Laman

Jumat, 26 Oktober 2018

TT B H2 SUBYEK PENDIDIKAN MAJAZI "NABI RAHMATAN LIL ALAMIN"


SUBYEK PENDIDIKAN MAJAZI
"NABI RAHMATAN LIL ALAMIN"
(Q.S. AL-ANBIYAA’, 21:107)
Fiki hidayah E.I
NIM. (2117191)
Kelas : B

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2018




PEMBAHASAN

A.    Hakikat Rahmat
Rahmat bermakna kasih, kasihan, peduoi, saling pengertian antar sesama, simpati, kemauan memaafkan. Secara morfologis, rahmat adalah masdar bagi kata kerja Rahima (mengasihi). Bentuk kata sifatnya, rahman dan rahim, dikatakan sebagai sifat- sifat yang melekat pada dzat atau Allah sendiri.
Surah Al-A’raf ayat 10, misalnya, memberikan gambaran bahwa Allah menempatkan manusiadi bumi ini dan membekalinya dengan segala sarana kehidupan. Tujuannya adalah supaya manusia bersyukur. Dengan ayat ini maka kita mendapat kesan bahwa segala rahmat Allah yang lain, yang ebrupa segala sarana hidup manusia, menjaditidak berarti ketika manusia menolak untuk hidup dengan Al-Qur’an. Disinilah kita melihat betapa Al-qur’an adalah sebuah rahmat. [1]

B.Dalil Nabi Muhammad SAW sebgai Rahmatan Lil Alamin.
Dan Tidaklah kami utus engkau, melainkan sebagai rahma bagi seluruh alam “ (Q.S. Al-Anbiya : 107)
Ayat yang lalu menegaskan bahwa al-qur’an merupakan peringatan atau bekal menuju kebahagian abadi serta kecukupan bagi siapa yang siap untuk menjadi pengabdi yag tulus kepada Allah swt. Kemudian dalam surat ini terdapat keistimewaan beliau yang merupakan rahmat di samping ajaran-ajaran yang beliau sampaikan dan terapkan.
1.      Tafsir Al-azhar
Untuk menafsirkan ayat ini syahid fi-sabilillah sayid Quthub beliau menuliskan :
“ sistem ajaran yang dibawa oleh nabi Muhammad saw, adalah sistem yang membawa bahagia bagi manusia seluruhnya, dan memimpinnya kepada kesempurnaan yang telah dijangkakan dalam hidup ini.
Rahmat dari risalat nabi Muhammad ini pula ialah keseimbangan diantara kesuburan rohani dan jasmani. Rahmatnya yang lebih penting ialah dengan adanya kemerdekaan berfikir, sehingga akal tidak takut dan akan maju. Diakui pula bahwa hasil pemikiran tidaklah selalu mesti, tepat, asal niat sejak dari permulaan berfikir tetap benar , yaitu mendekati benar. Rahmat dari risalat (missi) Muhammad ini pula ialah keseimbangan diantara kesuburan rohani dan jasmani.
Risalat yang dibawa nabi Muhammad ini selain dari membawa rahmat untuk kaumnya, mengeluarkan mereka dari lingkungan sempit hidup berkabilah menjadi suatu bangsa besar yang berperadaban, dia pun rahmat bagi seluruh isi alam.
Pokok ajaran islam itu ialah bahwa martabat manusia adalah kemuliaan yang hendak dicari hanya satu, yaitu kemuliaan disisi Allah, karena iman dan amal shalih. Begitulah manusia di dunia dalam sepanjang sejarahnya kian mendekati kebenaran risalat nabi Muhamad itu. [2]
2.      Tafsir Al-Misbah
Redaksi ayat ini sangat singkat, tetapi ia mengandung makna yang sangat luas. Hanya dengan lima kata yang terdiri dari dua puluh lima huruf termasuk huruf penghubungnya yang terletak pada awalnya ayat ini menyebutkan empat hal pokok. 1.) Rasul/ utusan Allah dalam hal ini Nabi Muhammad saw., 2.) yang mengutus beliau dalam hal ini adalah Allah., 3) yang diutus kepada mereka (al-amin), serta 4.) risalah, yang kesemuanya mengisyaratkan sifat-sifatnya, yakni rahmat yang sifatnya sangat besar, sebagaimana dipahami dari bentuk nakirah Dari kata tersebut. Ditambah lagi dengan menggambarkan ketercakupan sasaran dalam semua waktu dan tempat.
Rasul saw, adalah rahmat, bukan saja kedatangan beliau membawa ajaran, tetapi sosok dan kepribadian beliaulah rahmat yang dianugerahkan Allah swt. Kepada beliau. Ayat ini tidak menyatakan bahwa :” kami tidak mengutus engkau untuk membawa rahmat, tetapi sebagai rahmat atau agar engkau menjadi rahmat bagi seluruh alam.”    
Ketika menafsirkan firman-Nya dalam Q.S ali-imran:159 :
  Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah, engkau berlaku lembut- lembut terhadap mereka”
Penggalan ayat ini dapat menjadi salah satu bukti bahwa Allah swt. Sendiri yang mendidik dan membentuk kepribadian Nabi Muhammad saw. Pembentukan kepribadian Nabi Muhammad saw. Sehingga menjadikan sikap, ucapan, perbuatan, bahkan seluruh totalitas beliau adalah rahmat bertujuan mempersamakan totalitas beliau dengan ajaran yang beliau sampaikan karena ajaran beliau pun adalah rahmat menyeluruh dan, dengan demikian, menyatu ajaran dan penyampaian ajaran, menyatu risalah dan rasul.
Kata al’alamin telah dijelaskan bahwa kata alam dalam arti kumpulan sejenis makhluk Allah yang hidup, baik hidup sempurna maupun terbatas. Jadi, ada alam manusia, alam malaikat, alam jin, alam hewan, dan alam tumbuh- tumbuhan. Semua itu memperoleh rhmat dengan kehadiran Nabi Muhammad saw, membawa ajaran islam.

3.      Tafsir Al- Maraghi
Tidaklah kami mnegutusmu dengan membawa pelajaran ini dan yang serupa dengannya berupa syari’at dan hukum yang merupakan sumber kebahagiaan di dunia dan di akhirat, kecuali agar kamu menjadi rahmat dan petunjuk bagi manusia dalam urusan dunia dan akhirat mereka.
Hal ini dapat dijelaskan, bahwa Rasulullah saw, diutus dengan membawa ajaran yang mengandung kemaslahatan di dunia dan akhirat. [4]
4.      Tafsir Ibnu Katsir
Allah memeberitahukan bahwa Dia menjadikan Nabi Muhammad saw. Sebagai rahmat bagi semesta alam. Maksudnya Dia mengutusnya sebgai rahmat bagi mereka semua. Barangsiapa yang menerima rahmat ini dan mensyukuri nikmat ini, maka berbahagialah dia di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang mengingkari nikmat dan rahmat itu maka merugilah dia di dunia dan di akhirat.[5]
C. Pendidik Kasih Sayang
Kasih sayag merupakan pola hubungan yang unik diantara dua orang manusia atau lebih. Pola hubungan ini ditandai oleh adanya perasaan sayang, saling mengasihi, saling mencintai, saling memperhatikan dan memeberi. Pendidik yang mempunyai rasa kasih sayang terhadap anak didiknya tentunya akan selalu menjaga, melindungi, membimbing, mengajari, melatih, membantu dan memeberikan yang terbaik untuk anak didiknya.
Dalam proses pendidikan disekolah, peran orang tua digantikan oleh guru, sehingga dalam proses belajar mengajar diharuskan adanya pola hubungan pendidik yang dilandasi oleh kasih sayang pendidik kepada terdidik agar terjalin ikatan perasaan yang dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
Kasih sayang dalam pendidikan sangat penting untuk diterapkan akan tetapi dalam penerapan kasih sayang tersebut perlu adanya batasan- batasan tertentu, karena kasih sayang yang berlebihan dapat memeberikan dampak yang berlebihan. Sebagai pendidik yang baik, mereka harus mempersiapkan  sesuatu untuk masa depan anak- anak , mereka harus dididik supaya menjadi manusia yang tangguh dihari esok. Jangan biarkan mereka menjadi anak-anak yang tidak berdaya, lemah, dan selalu mengiba-iba uluran tangan orang lain.
Banyak peran yang yang semestinya dilakukan para pendidik, diantaranya
Ø  Pendidik sebsgai pembimbing
Ø  Pendidik sebagai pembentuk kepribadian.
Ø  Pendidik sebagai tempat perlindungan.
Ø  Pendidik sebagai figur tauladan.
Ø  Pendidik sebagai sumber pengetahuan.[6]




















DAFTAR PUSTAKA
 Hamka. 1982. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XVII .Jakarta: Pustaka Panimas.
Shihab Quraish.2002 Tafsir Al-Misbah.Jakarta: Lentera Hati.
 Mustafa Al-Maraghi Ahmad.1989. Tafsir Al-Maraghi.Semarang: PT Karya Toha Putra.

Nasib Ar-Rifa’i Muhammad. 1997.Tafsir Ibnu Katsir.Jakarta : Gerai Insani Perss.
https://ahmadhaes.wordpress.com/2009/08/25/hakikat-rahmat/&hl=id-ID. (diakses pada hari kamis, 25 oktober 2018, pada pukul 19.07)
http://www.teoripendidikan.com/2014/08/contoh-makalah-kasih-sayang-dalam.html?m=1. (diakses pada hari kamis, 25 oktober 2018, pukul 09.07).





BIODATA
Ø  Nama                                 : FIKI HIDAYAH EKA IRMIATI
Ø  Tempat Tanggal Lahir       : Pemalang, 11 september 1997
Ø  Asal Sekolah                     : 1. TK PERTIWI ASEMDOYONG
   2. SD N 01 ASEMDOYONG
3. MTs S SALAFIYAH SIMBANG KULON II
4. SMK PGRI 2 TAMAN









[1] https://ahmadhaes.wordpress.com/2009/08/25/hakikat-rahmat/&hl=id-ID. (diakses pada hari kamis, 25 oktober 2018, pada pukul 19.07)
[2] Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ XVII, (Jakarta: Pustaka Panjmas, 1982), hlm. 122-124.
[3] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm.132-135.
[4] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1989), hlm.130-131.
[5] Muhammad  Nasib Ar-Rifa’i, Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta : Gerai Insani Perss, 1997), hlm.333.
[6]http://www.teoripendidikan.com/2014/08/contoh-makalah-kasih-sayang-dalam.html?m=1. (diakses pada hari kamis, 25 oktober 2018, pukul 09.07).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar