Laman

Rabu, 31 Oktober 2018

TT C I1 Objek Pendidikan Langsung (direct) “Keluarga Sebagai Tumpuan Harapan”

Objek Pendidikan Langsung (direct)
“Keluarga Sebagai Tumpuan Harapan”
QS. At-Tahrim: 6
Ayu Kinasih Safitri
NIM. (2117222) 
Kelas : C

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang masih memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas ini.
            Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.


Pekalongan, 31 Oktober 2018



                                                                                    Penulis





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG................................................................................................... 1
B.  RUMUSAN MASALAH............................................................................................... 1
C.  METODE PEMECAHAN MASALAH........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.  HAKIKAT KELUARGA.............................................................................................. 3
B.  DALIL KELUARGA SEBAGAI TUMPUAN HARAPAN....................................... 4
C.  KELUARGA MADRASATUL ULA........................................................................... 6
BAB III PENUTUP
SIMUPULAN..................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 9

 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
   Alquran diyakini oleh umat Islam sebagai kalamullah (firman Allah) yang mutlak benar, berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran serta petunjuk tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia dan di akhirat nanti. Petunjuk Alquran tersebut berkaitan dengan berbagai konsep yang amat dibutuhkan oleh umat manusia dalam mengarungi kehidupannya di dunia dan di akhirat.
   Al-Qur’an berbicara tentang berbagai hal seperti akidah, Ibadah, Muamalah dan juga tentang pendidikan. Namun Alquran bukanlah kitab suci yang siap pakai, dalam arti berbagai konsep yang dikemukakan Alquran tersebut tidak langsung dapat dihubungkan dengan berbagai masalah. Ajaran ajaran Alquran tampil dalam sifatnya yang global, ringkas dan general.  Untuk dapat memahami ajaran Alquran tentang berbagai masalah tersebut mau tidak mau seorang harus melewati jalur tafsir sebagaimana telah dilakukan oleh para ulama.
   Dalam sebuah pendidikan tentunya terdapat sebuah subjek, objek dan sarana-sarana lain yang sekita sekiranya dapat membantu terselenggaranya sebuah pendidikan. Allah telah memerintahkan kepada Rasul yang mulia di dalam ayat-ayat yang jelas agar dia memberikan peringatan kepada keluarga dan sanak kerabat dulu. Kemudian kepada seluruh umat manusia agar tidak seorangpun yang berprasangka jelek kepada nabi keluarga dan sanak kerabatnya. Jika dia memulai dengan memberikan peringatan kepada keluarga dan sanak kerabatnya, maka hal itu akan lebih bermanfaat dan seruannya akan lebih berhasil. Allah juga menyuruh agar bersikap tawadhu kepada pengikut-pengikutnya yang beriman, bersikap baik kepada mereka, dan ikut menanggung kesusahan yang mereka mau menerima nasehat.
B. Rumusan Masalah
  1. Apa hakikat keluarga?
  2. Apa dalil keluarga sebagai tampuan harapan?
  3. Bagaimana keluarga sebagai Madrasatul Ula?

C.  Metode Pemecahan Masalah
            Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi literatur atau metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku atau dari referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas. Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan masalah yang akan dibahas dengan melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumber, dan penyintesisan serta pengorganisasian jawaban permasalahan.
D.  Sitematika Penulisan Makalah
            Makalah ini ditulis dalam 3 bagian meliputi:
Bab I, Pendahuluan yang terdiri dari: Latarbelakang Masalah, Rerumusan Masalah, Metode Pemecahan Masalahdan Sitematikapenulisan makalah.
Bab II, Pembahasan.
Bab III, Penutup yang terdiri dari Simpulan dan Saran-Saran.





  
BAB II
PEMBAHAN

A. Hakikat Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik.
4.  Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.[1]
Keluarga dalam pandangan Islam memiliki nilai yang tidak kecil. Bahkan Islam menaruh perhatian besar terhadap kehidupan keluarga degan meletakkan kaidah-kaidah yang arif guna memelihara kehidupan keluarga dari ketidak harmonisan dan kehancuran. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah batu bata pertama untuk membangun istana masyarakat muslim dan merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat mencetak generasi-generasi muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah di muka bumi.[2]
Tugas utama keluarga adalah untuk memenuhi kebutuhan jasmani, rohani dan sosial semua anggotanya, mencakup pemeliharaan dan perawatan anak-anak, membimbing perkembangan pribadi, serta mendidik agar mereka hidup bahagia. Dua komponen yang pertama yakni ayah dan ibu dapat dikatakan sebagai komponen yang sangat menentukan kehidupan anak, karena mereka merupakan pengasuh dan pendidik yang pertama dan utama bagi anak dalam lingkungan keluarga baik karena alasan biologis maupun psikologis.
Bagi keluarga anak merupakan anugrah dari Allah SWT yang mempunyai dua potensi yaitu bisa menjadi baik dan bisa pula menjadi buruk. Baik buruknya anak sangat erat kaitannya dengan pendidikan yang diberikan oleh kedua orang tuanya.
Nipan Abdul Halim mengemukakan beberapa tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh orang tua terhadap anaknya antara lain merawat dengan penuh kasih sayang , memberikan nafkah yang baik dan halal, serta mendidik dengan baik dan benar. Ketiga kewajiban dan tanggung jawab tersebut hendaklah dilakukan secara konsekuen dan harus dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan, serta dilaksanakan secara bersamaan dan berkesinambungan, mulai sejak anak berada dalam kandungan ibu sampai benar-benar dewasa.[3]
B. Dalil Keluarga sebagai Tumpuan Harapan
Dalam Islam orangtua bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu keimanan kepada Allah Swt. Fitrah ini merupakan kerangka dasar  operasional dari proses penciptaan manusia. Anak merupakan amanah dari Allah Swt yang diberikan kepada setiap orangtua, anak juga buah hati, anak juga cahaya mata, tumpuan harapan serta kebanggaan keluarga. Anak adalah generasi mendatang yang mewarnai masa kini dan diharapkan  dapat membawa kemajuan dimasa mendatang.
Dalil Keluarga sebagai tumpuan harapan terdapat dalam Q.S. At Tahrim ayat 6:
ﻳﺎﺃﻴﻬﺎ ﺍﻠﺬﻳﻥ ﺍﻤﻧﻮﺍ قوا ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ﻮ ﺃﻫﻠﻳﻜﻢ ﻧﺎﺮﺍ ﻮ ﻗﻮﺪﻫﺎ ﺍﻠﻧﺎﺲ ﻮ ﺍﻠﺤﺠﺎﺮﺓ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻤﻼﺌﻜﺔ ﻏﻼﻅ ﺸﺪﺍﺪ ﻻ ﻴﻌﺼﻮﻥ ﺍﷲ ﻣﺎ ﺃﻣﺮﻫﻢ ﻮ ﻴﻔﻌﻠﻮﻥ ﻤﺎ ﻴﺆﻣﺮﻮﻥ ﴿٦﴾
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu (dari) api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia (yang kafir) dan batu (yang disembah), yang diatasnya ada malaikat-malaikat yang kasar lagi keras yang mereka tidak mendurhakai Allah (terhadap) apa yang telah Dia perintahkan kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka.(QS. At-Tahrim: 6).[4]

Mufrodat QS. At-Tahrim: 6

يايها    :Wahai                          
الذين    : orang-orang yang
امنوا    : meraka beriman
قوا         : peliharalah
انفسكم   : diri kalian
واهليكم : dan keluarga kalian
نارا       : api/neraka
وقودها : bahan bakarnya
الناس    : manusia
والحجارة   : dan batu-batu
عليها          : atasnya
ملئكة          : malaikat
غلاظ          : yang kasar
شداد       : yang keras
لا               : tidak
يعصون     : mereka mendurhakai
الله              : Allah
ما               : apa yang
امرهم        : Dia perintahkan
ويفعلون    : dan mereka mengerjakan
ما                : apa yang
يؤمرون     : mereka diperintahkan


Secara kebahasaan, kata qu anfusakum terdiri dari dua suku kata, yaitu kata qu yang bentuk amr lil jama` (kata perintah bentuk plural) dari waqa` yang berarti jagalah oleh kalian, dan kata anfusakum yang berarti diri kalian.Dengan demikian, kata qu anfusakum dalam konteks ayat ini bermakna perintah untuk senantiasa menjaga diri dan keluarga dari sengatan api neraka. Secara kebahasaan, kata gilaz syidad terdiri dari dua suku kata, yaitu kata gilaz yang merupakan bentuk plural dari (banyak) dari kata galiz yang berarti keras, dan kata syidad yang merupakan bentuk plural dari kata syadid, yang berarti kasar. Dengan demikian, kata gilaz syidad dalam konteks ayat ini merupakan pendeskripsian sifat para malaikat penjaga neraka yang sangat keras dan kasar dalam menyiksa penghuni neraka.[5]
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan orang-orang yang beriman agar menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allah. Mereka juga diperintahkan untuk mengajarkan kepada keluarganya agar taat dan patuh kepada perintah Allah untuk menyalamatkan mereka dari api neraka. Keluarga merupakan amanat yang harus dipelihara kesejahteraannya baik jasmani maupun rohani. Diantara cara menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan shalat dan bersabar sebagai mana firman Allah : “dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya.” (Taha/20:132). “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat” (asy-Syu`ara/26:214).
Diriwayatkan bahwa ketika ayat ke-6 ini turun, “Umar berkata, “wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami dan bagaimana menjaga keluarga kami?” Rasulullah saw. menjawab, “larang mereka mengerjakan apa yang kamu dilarang mengerjakan dan perintahkan mereka melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Begitulah caranya menyelamatkan mereka dari api neraka. Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar dank eras yang pemimpinnya berjumlah Sembilan belas malaikat. Mereka diberi kewenangan mengadakan penyiksaan di dalam neraka. Mereka adalah para malaikat yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.”[6]
C. Keluarga : Madrasatul Ula
Seto Mulyadi menyatakan bahwa pendidikan yang sejati itu ada dalam keluarga karena pendidikan dalam keluarga pada dasarnya mengarah pada aspek individual. Singkatnya, keluarga memiliki peran penting pendidikan dalam proses internalisasi nilai-nilai agama dan moral pada manusia, khususnya pada anak usia awal. Namun, pendidikan moral seperti itu tidak boleh sesaat, tetapi dilakukan terus menurus hingga ia besar. Karena jika hanya mengandalkan disekolah, tidak mungkin, sebab ekolah hanya sebuah institusi yang bergerak pada proses pengajaran dalam aspek iptek, tetapi bagaimana etika dan estetikanya, hal itu bisa dilakukan melalui pendidikan dalam keluarga.
Jadi, pendidikan dalam keluarga jauh lebih penting perannya karena pendidikan keluaga mengarah pada individual anak secara mendalam. Dari keluarga, orang tua bisa mengetahui bakat, daya tangkap, perilaku, dan kemampuan anak. Pendidikan dalam keluarga itu istilahnya kurikulum untuk anak, tetapi jika di sekolah, anak untuk kurikulum. Institusi keluarga tentu tidak bebas dari berbagai dampak perubahan sosial dan tantangan yang ada di luarnya. Dalam kondisi seperti ini, keluarga dituntut harus kuat dan kompak. Tujuannya adalah menciptakan anak yang mandiri dan bisa bekerja sama. Untuk itu, dalam keluarga harus dibangun konsep kerjasama. Bukan konsep kekuasaan.[7]
Keluarga memiliki dampak yang besar dalam pembentukan perilaku individu serta pembentukan vitalitas dan ketenangan dalam benak anak-anak karena melalui keluarga anak-anak mendapatkan bahasa, nilai-nilai , serta kecenderungan mereka, keluarga bertanggung jawab mendidik anak-anak dengan benar dalam kriteria yang benar, jauh dari penyimpangan. Untuk itu dalam keluarga memiliki sejumlah tugas dan tanggung jawab. Tugas dan kewajiban keluarga adalah bertanggung jawab menyelamatkan faktor-faktor cinta kasih serta kedamaian dalam rumah, menghilangkan kekerasan, keluarga harus mengawasi proses-proses pendidikan, orang tua harus menerapkan langkah-langkah sebagai tugas mereka.
Fungsi lembaga pendidikan keluarga, yaitu keluarga merupakan pengalaman pertama bagi anak-anak, pendidikan lingkungan keluarga dapat menjamin kehidupan emosional anak untuk keluarga akan tumbuh sikap tolong menolong, tenggang rasa sehingga tumbuhlah kehidupan keluarga yang damai dan sejahtera, keluarga yang damai dan sejahtera, keluarga berperan dalam meletakkan dasar pendidikan agama dan social.
Selain itu keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama, dalam membentuk jati diri generasi penerus bangsa. Anak-anak yang dilahirkan dalam bingkai keluarga adalah asset utama penerus pembangunan nasional, yang oleh karenanya harus dicetak untuk memiliki karakter yang kokoh dan memiliki jati diri bangsanya. Perwarisan nilai-nilai budaya sangat tepat dilakukan di lembaga keluarga, karena pendidikan dalam keluarga merupakan modal dasar perkembangan kepribadian anak pada masa dewasanya.[8]








BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Keluarga merupakan unit lembaga sosial terkecil di masyarakat yang terbentuk melalui perkawinan yang sah biasanya terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang hidup di suatu tempat. Pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah keluarga, karena keluarga merupakan pendidikan yang pertama bagi anak. Dalam keluarga anak pertama-tama akan mendapatkan bimbingan, perkembangan, pertumbuhan mental maupun fisik dalam kehidupannya. Selain itu keluarga bagi anak merupakan suatu tempat yang paling strategis dalam mengisi dan membekali nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan oleh anak yang tengah mencari makna kehidupan. Di dalam keluarga, Orang tua harus memberikan suasana yang aman dan tentram yang meliputi rasa cinta dan simpati yang sebenarnya pada anak. Kebutuhan akan kasih sayang harus dipenuhi dan berkembang dengan baik.
Orang tua harus memberikan dasar-dasar moral bagi anak yang biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua sebagai keadaan yang dapat dicontoh anak. Biasanya tingkah laku, cara berbuat dan berbicara akan ditiru oleh anak, teladan ini melahirkan gejala identifikasi positif, yakni menyamakan diri dengan orang yang ditiru dan hal ini penting sekali dalam rangka pembentukan kepribadian.
B.  Saran saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan akalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.








DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. 2010. Al-Qur`an dan Tafsirnya. Jakarta : Departemen Agama RI.
http://bit.ly/2F1N62u diakses pada tanggal 30 Oktober 2018 pukul 17:28
http://blog.re.or.id/keluarga-dalam-pandangan-islam.htm diakses pada tanggal 29 Oktober 2018 pukul 16:20
Ihsan, Fuad. 2001. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
RifaiMoh. 1993. Terjemah/Tafsir Al Qur`anul KarimSemarang : Wicaksana.
SteveBiddulph. 2006. Mendidik Anak Dengan Cinta. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter. Yogayakarta: Pustaka Belajar.

 BIODATA

Nama                           : Ayu Kinasih Safitri
TTL                             : Pemalang, 19 Oktober 2000
Alamat                         : Kalirandu-Petarukan, Pemalang
Riwayat Pendidikan    : 1. MI Salafiyah Kalirandu    
                                      2. MTs Petarukan                  
                                      3. MAN Pemalang                


                [1] http://bit.ly/2F1N62u
                [3] Biddulph Steve,  Mendidik Anak Dengan Cinta, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006).
                [4] Moh. Rifai, Terjemah/Tafsir Al Qur`anul Karim(Semarang : Wicaksana, 1993), hlm. 1007
                [5] Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya, (Jakarta : Departemen Agama RI, 2010), hlm. 203-204
                [6] Ibid., hlm205
                [7]  Agus Wibowo, Pendidikan Karakter,  (Yogayakarta: Pustaka Belajar, 2012), hlm. 121-122
                [8] Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar