Laman

Sabtu, 06 Oktober 2018

TT A E4 TUJUAN PENDIDIKAN GENERAL "CARI RIDHA ALLAH SWT"


TUJUAN PENDIDIKAN "GENERAL"
"CARI RIDHA ALLAH SWT"
QS. AL BAYYINAH AYAT 8
Mohammad Syarifudin
NIM. 2117263
Kelas A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2018


KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan berlimpah nikmat berupa kesehatan jasmani maupun rohani kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sampai selesai. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Dalam menyusun makalah yang berjudul “Cari Ridho Allah”, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami. Namun, berkat dorongan, dukungan dan semangat dari orang terdekat, makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak. Muhammad Ghufron, M.S.I, selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi I, Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan dengan ikhlas baik materil maupun spirituil, serta teman-teman yang telah banyak membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah sederhana ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis menerima dengan baik kritikan ataupun saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis.


Pekalongan,  Oktober 2018


Penulis


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................... .................... i
KATA PENGANTAR......................................................................... .................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................ ............... iii
BAB I PENDAHULUAN
      A. Latar Belakang.......................................... ......................................................... 1
      B. Rumusan Masalah......................................................... ..................................... 1
      C. Tujuan......................................................................................... ........................ 1
BAB II PEMBAHASAN
      A.    Hakikat Ridha............ ..................................................................................... 2
      B.    Dalil Mencari Ridha Allah (Q.S Al-Bayyinah 98:8)
a. TafsirJalalain.............................................  ...........................................................2
      b. Tafsir Al-Maroghi....................... ........................................................................ 3
      c. Tafsir Al-Azhar................................................. .................................................. 4
d. Tafsir Ibnu Katsir   .............................................................................................5

      C.    Akhir Perjuangan Manusia Dunia dan Akhirat............................................. 5
BAB III PENUTUP
     A.  Simpulan......................................................................................................... 7
     B. Saran ................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA











BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Seiring berjalannya waktu pengertian dan pemahaman orang tentang Ridho itu sangat beraneka ragam, ada juga yang bahkan tidak tahu makna dari ridho itu sendiri apa, dan ada pula yang tau makna ridho yang sebenarnya tapi tidak mengamalkannya dalam kehidupan.      
Ridho Allah adalah dambaan setiap muslim yang menyadari bahwa itulah harta termahal yang pantas diperebutkan oleh manusia. Tanpa ridho Allah,hidup kita akan hampa,kering,tidak dapat merasakan nikmat atas segala apa yang telah ada di genggaman kita,bermacam masalah silih berganti menyertai hidup kita. Harta berlimpah,makanan berlebih namun ketika tidak ada ridhoNya,semua menjadi hambar. Tidak tahu kemana tujuan hidup,merasa bosan dengan keadaan, seolah hari berlalu begitu saja,begitu cepat namun tanpa disertai dengan perubahan kebaikan hari demi hari.
Oleh karena itu, dalam makalah ini, penulis akan mencoba mengkaji ayat-ayat tentang mecari ridho Allah dalam surat Al-Bayyinah ayat 8. Tentunya dengan mengkaji ayat-ayat tersebut diharapkan kita semakin bertambah pengetahuan serta menambah iman dan ketaatan kita terhadap kekuasaan Allah SWT.
B.     Rumusan Masalah
1.  Apa Hakikat Ridha ?
2.   Bagaimana Dalil Cari Ridha Allah swt ?
3.   Bagaimana Akhir Perjuangan Manusia Dunia Akhirat ?

C.     Tujuan
1.  Untuk mengetahui hakikat ridha
2.   Untuk mengetahui dalil tentang mencari ridha Allah swt
3.  Untuk mengetahui akhir perjuangan manusia dunia akhirat



BAB II
PEMBAHASAN
A.      Hakikat Ridha
Ridho itu artinya rela, mencari Ridho Allah artinya mencari apa yang membuat  Allah rela pada kita. Kata ridha berasal dari bahasa Arab yang makna harfiahnya mengandung pengertian senang, suka, rela, menerima dengan sepenuh hati, serta menyetujui secara penuh , sedang lawan katanya adalah benci atau tidak senang. Kata ridha ini lazim dihubungkan dengan eksistensi Tuhan dan manusia, seperti Allah ridha kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, sedangkan dengan manusia seperti seorang ibu ridha anaknya merantau untuk menuntut ilmu , ridha erat kaitannya dengan sikap dan pemahaman manusia atas karunia dan nikmat Allah.
Ridha secara bahasa menerima dengan suka hati, secara istilah diartikan sikap menerima atas pemberian dan anugerah yang diberikan oleh Allah dengan di iringi sikap menerima ketentuan syariat Islam secara ikhlas dan penuh ketaatan, serta menjauhi dari perbuatan buruk(maksiyat), baik lahir ataupun bathin.[1]
B.       Dalil Mencari Ridha Allah SWT (Q.S AL Bayyinah 98:8)
جَزَاؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ ﴿٨﴾
8. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
a.       Tafsir Jalalain
جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ (Balasan mereka disisi Tuhan mereka ialah Surga’and) sebagai tempat tinggal mereka تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ (yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah Ridha terhadap mereka) karena ketaatan mereka kepada-Nya وَرَضُوا عَنْهُ  (dan mereka pun Ridha kepada-Nya)yakni merasa puas akan pahala- ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ (Yang demikian itu adalah-balasan- bagi orang yang takut kepada Tuhannya) maksudnya takut kepada siksaan-Nya, yang karena itu lalu ia berhenti dari mendurhakai-Nya.[2]
b.      Tafsir Al-Maraghi
جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ
Mereka akan Allah beri pahala berupa surga yang akan menjadi tempat mereka untuk selamanya. Di dalam surga itu terdapat berbagai kenikmatan dan kelezatan yang jauh lebih sempurna dibanding kenikmatan dan kelezatan dunia.
Kita wajib beriman akan adanya surga, dan kita tidak diperbolehkan memikirkan hakekat surga, letak surga, dan bagaimana cara kita bersenang-senang di dalam surga. Sebab, yang mengetahui hakikat surga hanyalah Allah, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Surga termasuk sesuatu yang ghaib, hanya Allah sendirilah yang mengetahui.
Kemudian, Allah menjelaskan sebab-sebab mereka menerima pahala. Karenanya, Allah berfirman dalam ayat berikut.
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ
Mereka mendapat ridha dari Allah karena mereka telah berpegang pada batasan-batasan syariat-Nya. Sebagai hasil dariperbuatan itu, mereka menjadi terpuji, dan akhirnya mendapat keridhaan Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
                   ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
Pahala yang baik itu hanya diperuntukkan bagi orang yang hatinya penuh dengan taat dan rasa takut kepada Allah SWT.
Ayat ini mengandung ancaman kepada orang-orang yang takut kepada selain Allah, dan peringatan keras kepada  orang-orang yang menyekutukan Allah di dalam amal perbuatannya. Ayat ini juga merupakan perintah atau anjuranuntuk ber-dzikir dan takut kepada Allah disetiap mengerjakan perbuatan yang baik. Sehingga, perbuatan-perbuatanyang dilakukan itu benar-benar bersih dan ikhlas karena Allah.
Di dalam ayat ini juga terkandung isyarat yang pengertiannya adalah, bahwa yang mengerjakan sebagian ibadah, seperti shalat dan puasa yang hanya melakukan berbagai gerakan saja- tanpa adanya perasaan takut kepada Allah, maka perbuatan tersebut tidak bisa dijadikan sebagai sebab orang meraih pahala yang telah Allah sediakan kepada hamba-hambaNya yang saleh dan beriman. Sebagai sebabnya ialah, karena perasaan takut kepada Allah itu sama sekali tidak ada di dalam hati mereka, dan hatinya tidak menjadi bersih.[3]
c.       Tafsir Al-Azhar
“ Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga-syurga tempat menetap.”itulah pemberhentian dan penempatan terakhir, tempat istirahat menerima hasil ganjaran dari kepayahan berjuang pada hidup yang pertama di dunia; “yang mengalir dibawahnya sungai-sungai,” sebagai lambang kiasan dari kesuburan dan kesejukan, tepung tawar untuk ketentraman (muthmainnah), kesuburan yang tiada pernah kering; “ kekal mereka padanya selama-lamanya,” nikmat yang tiada pernah kering rahmat yang tiada pernah terhenti, tidak akan keluar lagi dari dalam nikmat itu ialah; “Allah bridha kepada mereka,”Allah senang, Allah menerima mereka dengan tangan terbuka dan penuh rahman, sebab tatkala di dunia mereka taat dan setia; “Dan mereka pun ridha kepadaNya,”ridha yang seimbang balas membalas, kontak mengontak, bukan laksana bertepuk sebelah tangan. Karena Iman dan keyakinan jualah yang mendorong mereka memikul beban perintah Allah seketika mereka hidup dahulu, tidak ada yang dirasa berat dan tidak pernah merasa bosan. “Yang demikian itulah untuk orang yang takut kepada Tuhannya.”(ujung ayat 8).
Dengan ujung ayat ini diperkuatlah kembali tujuan hidup seorang muslim. Tuhan meridhai mereka, dan mereka pun meridhai Tuhan. Tetapi betapapun akrab hubungannya dengan Tuhan, namun rasa takutnya kepada Tuhan tetap ada. Oleh sebab itu maka rasa sayang dan rasa cinta kepada Tuhan, ridha meridhai dan kasih mengasihi tidaklah sampai menghilangkan wibawa, kekuasaan, bahkan keangkuhan Tuhan di dalam sifat keagungan dan ketinggianNya. Sebab itulah maka si muslim mengerjakan suruh dan menghentikan tegah. Dia sangat mengharapkan dimasukkan kedalam syurga, namun disamping itu dia pun takut akan diazab Tuhan dan dimasukkan ke dalam neraka.[4]
d.      Tafsir Ibnu Katsir
Allah SWT berfirman, ‘’balasan mereka di sisi tuhan mereka,’’ yaitu pada hari kiamat nanti, ‘’ialah surga And yang mengalir dibawahnya sungai – sungai;mereka kekal didalamnya selama-lamanya, ‘’yaitu tidak pernah terhenti, terputus, dan kosong dari kenikmatan. ‘’Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. ‘’Dan maqam ridha-Nya kepada mereka  lebih tinggi daripada semua kenikmatan besar yang telah diberikan kepada mereka. ‘’Dan mereka pun ridha  kepada-Nya, ‘’terhadap apa yang telah dia berikan kepada mereka, berupa karunia yang maha luas. Firman Allah Ta’ala, ‘yang demikian itu adalah [balasan] bagi orang yang takut kepada tuhannya,’’ yaitu balasan ini hanyalah akan diterima oleh orang yang  takut dan takwa kepada Allah, serta mengabadi kepada- nya seolah-olah dia melihat-Nya. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasullulah saw. Bersabda yang artinya:
‘’maukah aku beritahukan kepadamu tentang makhluk yang paling baik?” mereka menjawab,  “Tentu saja, ya Rasulullah” Rasiuiiah kemudian berkata, “adalah seorang yang memegang talikekang kudanya untuk di pacu di jalan Allah; setiap kali terdengar suara teriakan mungsuh, dia segera duduk di atasnya. Maukah aku beri tabukan lagi siapakah makhluk yang bersabdah,”seseorang yang berada di tengah-tengah kambing gembala nya, namun dia mengerjakan salat dan menunaikan zakat. Dan maukah aku beritahukan kepada kalian makhluk yang paling buruk?” mereka menjawab, “tentu saja , ya Rasulullah” kata rasulullah saw., ‘yaitu, seseorang yang diminta untuk kepentingan agama allah, namun dia tidak mau memberikannya.”[5]
C.  Akhir Perjuangan Manusia Dunia dan Akhirat
1.      Mempunyai rasa takut yang tinggi kepada Allah, takut karena apa yang kita lakukan tidak mendapat ridha dari Allah.
2.      Harus menerima apapun yang terjadi pada kita dengan lapang dada (ikhlas).
3.      Tidak boleh mencela pemberian Allah.
4.      Harus mensyukuri apapun yang kita miliki. Karena jika kita bersyukur, berarti Allah meridhoi kita, dan akan menambah nikmah kepada kita.
5.      Bersikap rendah hati, tidak boleh sombong, karena pada hakikatnya semua yang kita miliki milik Allah.
6.      Selalu berhati-hati dalam melakukan sesuatu, (melaksanakan perintah Allah). Jika kita melakukan hal yang dilarang Allah, kita tidak akan mendapatkan ridha Allah.




BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Q.S Al-Bayyinah:8 Allah menjelaskan tentang balasan orang-orang  yang ridha kepada Allah. Jika orang sudah ridha kepada Allah, dan melakukan sesuatunya hanya karna ingin mendapatkan ridha Allah. Maka Allah akan meridhoi kita, dan akan memberikan balasan berlipat di akhirat nanti. Seperti surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai. Hanyalah untuk orang-orang yang melaksanakan perintah Allah, dan mempunyai rasa takut kepada Allah. Kita tidak boleh mengharapkan sesuatu kepada selain Allah. Hanya Allahlah yang wajib kita takuti, dan melaksanakan segala perintahnya, serta menjauhi apa yang dilarangnya.
B. Saran
Mengingat terbatasnya pengetahuan penulis, begitu pula kurangnya rasa tahu dari penulis. Berharap pembaca bisa memaklumi jika terdapat adanya kesalahan penulisan atau kata-kata dalam makalah yang saya susun. Adapun kebenaran itu datangnya dari Allah swt dan kekurangannya datangnya dari penulis. Dalam makalah ini juga, penulis butuh saran guna perbaikan dimasa yang akan datang














DAFTAR PUSTAKA
Hamka, 1982, Tafsir Al-Azhar Juz XXX, Jakarta, Pustaka Panjimas.
NasibAr-Rifai’I Muhammad, 2000 Kemudahandari Allah RingkasanTafsirIbnuKatsirjilid 4. Jakarta: GemaInsani.
Al-Maraghi Ahmad Musthofa, 1993. Tafsir Al-Maraghi 30. Semarang: PT. Karya
Toha Putra.
Al-mahadi, imam jalaluddindan A-Suyuti Imam jalaludin, 2010.TerjemahanTafsir
Jalalainberikutasbabunnuzuljilid 2.Bandung:  percetakansinarbaruAlgensindo.


BIODATA






Nama                           : Mohammad Syarifudin
TTL                             : Pekalongan, 22 Mei 1998
Alamat                        : Desa Pacar, Jalan H. Abdurrahman RT 06 RW 1 No. 23 Kecamataan Tirto Kabupaten Pekalongan
Fakultas/Jurusan          : FTIK/PAI
Status                          : Mahasiswa IAIN Pekalongan
Riwayat Pendidikan     :
-          MIS Pacar
-          MTs NU Tirto
-          SMK Ma’arif NU Tirto Pekalongan







[1] http://keluargaumarfauzi.blogspot.co.id/2013/08/ridha-allah-swt.html?m=1
[2] Imam Jalaludin Al-Mahali Imam Jalaludin As-Suyuti, Tafsir Jalalain (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010). Hlm 1365

[3] AHMAD MUSTHOFA AL-MARAGHI, Terjemah Tafsir Al-Maraghi 30, Cet II. (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1993), hlm. 376-377.
[4] Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XXX (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1982), 236-237.
[5] Muhammmad Nasib Ar-Rifa’I, kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 4 (Jakarta:Gema Insani, 2000), hlm.1024-1025.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar