuah petunjuk paling benar yakni syariah agama islam yang sempurna dan satu satunya karunia paling besar kepada seluruh alam semesta.
Penulis benar-benar berterima kasih sebab mampu menyelesaikan makalah yang termasuk dari tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi Selain itu, kami menyampaikan terima kasih yang banyak terhadap seluruh pihak yang sudah membantu saya selama berlangsungnya penyelesaian makalah sampai bisa terselesaikan makalah ini.
Begitulah yang bisa saya  haturkan, saya berharap supaya makalah ini bisa berguna kepada setiap pembaca. Kami menyadari dengan sangat, bahwa makalah yang kami tulis ini masih banyak kekurangannya.

Senin, 18  Oktober 2018

Penulis            



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG................................................................................................... 4
B.  RUMUSAN MASALAH............................................................................................... 4
C.  TUJUAN MASALAH................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A.  KARAKTER PENDIDIK............................................................................................. 5
B.  DALIL KARAKTER ALLAH SEBAGAI PENDIDIK.............................................. 8
C.  AL ‘ASMA ‘AL HUSNA............................................................................................ 12
BAB III PENUTUP
KESIMUPULAN.............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Mendidik adalah suatu tugas dan  kewajiban para orang tua dalam lingkungan keluarga, pendidikan dilingkungan sekolah, maupun dalam lingkungan masyarakat. Dalam lingkungan manapun dan situasai apapun, seorang pendidik dituntut untuk membuat peserta didik mampu menyerap dan memahami pengajaran yang disampaikan. Selain itu, pendidik juga harus memiiliki karakter sebagai pendidik untuk menjadi modal utama untuk tercapainya tujuan tersebut, karena tanpa memiliki karakter pendidikan tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan.
Karakter pendidik juga dimiliki oleh Allah SWT. Karakter Allah sebagai pendidik telah di jelaskan dalam salah satu surat dalam Al-Qur’an dan juga asma-asma Allah dalam Al ‘Asma Al Husna. Untuk mengetahui apa saja karakter seorang pendidik, dan karakter Allah sebagai pendidik akan dijelaskan dalam makalah ini.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana karakter pendidik?
2.      Apa saja dalil karakter Allah sebagai Pendidik?
3.      Jelaskan apa itu Al ‘asma al husma?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui krakter pendidik
2.      Untuk mengetahui dalil karakter Allah sebagai pendidik
3.      Untuk mengetahui apa itu Al ‘Asma Al Husma





BAB II
                                        PEMBAHASAN
A.    Karakter pendidik
Dalam segi bahasa pendidik adalah orang yang mendidik, dari segi pengertian ini timbul kesan bahwa pendidik ialah orang yang melakukan melakukan kegiatan dalam hal mendidik. Dalam bahasa inggris ditemui beberapa kata yang mendekatai maknanya dengan pendidik. Kata –kata tersebut seperti teacher yang berarti guru atau pengajar, dan tutor yang berarti guru pribadi atau guru yang dirumah. Dalam bahasa Arab dijumpai kata Ustadz, Mudarrist, Mu’allim dan Muad’dib. Kata ustadz jama’nya Asaatidz yang berarti teacher atau guru, proffesor (gelar akademik atau jenjang bidang intelektual), penulis, dan penyair. Sementara kaa mudarris berarti teacher (guru), instrucrur (pelatih), dan lecturer (dosen). Selanjutnya kata Muallim yang berarti teacher (guru) trainer ( pemandu). Kemudian kata Muad’dib berarti Educator(pendidik) atau teacher in Quranic School (guru dalaam lembaga pendidikan alquran).[1]
Allah SWT sebagai pendidik utama untuk menginginkan umat manusia menjadi baik dan hidup dengan bahagia baik di dunia maupun diakhirat. Oleh karena itu mahluknya harus memiliki bekal berupa etika dan pengetahuan. Untuk mencapai tujuan tersebu, Allah AWT mengutus para Nabi-Nya sebagai perantara hidayah untuk patuh dan tunduk kepada-Nya dan menyampaikan ajaran kepada semua makhluk manusia.
Firman Allah
Sesungguhnya Allah tellah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab  dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (WS Ali Imran [3];164).
Dari berbagai ayat al-Quran yang menerangkan tentang kedudukan Allah SWT  sebagai pendidik dapat dipahami bahwasannya Allah SWT memiliki pengetahuan yang sangat luas dan ini merupakan isyarat bagi makhluknya bahwasanya seorang pendidik haruslah sebagai peneliti yang memiliki penemuan0penemuan baru. Sifat yang dimiliki Allah SWT yang lainnya adalah maha pemurah yang artinya Allah SWT tidak kikir tentang ilmu-Nya.
 Didalam Buku mencetak Generasi Rabbani disebutkan sepuluh karakter yang harus dimiliki oleh pendidik dalam  pendidikan adalah :
1.      Ikhlas
Rawatlah dan didiklah dengan penuh ketulusan dan niat ikhlas semata-mata mengharap keridhaan Allah Ta’ala. Cangkangkan niat semata-mata untuk Allah Ta’ala dalam seluruh aktivitas edukatif, baik berupa perinta, larangan, nasehat, pengawasan maupun hukuman
2.      Bertakwa
Hiasi diri anda dengan ketakwaan, sebab, pendidik adalah contoh dan panutan sekaligus penanggung jawab pertama dalam pendidikan anak berdasarkan iman dan islam.
3.      Berrilmu
Sebuah keharusan bahwa kedua orang tua harus mempunyai perbekalan ilmu yang memadai. Orang tua harus konsep-konsep dasar pendidikan dalam islam. Mengetahui halal dan haram, prinsip-prinsip etika islam serta memahami secara global peraturan-peraturan dan kaidah-kaidah syari’at islam.
4.      Bertanggung jawab
Memiliki rasa tsnggung jawab yang besaar dalam pendidik.
5.      Sabar dan Tabah
Dua difat ini mutlak dibutuhlkan oleh setiap pendidik. Debab dalam prses pendidikan tentu sangat banyak tantangan dan ujian.
6.      Lemah lembut dan tidak kasar
Sifat lemah lembut ini akan membuat seseorang (peserta didik) menjadi nyaman dan lebih udah menerima pengajaran.
7.      Penyayang
Perasaan sayang ini yang akan menjadi penghangat suasana dan menjadi proses pengajaran menjadi nyaman dan menyenangkan.
8.      Lunak dan Fleksibel
Lunak dan fleksibel bukan maksudnya lemah dan tidak tegas. Namun harus dipahami secara luas dan enyeluruh. Maksudnya disini lebih mengarah pada sikap mempermudah urusan dan tidak pempersulitnya.
9.      Tidak mudah marah
Sifat mudah marah merupakan bagian dari sifat negative dalam pendidikan. Jika seorang pendidik mampu mengendalikan diri dan menahan amarahnya, maka hal itu akan membawakeberuntungan bagi dirinya dan peserta didiknya
10.  Dekat namun berwibawa
Pendidik yang sukses adalah pendidik yang benar-benar dekat dihati peserta didik. Mereka selalu merindukannya mereka erasa gembira dan bahagia bersamanya. Ya, pendidik yang mengasihi dan dikasihi. Peserta didik buksn tskut padanya, namun mereka sayang, hormat dan segan melanggar perintah dan kata-katanya. [2]
B.     Dalil Karakter Allah Sebagai Pendidik
QS. Al-Fatihah 1: 1-4
Artinya:
1.      Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
2.      Segala pujia bagi Allah, Tuhan semesta alam
3.      Yang maha Pemurah lagi Maha Penyayang
4.      Yang menguasai hari pembalasan[3]
Tafsir Ayat
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Kalimat basmalah tersebut bermakna: “ Aku memulai bacaanku ini seraya memohon berkah dengan menyebut seluruh nama Allah.” Idiom “nama Allah” berarti mencakup semua nama di dalam Asmaul Husna. Seorang hamba harus memohon pertolongan kepada Tuhannya. Dalam pemohonannya itu, ia bisa menggunakan salah satu nama Allah yang sesuai dengan permohonannya. Permohonan pertolongan yang paling agung adalah dalam rangka ibadah kepada Allah. Dan yang paling utama lagi adalah dalam rangka membaca kalam-Nya, dan meminta petunjuk-Nya melalui kalam-Nya.[4]
     Allah adalah Dzat yang harus disembah. Hanya Allah yang berhak atas cinta, rasa takut, pengharapan, dan segala bentuk penyembahan. Hal itu karena Allah memiliki semua sifat kesempurnaan, sehingga membuat seluruh makhluk semestinya hanya beriadahdan menyembah kepada-Nya. [5]
Segala pujia bagi Allah, Tuhan semesta alam
     Ayat ini merupakan pujian kepada Allah karena Dia memiliki semua sifat kesempurnaan dan karena telah memberikan berbagai kenikmatan, baik lahir maupun batin; serta baik bersifat keagamaan maupun keduniawian. Didalam ayat itu pula, terkandung perintah Allah kepada para hamba untuk memuji-Nya. Karena hanya Dialah satu-satunya yang berhak atas pujian. Dialah yang menciptakan seluruh makhluk di alam semesta. Dialah yang mengurus segala persoalan makhluk. Dialah yang memelihara semua makhluk di alam semesta. Dialah yang mengurus segala segala persoalan makhluk. Dialah yang memelihara semua makhluk dengan berbagai kenikmatan yang Dia berikan. Kepada makhluk tertentu yang terpilih , Dia berikan kenikmatan berupa iman dan amal saleh.
Yang maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Kedua kata tersebut adalah kata sifat yang berakar pada satu kata, yaitu arrahman. Secara bahasa, kata rahmat berarti kasih di dalam hati yang mendorong timbulnya perbuatan baik. Makna bahasa ini kurang tepat untuk menggambarkan sifat Allah. Karena itulah, para ulama lantas lebih sepakat untuk menyatakan bahwa kasih sayang adalah sifat yang ada dalam Dzat Allah. Kita tidak mengetahui bagaimana hakikatnya. Kita hanya menyadari efek dari sifat kasih sayang-Nya, yaitu berupa kebaikan.
     Banyak para ulama membedakan antara makna ar-Rahman dan ar-Rahim. Sifat ar-Rahman merupakan sifat kasih sayang Allah yang memberikan kenikmatan kepada seluruh makhluk-Nya. Sedangkan ar-Rahim adalah sifat kasih Allah yang memberikan kenikmatan yang bersifat khusus untuk orang mukmin saja. Sebagian ulama lain menyatakan bahwa ar-Rahman merupakan sifat kasih sayang Allah yang memberikan kenikmatan yang bersifat umum. Sedangkan sifat ar-Rahim merupakan sifat kasih Allah yang memberikan kenikmatan yang bersifat khusus.[6]
Yang menguasai hari pembalasan
Dalam ayat ini, terdapat dua macam qiraat. Ashim, al-Kisa’i dan Ya’qub membacanya dengan huruf mim tidak dibaca panjang (mad). Sedangkan para qari yang lain membacanya dengan huruf mim tidak dibaca panjang (mad). Meski bisa dibaca dengan dua cara, kata tersebut memiliki makna yang sama. Sebagian ulama menyatakan bahwa kata al-Maalik atau al-Malik. Bermakna Yang Maha Kuasa untuk menciptakan seuatu dari tidak ada menjadi ada. Tidak ada mampu melakukan hal itu kecuali Allah SWT. [7]
     Menurut ibnu Abbas, Muqatil, dan as-Sadi, ayat tersebut berarti “yang memutuskan di hari perhitungan.” Menurut Qatadah, kata ad-din berarti pembalasan. Dalam hal ini, pembalasan berlaku atas semua kebaikan dan keburukan. Sedangkan menurut Muhammad bin Ka’ab al-Qarzhi, ayat tersebut bermakna “yang menguasai hari ketika tidak ada lagi yang bermanfaat kecuali agama.” Menurut pendapat lain, kata ad-din berarti hari ketaatan.[8] Saat itu, hanya ketaatan hamba kepada Tuhan yang menyelamatkannya  dari siksaan neraka.
Menurut Al-Maraghi dalam penafsiran adalah sebagai berikut:
Dua kata ini brasal dari kata Rahman: artinya suatu gejolak jiwa yag hidup dengan perasaan kasih sayang terhadap lainnya. Kemudian, kata ini di pakai untuk Allah berarti Allah bersifat Rahman dan Rahim.
Kata Rahman, pengertiannya menunukkan kepada zat yang menunjukkan bukti-bukti Rahmah-berupa kenikmatan-kenikmatan dan kebajikan-kebajikan. Sedangkan kata Rahim menunjukkan sumber rahmah, dan Rahim menunjukkan sifat tetap ada pada Allah.
Apabila Allah disifati dengan sifat Rahman. Hal ini dipahamkan secara bahasa bahwa Allah pemberi kenikmatan. Tetapi sifat Rahman ini tidak bisa di pahamkan wajib baginAllah untuk selamanya. Tetapi jika setelah  sifat rahman itu Allah disifati dengan sifat Rahim, maka sapat diketahui bahwa Allah mempunyai sifat yang tetap selamanya, yakni Rahim. Sebagai bukti adalah kasih sayang yang berlaku selama-lamanya. Kedua sifat ini pun mempunyai pengertian lain dengan yang dinisbatkan kepada makhluk.[9]
C.    Al ‘Asma Al Husna
Asma ‘ul husna menurut etimologi berasal dari berasasal dari kata al-asma dan al-husna, al-asma yang berarti nama sedangkan husna merupakan muannasst dari al-Ahsan beraarti baik. Jadi, al-asma’ al-husna yaitu nama-nama yang baik. Menurut Istilah yakni Allah memiliki asma-asma yang baik yang sembilan puluh sembilan sebagaimana disebutkan dalam hadist. Selain itu menurut Quraisy Shihab asma’ul husna memiliki suatu pegertian, yaitu dengan meningkatkan bahwa ada fitrah insting keberagamaan dalam diri seorang insan. Disana tertampung berbagai emosi manusia seperti rasa takut, harap, cemas, cinta, kesetiaan, penanggungan, pensucian diri dari berbagai macam lainnya yang mengiasi jiwa manusia.[10]
Salah satu nama Allah yang baik adalah ar-Rahman dan ar-Rahim. Lafal ar-rahman dan ar-rahim menunjukan, Allah menyifati diri-Nya sedengan kasih dan sayang yang maha luas. Setelah kita mengetahui bahwa tidak ada seorang pun dan apapun yang memiliki sifat yang menyerupai kedua sifat-Nya  itu, karena rahmat-Nya ditaburkan kepada semua makhluk, dan tak ada satu makhluk  pun  yang tidak menerima rahmat walaupun sekejab mata, maka dapat kita memahami konsekuensi-konsekuensi makna yang timbul dari keduanya, yaitu sebagai berikut.
Pertama, kedua sifat tersebut menunjukkan kesempurnaan pada hidup Allah, pada kekuasaan, pada cakupan ilmu, pada keberlakuan kehendak, dan pada kebijaksanaan-Nya , karena rahmat-Nya terikat pada sifat-sifat tersebut secara khusus.
Kedua, bahwa syariat yang diturunkan Allah merupakan nur dan rahmat-Nya. Itulah sebabnya mengapa Alquran selalu mengaitkan dengan hukum-hukum syara’ dengan rahmat dan kebikan-Nya karena hukum-hukum syara’ merupakan efek dan penjabaran dari rahmat tersebut.[11]













BAB III
                                      PENUTUP
A.    Kesimpulan
Karakter seorang pendidik salah satunya adalah AR-RAHMAN dan AR-RAHIM yang artinya pengasih dan penyayang. Karakter tersebut juga dimiliki oleh Allah SWT hal itu terdapat dalam Al- Qur’an surat Al Fatihah ayat ke 3 yang artinya maha Pemurah lagi maha Penyayang  yang tafsirannya Kedua kata tersebut adalah kata sifat yang berakar pada satu kata, yaitu arrahman. Secara bahasa, kata rahmat berarti kasih di dalam hati yang mendorong timbulnya perbuatan baik. Makna bahasa ini kurang tepat untuk menggambarkan sifat Allah. Karena itulah, para ulama lantas lebih sepakat untuk menyatakan bahwa kasih sayang adalah sifat yang ada dalam Dzat Allah. Kita tidak mengetahui bagaimana hakikatnya. Kita hanya menyadari efek dari sifat kasih sayang-Nya, yaitu berupa kebaikan. Selain di jelaskan dalam surat Al-Fatihah juga ada dalam Al ‘Asma Al Husna yaitu asma allha berupa Ar-Rahman dan Ar- Rahim.








DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman bin Nashir bin Sa’adi, 1422 H, Tafsir zl-Lathif al-Mannan fi
Khulash Tafsir al-Qur’an, Saudi Arabia: wizarah asy-syu’unal-Islamiyah waalAuqaf wa ad-Da’wah wa al-Irsyad al-Mamlakah al-Arrabiyyah as-Su’uddiyyah
Al-Husaini, Abu Muhammad bin Mas’ud al-Baghawi, Ma’alim at-Tanzil, 1997
Riyadh:  Dar ath-Thayyibah li an-Nasy wa at-Tauzi’, , juz 1
Al-Maraghi, Mustofa, Tafsir Al-Maraghi ,terj. Jilid 1, 1993, Semarang: Toha
Putra
Choiriyah  Ihsan & Abu Ihsan al-atsary, 2013 Mencetak Generasi Rabbani
,Bogor: Darul ilmi Publishing
Dahlan, Abd. Rahman, 2014,Kaidah-Kaidah Tafsir, Jakarta: Amzah
Rakhmat, Jalaluddin, 1993 Tafsir Bil Ma’tsur Pesan Moral Alqur’an,  Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Ramayulis, 2012 Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia,
Shihab, Quraish, Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam al-Qur’an, 2004
Jakarta: Lentera Hati,









LAMPIRAN
                    
      


BIODATA

Nama               :  Rokhana Hayati
TTL                 : Pekalongan, 14 Juli 1998
Alamat            : Ds. Kwasen Kec. Kesesi Kab. Pekalongan RT 01/ RW 03
Moto Hidup    : Sentuh masa depan dengan belajar
Riwayat Pendidikan:
TK PERTIWI DESA KWASEN
SDN 02 KWASEN
SMPN 2 KESESI
SMAN 1 KESESI
Sekarang masih menempuh pendidikan di IAIN PEKALONGAN



[1] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2012) hlm 102
[2] Ummu Ihsan Choiriyah & Abu Ihsan al-atsary, Mencetak Generasi Rabbani (Bogor : Darul ilmi Publishing, 2013) hlm. 47-59
[3] Jalaluddin Rakhmat, Tafsir Bil Ma’tsur Pesan Moral Alqur’an , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993) hlm. 13
[4] Abdurrahman bin Nashirbin Sa’adi, Tafsir al-Lathif al-Mannan fi Khulash Tafsir al-Qur’an,(Saudi Arabia: wizarah asy-syu’unal-Islamiyah wa al-Auqaf wa ad-Da’wah wa al-Irsyad al-Mamlakah al-Arrabiyyah as-Su’uddiyyah, 144 H, hlm. 10
[5] Ibid
[7] Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ud al-Baghawi, Ma’alim at-Tanzil, (Riyadh:  Dar ath-Thayyibah li an-Nasy wa at-Tauzi’, 1997), juz 1, hlm. 53
[8] Ibid.
[9] Mustofa  al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi ,terj. Jilid 1,(Semarang: Toha Putra,1993) hlm.1
[10] Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2004) hlm  xvii
[11]Abd. Rahman Dahlan, Kaidah-Kaidah Tafsir,( Jakarta: Amzah,2014), hlm. 6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar