Laman

Sabtu, 06 Oktober 2018

TT D E1 TUJUAN PENDIDIKAN GENERAL "TUJUAN HIDUP"


TUJUAN PENDIDIKAN GENERAL
"TUJUAN HIDUP"
QS. Adz-Dzariyat 51:56
Ilham Maulana Azis
NIM. (2117103) 
Kelas D

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN

 
2018

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga makalah yang berjudul “Tujuan Pendidikan General” “Tujuan Hidup" menurut  "Qs. Adz-Dzriyat 51:56 ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya, keluarganya, dan sekalian umatnya hingga akhir zaman.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Ghufron, M.SI selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan tugas ini serta membantu memberikan motivasi dan masukan dalam penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, mungkin masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, penyusun berharap adanya kritik dan saran demi kesempurnaan. Semoga makalah ini bermanfaat. Aamiin.





Pekalongan, 5 oktober 2018


Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Terkadang manusia tidak mengerti akan tujuan hidup, sehingga manusia yang tidak mempunyai tujuan hidup maka hidup nya tak berarti apa-apa dan hidup nya asal-asalan dan hidupnya tidak menemukan esensinya hidupnya sendiri.
Makalah ini akan membahas tujuan hidup manusia yaitu tidak lain untuk beribadah menyembah kepada Allah. Namun demikian ilmu pengetahuan tentang ibadah haruslah dipahami secara benar, sehingga makna dan hakikat dari ibadah yang dijalankan itu tidak hilang atau habis.
Ibadah ialah segala hal yang baik disertai niatan ikhlas lillah baik yang berupa perkataan atau perbuatan, baik yang jelas atau yang tersembunyi , yang disukai dan diridhoi Allah dalam rangka mengharap pahala dari Allah.
B.     Rumusan Masalah
a.       Apa tujuan hidup dan kehidupan manusia ?
b.      Bagaimana dalil tujuan hidup manusia ?
c.       Perbedaan ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah ?
C.     Tujuan
a.       Mengetahui tujuan hidup dan kehidupan manusia
b.      Dapat memahami dalil tujuan hidup manusia
c.       Mengetahui ibadah mahdhah dan ghiru mahdhah

BAB II
PEMBAHASAN
A.                Tujuan Hidup Dan Kehidupan Manusia
Tujuan diciptakan manusia tidak lain untuk beribadah kepada allah. Penciptaan itu bukan sekedar main-main atau hal yang percuma. Dibalik penciptaan tersebut, allah mempunyai rencana yang sungguh-sungguh. Setiap makhluk diberi kesempatan untuk berkembang maju kea arah suatu tujuan yaitu ridha-Nya. Allah adalah sumber dan pusat segala kekuasaan dan kesempurnaan. Kemajuan yang kita capai tergantung kepada cara kita menempatkan diri sesuai dengan kehendaknya. Ini adalah sebail-baik ibadah kita kepada-Nya.[1]
Secara etimologis (lughowi), para ulama mengartikan ibadah dengan makna ketundukan yang lahir dari puncak kekhusyukan, kerendahan diri dan kepatuhan hanya kepada Allah SWT. Menurut al-imam abu qosim al-husain bin Muhammad bin mufadhdhal “ibadah adalah puncak dari kepatuhan dan kerendahan diri kepada allah”. Dan dalam makna umum ibadah meliputi semua yang disukai dan diridhai Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang maupun tersembunyi.[2]
Dalam kehidupan manusia, maka setiap perbuatannya dikatakan ibadah asal lillah, khusyuk, rendah diri dan patuh hanya kepada Allah SWT dan dalam kehidupan manusia tujuan ibadah kepada-Nya ialah:
1.                  Menjadi ‘Abdullah, hal ini merujuk pada ayat Alquran surat az-Zariyat: 56, yang bunyinya “tujuan utama penciptaan manusia ialah agar menusia beribadah kepada-Nya”. Karena tujuan beribadah dalam Islam bukan hanya membentuk kesalehan individual, tetapi juga kesalehan sosial, yang keduanya tidak dapat dipisahkan.
2.                  Sebagai Khalifah, merujuk pada surat al-Baqarah: 30, Yunus: 14, dan surat al-An’am: 165 yang berbunyi: “manusia diciptakan untuk diperankan sebagai wakil Tuhan di muka bumi”. Karena Allah Zat yang menguasai dan memelihara alam semesta, maka tugas manusia sebagai wakil Tuhan ialah menata dan memelihara serta melestarikan dan menggunakan alam ini dengan sebaik- baiknya.
3.                  Jika tujuan yang pertama dan kedua lebih difokuskan  pada  tanggung jawab individu, tujuan penciptaan yang ketiga ini menegaskan perlunya tanggung jawab bersama dalam menciptakan tatanan kehidupan dunia yang damai. Hal ini merujuk pada surat al-Hujurat: 13.[3]
Perlu kita ketahui juga untuk menggapai tujuan hidup maka manusia haruslah berilmu karena ilmu merupakan sarana untuk mengungkap, mengatasi, menyelesaikan dan menjawab persoalan yang sedang dihadapi dalam hidup dan kehidupan manusia, dan dalam mnuntut ilmu diartikan juga bribadah.[4]

B.                 Dalil Tujuan Hidup Manusia
Qs Adz-Dzariyat 51:56


Artinya :
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya beribadah kepada Ku”[5]
            Tafsir Al- Maraghi:
            Padahal aku tidaklah menciptakan mereka kecuali supaya kenal kepada ku. Karena sekiranya aku tidak menciptakan mereka niscaya mereka takkan kenal keberadaan-Ku dan keesaan-Ku. Penafsiran seperti ini ditunjukan oleh apa yang dinyatakan dalam sebuah hadist qudsi:
( كُنْتُ كَنْزًا مَخْفِيًّافَاَرَدْتُ اَنْ اُعْرَفَ فَخَلَقْتُ الْخَلْقَ فَبِى عَرَفُوْنِىْ )
Artinya :
“aku adalah simpanan yang tersembunyi. Lalu aku menghendaki supaya dikenal. Maka aku pun menciptakan makhluk. Maka oleh karena Akulah mereka mengenal aku.” 
Demikian kata mujadid dan begitu pula diriwayatkan dari mujadid, bahwa ayat ini adalah ; kecuali supaya Aku memerintahkan mereka dan melarang mereka. Tafsiran seperti ini ditunjukan oleh firman Allah Ta’ala :
Ayat at Taubah 9 ; 31
وَمَا اُمِرُوااِلاَّلِيعْبُدُوْااِلَهًاوَّاحِدًالاَاِلَه اِلاَّ هُوَسُبْحَنَهُ عَمَّ يُشْرِكُوْنَ
Artinya :
“Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”
Dan tafsiran seperti ini dipilih pula oleh Az-Zujjaj.
Sementara itu segolongan mufassir berpendapat bahwa arti ayat ini adalah, kecuali supaya mereka tunduk kepada-Ku, dan merendahkan diri. Yakni bahwa setiap makhluk dari jin atau manusia tunduk kepada keputusan Allah, patuh kepada kehendak-Nya, dan menuruti apa yang telah Dia takdirkan atasnya. Allah menciptakan mereka menurut apa yang Dia kehendaki, dan Allah memeberi rezeki kepada mereka menurut keputusan-Nya, tidak seorangpun di antara mereka yang dapat memberi manfaat maupun mudarat kepada dirinya sendiri.
Kalimat seperti ini merupakan penegasan bagi suruhan agar memberi peringatan, dan juga memuat alasan dari diperintahkannya memberi peringatan. Karena diciptakannya mereka dengan alasan tersebut menyebabkan mereka harus diberi peringatan yang menyebabkan mereka wajib ingat dan menuruti nasehat.[6]
            Tafsir Al-Azhar:
Inilah peringatan lanjutan dari ayat yang sebelumnya yaitu supaya Rasulullah saw meneruskan member peringatan sebab peringatan akan besar manfaatnya bagi orang yang beriman. Maka datanglah tambahan ayat 56 ini bahwa sanya allah menciptakan jin dan manusia tidak ada guna yang lainya melainkan buat mengabdi diri kepada Allah swt. Jika seseorang telah mengakui beriman kepada tuhan tidaklah dia akan mau jika hidupnya didunia ini kosong saja. Dia tidak boleh menganngur selama nyawa dikandung badan, manusia harus ingat tempo nya tidak boleh kosong dalam pengabdiannya. Seluruh hidup hendaklah dijadikan ibadah
Menurut riwayat dari Ali bin Abu Tolha, yang diterimanya dari Ibnu Abbas artinya untuk beribadah ialah mengakui diri adalah budak atau hamba dari Allah, tunduk menurut kemauan Allah, baik secara sukarela atau terpaksa, namun kehendak allah berlaku juga. Mau tidak mau hidup, mau tidak mau akan tua, mau tidak mau akan mati..
Oleh sebab itu ayat ini member ingat kepada manusia bahwa sadar atau tidak sadar dia pasti mematuhi kehendak tuhan. Maka jalan yang lebih baik bagi manusia ialah menginsafi kegunaan hidupnya sehingga dia pun tidak merasa keberatan lagi mengerjakan berbagai ibadah kepada tuhan.
Apabila manusia mengenal budi yang luhur niscaya dia mengenal apa yang dinamai berterima kasih. Pada orang yang menolong kita melepaskan dari mala petaka kita punnn segera mengucapkan terima kasih! Kita mengembara disatu padang pasir. Dari sangat jauh nya kita kehausan, air sangat sukar tiba-tiba disuatu tempat yang sunyi sepi kita bertemu satu orang yang menyuruh kita berhenti berjalan sejenak. Kitapun berhenti. Lalu dia bawakan seteguk air kitapun mengucapkan banyak-banyak terima kasih. Kita ucapkan terima kasih dengan merendahkan diri. Sebab kita merasa berhutang  budi kepada nya. Dan tidalah manusia ada manusia berada di dunia yang membantah keluhuran budi orang yang berterima kasih.
Maka bandingkanlah semuanya dengan anugerah ilahi bagi menjamin hidup kita sejak mulai lahir dari perut ibu sampai kepada masa habis tempo didunia ini dan kita menutup mata, tidaklah dapat dihitung dan dinilai betapa besar nikmat dan karunia allah kepada kita.
Disinilah tuhan menjuruskan hidup kita member kita pengarahan. Allah menciptakan kita jin dan mausia tidak untuk yang lain, hanya untuk satu macam tugas saja yaitu mengabdi dan beribadah. Beribadah yaitu mengakui bahwa kita ini hambanya, tunduk kepada kemauannya.
Ibadah itu diawali atau dimulai dengan iman yaitu percaya bahwa ada tuhan yang menjamin kita. Percaya akan adanya Allah ini saja sudah jadi dasar pertama dari hidup itu sendiri. Maka iman yang telah tumbuh itu wajib dibuktikan dengan amal yang sholeh yaitu perbuatan yang baik. Iman dan amal sholeh inilah pokok ibadah. Bila kita mengaku beriman kepada Allah niscaya kita akan percaya kepada Rasul Nya. maka pesan Allah ayang disampaikan oleh rasul itu kita perhatikan. Perintahnya kita kerjakan dan larangannya kita tinggalkan.
Maka dapatlah kita jadikan seluruh hidup kita ini ibadah kepada Allah sembayang lima waktu puasa bulan ramadhan, berzakat pada fakir miskin, adalah bagian kecil, sebagaian pematri dari seluruh ibadah yang umum itu semuanya kita kerjakan, karena kita iman kepanya kitapun beramal yang sholih, untuk faedah sesama manusia. Kalua tidak ini  yang kita kerjakan tidaklah ada artinya hidup kita yang terbatas didalm dunia ini.[7]

C.                Ibadah Mahdoh Dan Ghairu Mahdah
Ibadah dalam pandangan ilmu Fiqh ada dua yaitu ibadah mahḍoh dan ibadah ghoiru mahḍoh. Ibadah mahḍoh adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah bentuk, kadar atau waktunya seperti halnya sholat, puasa dan haji. Sedangkan ibadah ghoiru mahḍoh adalah sebaliknya, kurang lebihnya yaitu segala bentuk aktivitas manusia yang tidak ditentukan kadar dan waktunya namun diniatkan untuk memperoleh ridho dari Allah s.w.t. Dan sebenarnya makna yang kedua inilah yang lebih luas karena bisa menjangkau segala lini kehidupan manusia.[8]
Prinsip ibadah mahdah:
1.                  Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari Al-Qur’an maupun al-Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.
2.                  Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasulullah SAW. Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul saw.,maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara mengadaada, yang populer disebut bid’ah. Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka.
3.                  Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri‟. Shalat, adzan, tilawatul Qur’an, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.  
4.                  Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.
Prinsip ibadah ghoiru mahdah
1.                  Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah SWT dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan.  
2.                  Tata laksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah”, atau jika ada yang menyebutnya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid‟ah, maka bid‟ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadahmahdhah disebut bid’ah dhalalah.
3.                  Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika.Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, danmadharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
4.                   Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.[9]

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Tujuan hidup manusia ialah untuk beribadah kepada allah dengan ketundukan yang lahir dari puncak kekhusyukan, kerendahan diri dan kepatuhan hanya kepada Allah SWT. Dan dalam beribadah kepada allah haruslah manusia mempunyai ilmu nya untuk menggapai tujuan hidup yaitu mendapat ridho allah dan mendapat pahala. Jenis ibadah dibagi menjadi dua, pertama ibadah mahdah Ibadah mahḍoh adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah bentuk, kadar atau waktunya seperti halnya sholat, puasa dan haji dan kedua ibadah ghoiru mahḍoh adalah sebaliknya, kurang lebihnya yaitu segala bentuk aktivitas manusia yang tidak ditentukan kadar dan waktunya namun diniatkan untuk memperoleh ridho dari Allah s.w.t.

Saran
Semoga apa yang terdapat dalam materi ini  bisa bermanfaat bagi pembaca, kami sebagai penulis menyadari banyak kekurangan dalam materi yang kami sajikan segala. Maka dari itu tidak lupa kritik dan saran sangat di perlukan untuk suatu pembelajaran kedepannya. Atas masukan-masukannya saya ucapan terimakasih.













Daftar Pustaka
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa, 1974, Tafsir Al-Maraghi, Semarang: PT Karya Toha
Putra

Arifin, Abdullah Syamsul, 2008, Membongkar Kebohongan Buku “Mantan Kyai NU
Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik” (H. Mahrus Ali), Surabaya: Khalista

Ash-Shidiqiey, Teungku Muhammad Hasbi, 2010, Kuliah Ibadah, Semarang: Pt Pustaka
Rizki Putra

Hamka, 2006, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas
Juwariyah, 2010, Hadis Tarbawi, Yogyakarta: Teras
Shihab, M. Quraish, 2010, Al-Quran Dan Maknanya, Tangerang: Lentera Hati


Lampiran
 





















                                                                                                                        


 











                                        


Biodata









Nama                                       : Ilham Maulana Azis
NIM                                        : 2117103
Tempat,Tanggal Lahir             : Pemalang, 8 Juli 1999
Alamat                                    : Dsn. Posongna Kel. Purwoharjo Kec. Comal
Fakultas / Jurusan                    : FTIK / PAI
Riwayat Pendidikan               :
TK DHARMA BAKTI COMAL
SDN 01 PURWOHARJO COMAL
SMP N 01 COMAL
SMA N 02 PEMALANG


[1] Prof. Dr Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shidiqiey, Kuliah Ibadah (PT PUSTAKA RIZKI PUTRA, Semarang, 2010), Hlm V
[2] Kh Abdullah Syamsul Arifin, Membongkar Kebohongan Buku “Mantan Kyai NU Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik” (H. Mahrus Ali), (Khalista, Surabaya, 2008) Hlm 1-2
[4] Dr Juwariyah, Hadis Tarbawi, (Teras, Yogyakarta, 2010) Hal 139
[5] M. Quraish Shihab, Al-Qur’an Dan Maknanya, (Lentera Hati, Tangerang, 2010) Hal 523
[6] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (PT Karya Toha, Semarang, 1989) Hal 24-25
[7] Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar (PT Pustaka Panjimas, Jakarta,2006) Hal 37-38

Tidak ada komentar:

Posting Komentar