Laman

Rabu, 21 November 2018

TT B L2 METODE PENDIDIKAN SPESIAL "METODE PERUMPAMAAN"


METODE PENDIDIKAN SPESIAL
"METODE PERUMPAMAAN"
QS. Ibrahim 4:24-25
Naila Sakinah
NIM. (2117298)
Kelas  B

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018




KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim                 
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Metode Perumpamaan”. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sahabatnya, keluarganya, serta segala umat-Nya hingga yaumil akhir.
Makalah ini disusun guna menambah wawasan pengetahuan secara detail. membahas tentang masalah yang menjadi pokok bahasan. Makalah ini disajikan sebagai bahan materi dalam diskusi mata kuliah Tafsir Tarbawi.
Terimakasih kepada Bapak Muhammad Hufron selaku dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah membimbing kami dalam Tholabul ilmi, yang senantiasa kami nanti-nantikan petuah-petuahnya.
Penulis telah berupaya menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya, meskipun tidak komprehensif. Penulis menyadari bahwa kemampuan dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna, penulis sudah berusaha dan mencoba mengembangkan dari beberapa referensi mengenai materi tersebut. Apabila dalam penulisan makalah ini ada kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisan dan pembahasannya, maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca.
Akhir kata, semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Amin Yaa Robbal ‘Alamin.

          Pekalongan, 20 November 2018

DAFTAR ISI

Daftar isi........................................................................................................ iii
Bab I Pendahuluan........................................................................................ 1
A. Latar Belakang                                               ............................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................... 1
Bab II Pembahasan......................................................................................... 2
A.    Hakikat Metode Perumpamaan......................................................... 2
B.     Dalil dan Tafsir Metode Peumpamaan.............................................. 4
C.     Implementasi Metode Perumpamaan dalam Pendidikan.................. 7
Bab III Penutup.............................................................................................. 8
Kesimpulan .................................................................................................... 8
Biodata Pribadi............................................................................................... 9
Daftar Pustaka.............................................................................................. 10






                                               






BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 
             Kata amtsal adalah bentuk jama’ dari kata mitsal. Bentuk tersebut diungkapkan sebanyak sembilan belas kali dalam berbagai ayat dan surat. Sedangkan bentuk-bentuk lain diungkapkan sebanyak 146 kali dalam berbagai ayat dan surat. Secara etimologi kata matsal, mitsal dan matsil berarti sama dengan syabah, syibah dan syabih. Kata matsal juga dipergunakan untuk menunjukan arti keadaan, sifat dan kisah yang mengagumkan. Hal ini dapat dilihat dalam ayat-ayat al Qur’an antara lain: Qur’an surat al Baqarah ayat 17.
            Kata matsal dalam ayat ini dapat berarti keadaan, dimana dalam ayat ini kata matsal dipinjam untuk makna yang sesuai dengan keadaan orang-orang munafiq yang tidak dapat menerima petunjuk yang datangnya dari Allah; Qur’an surat al Fath ayat 29, Kata matsal dalam ayat ini dapat berarti kisah atau cerita yang mengagumkan.
            Dalam kaitan ini al Zamakhsyary mengisyaratkan, setidaknya ada dua makna dari kata matsal tersebut, yaitu : Pertama: matsal pada dasarnya dapat berarti al mitsal dan al nadhir yang berarti serupa atau sebanding. Kedua: matsal termasuk isti’arah yakni kata pinjaman yangberguna untuk menunjuk kepada keadaan sesuatu, sifat dan kisah, jika ketiganya dianggap penting dan mempunyai keanehan.
B. Rumusan masalah
a. Apa hakikat Metode Perumpamaan?
b. Apa Dalil dan Tafsir Metode Perumpamaan?
c. Apa implementasi Metode Perumpamaan?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui hakikat Metode Perumpamaan
b. Untuk mengetahui Dalil dan Tafsir Metode Perumpamaan
c. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Metode Perumpamaan
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Metode Perumpamaan
            Kata amtsal adalah bentuk jama’ dari kata mitsal. Bentuk tersebut diungkapkan sebanyak sembilan belas kali dalam berbagai ayat dan surat. Sedangkan bentuk-bentuk lain diungkapkan sebanyak 146 kali dalam berbagai ayat dan surat.[1] Secara etimologi kata matsal, mitsal dan matsil berarti sama dengan syabah, syibah dan syabih. Kata matsal juga dipergunakan untuk menunjukan arti keadaan, sifat dan kisah yang mengagumkan. Hal ini dapat dilihat dalam ayat-ayat al Qur’an antara lain: Qur’an surat al Baqarah ayat 17.
            Kata matsal dalam ayat ini dapat berarti keadaan, dimana dalam ayat ini kata matsal dipinjam untuk makna yang sesuai dengan keadaan orang-orang munafiq yang tidak dapat menerima petunjuk yang datangnya dari Allah; Qur’an surat al Fath ayat 29, Kata matsal dalam ayat ini dapat berarti kisah atau cerita yang mengagumkan.[2]
            Dalam kaitan ini al Zamakhsyary mengisyaratkan, setidaknya ada dua makna dari kata matsal tersebut, yaitu : Pertama: matsal pada dasarnya dapat berarti al mitsal dan al nadhir yang berarti serupa atau sebanding. Kedua: matsal termasuk isti’arah yakni kata pinjaman yangberguna untuk menunjuk kepada keadaan sesuatu, sifat dan kisah, jika ketiganya dianggap penting dan mempunyai keanehan.[3]
            Sedangkan pendapat yang lain mengatakan, bahwa kata matsal sering disebut oleh al Qur’an yang dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu:
1.      Matsal yang menunjuk kepada makna sibih (serupa, sepadan, sama). Hal ini seperti firman Allah surat al Baqarah ayat 228 yang artinya: “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibanya menurut cara yang ma’ruf.”
2.      Matsal yang menunjuk kepada makna nadlir (padanan). Firman Allah dalam surat al Jumu’ah ayat 5 yang artinya: “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan Taurat, kemudian tidak memikulnya seperti keledai yang membawa kitab yang tebal.”
3.      Matsal yang menunjuk kepada makna mau’idzah (peringatan atau pelajaran). Firman Allah dalam surat Ibrahim ayat 25 yang artinya: “Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia, supaya mereka itu selalu ingat.”
       Sementara itu, batasan pengertian amtsal al Qur’an secara terminologi sebagaimana dikemukakan para ahli antara lain sebagai berikut :
       Menurut Ibn Al Qayyim, amtsal adalah menyerupakan dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya, dan mendekatkan sesuatu yang bersifat abstrak dengan yang bersifat indrawi atau mendekatkan salah satu dari dua yang kongkrit atas yang lainya dan menganggap yang satu sebagai yang lain.[4]
       Al Suyuthiy mendefinisikan, amtsal adalah mendeskripsikan makna dengan gambaran yang kongkrit karena lebih mengesankan di hati, seperti menyerupakan yang samar dengan yang nampak, yang gaib dengan yang hadir.[5]
            Berdasarkan definisi-definisi yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa amtsal al Qur’an adalah membuat perumpamaan-perumpamaan mengenai keadaan sesuatu dengan sesuatu yang lainya baik dengan menggunakan kalimat metaforis (isti’arah), dengan cara anthrofomorphism (tasybih) atau dengan cara lainya. Dengan demikian, jika diperhatikan secara seksama, bahwasannya perumpamaan-perumpamaan di dalam al Qur’an menggunakan bentuk yang beragam, yang kira-kira denganya dapat diperoleh pelajaran dan nasihat serta dapat ditangkap dan difahami oleh akal sehat.Baik yang berkaitan dengan masalah metafisika, seperti gambaran keindahan syurga, sikap orang-orang kafir dalam menghadapi petunjuk dan lain-lain.[6]
B.     Tafsir dan Dalil Metode Perumpamaan QS. Ibrahim : 24-25

أَلَم تَرَ كَيفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصلُها ثابِتٌ وَفَرعُها فِى السَّماءِ ۞ تُؤتى أُكُلَها كُلَّ حينٍ بِإِذنِ رَبِّها ۗ وَيَضرِبُ اللَّهُ الأَمثالَ لِلنّاسِ لَعَلَّهُم يَتَذَكَّرو
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, (QS. 14:24) pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (QS. 14:25) (QS. Ibrahim: 24-25)
-          Tafsir Ibnu Katsir
            Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan kalimat yang baik ialah ucapan Lailaha Illallah. Dan bahwa orang mukmin diumpamakan sebagai pohon yang baik, yang selalu tidak terputus-putus amalnya, pada waktu pagi, sore, atau malam bahkan pada tiap saat ada amal sholehnya yang naik keatas. Diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu Umar yang bercerita; bahwa Rasulullah pada suatu ketika bertanya kepada kita yang berada disekelilingnya Beritahulah aku tentang sebuah pohon yang sifat-sifatnya menyerupai keadaan orang-orang muslim, yang tidak rontok daun-daunnya pada musim panas maupun musim dingin dan memberikan (menghasilkan) buahnya tiap waktu seizin tuhannya. itulah pohon kurma, Rasulullah menjawab sendiri pertanyaannya.
            Aspek Kandungan Pendidikan Allah akan meneguhkan iman orang-orang yang beriman pada masa hidupnya. Kemudian Allah jugaakan meneguhkan iman mereka sesudah mati, yaitu didalam kubur yang merupakan tempat persinggahan pertama di akhirat.
            Mendekatkan makna pada pemahaman. Merangsang kesan dan pesan yang berkaitan dengan makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut, yang menggugah dan menumbuhkan berbagai perasaan ketuhanan. Mendidik akal supaya berpikir logis dan menggunakan qiyas (silogisme) yang logis dan sehat. Perumpamaan merupakan motif yang menggerakkan perasaan menghidupkan naluri, yang selanjutnya menggugah kehendak dan mendorong seseorang untuk melakukan amal yang baik dan menjauhi segala kemungkaran
-          Tafsir Al-Mishbah
            Ayat ini mengajak siapa pun yang dapat melihat, yakni merenung dan memperhatikan, dengan masyarakat: tidakkah kamu melihat, yakni memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik?. Kalimat itu seperti pohon yang baik, akarnya teguh menghunjam ke bawah sehingga tidak dapat di robohkan oleh angin dan cabangnya tinggi menjulang ke langit, yakni ke atas. Ia memberikan buahnya pada setiap waktu, yakni musim dengan seizin Tuhannya sehingga tidak ada satu kekuatan yang dapat menghalangi pertumbuhan dan hasilnya yang memuaskan. Demikian Allah membuat perumpamaan-perumpamaan, yakni memberi contoh dan perumpamaan untuk manusia supaya dengan demikian makna-makna abstrak dapat ditangkap melalui hal-hal konkret sehingga mereka selalu ingat.
            Sementara ulama membahas pohon apakah yang dimaksud sebagai perumpamaan kalimat yang baik itu. Ada yang berpendapat bahwa ia adalah pohon kurma. Berdasarkan satu riwayat yang menyatakan (Abdullah) putra Umar ra. Berkata bahwa suatu ketika kami berada di sekeliling Rasul SAW. Lalu beliau bersabda: Beritahulah aku tentang sebuah pohon yang serupa dengan orang muslim! Putra Umar berkata: Terlintas dalam benakku bahwa pohon itu adalah pohon kurma, tetapi aku lihat Abu Bakar dan Umar tidak berbicara, maka aku segan berbicara. Dan seketika Rasul SAW. Tidak mendengar jawaban dari hadirin, beliau bersabda: Pohon itu adalah pohon kurma. Setelah selesai pertemuan dengan Rasul SAW. Itu aku berkata kepada (ayahku) Umar:  Wahai Ayahku! Demi Allah telah terlintas dalam benakku bahwa yang dimaksud adalah pohon kurma. Beliau berkata: Mengapa engkau tidak menyampaikannya? Aku menjawab: Aku tidak melihat seorang pun berbicara, maka aku pun segan berbicara. Umar ra. berkata: Seandainya engkau menyampaikannya maka sungguh itu lebih kusukai dari ini dan itu (HR. Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi dan lain-lain).
            Ulama juga berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud dengan kalimat yang baik, ada yang berpendapat bahwa ia adalah kalimat Tauhid, atau iman, bahkan ada memahaminya menunjuk kepada pribadi seorang mukmin. Iman terhunjam kedalam hatinya, seperti terhunjamnya akar pohon, cabangnya menjulang ke atas, yakni amal-amalnya di terima oleh Allah, buahnya, yakni ganjaran Ilahi pun bertambah setiap saat. ThahitIbnAsyur memahaminya dalam arti Al-Quran dan petunjuk-petunjuknya. Thabathabai memahaminya dalam arti kepercayaan yang haq. Makna-makna di atas semuanya dapat bertemu. Agaknya secara sigkat kita dapat menyatakan bahwa ia adalah Kalimat Tauhid.
            Kalimat Tauhid adalah pusat yang berkeliling di sekitarnya kesatuan-kesatuan yang tidak boleh di lepaskan dari pusat itu, seperti planet-planet tata surya yang berkeliling di sekitar tata surya. Kesatuan-kesatuan itu antara lain, kesatuan alam raya, kesatuan dunia dan akhirat, kesatuan natural dan supra natural, kesatuan ilmu, kesatuan sumber agama-agama samawi, kesatuan kamanusiaan, kesatuan umat, kesatuan kepribadian manusia dan lain-lain.
-          Tafsir Al-Maraghi
            Allah mengumpamakan kalimat yang baik itu dengan pohon yang baik, berbuah, indah dipandang, harum baunya, tertancap kokoh didalam tanah, yang karenanya tidak mudah tumbang dan cabang-cabangnya menjulang tinggi ke udara. Keadaan ini menunjukkan kepada kokohnya pokok, kuatnya akar, dan jauhnya pohon dari benda-benda busuk yang ada di dalam tanah serta kotoran bangunan. Maka pohon itu mendatangkan buahnya yang bersih dari segala kotoran, dan berbuah pada setiap musim dengan perintah serta izin penciptanya. Jika seluruh sifat tersebut dimiliki oleh pohon ini, maka akan banyak manusia yang menyukainya.
            Allah mengumpamakan kalimat iman dengan sebuah pohon yang akarnya tetap kokoh di dalam tanah dan cabang-cabangnya menjulang tinggi ke udara, sedang pohon itu berbuah pada setiap musim. Hal ini disebabkan apabila hidayah telah bersemayam didalamqalbu, seakan sebuah pohon yang berbuah pada setiap musim, karena buahnya tidak pernah terputus. Setiap qalbu menerima dari qalbu serupa dan mengambil dengan cepat, lebih cepat daripada kobaran api pada kayu bakar yang kering.
            Orang-orang yang berjiwa luhur dan para pemikir besar adalah orang-orang yang memiliki kalimat yang baik, ilmu mereka memberikan nikmat dan rezeki kepada umat mereka didunia. Ilmu mereka tetap kokoh didalam hati mereka, sedang cabang-cabangnya menjalar ke alam-alam tertinggi atau alam terendah, dan pada setiap masa memberikan buahnya kepada putra-putra bangsa mereka  atau putra bangsa lain. Orang-orang mukmin menggunakannya sebagai penunjuk jalan. Sungguh perumpamaan mereka seperti pohon kurma yang tetap tertanam, sedang cabang-cabangnya menjulang tinggi, disamping ia selalu berbuah dan manusia memakannya dimusim panas atau musin dingin. 
C.    Implementasi Metode Perumpamaan dalam Pendidikan
1)      Memberikan kemudahan dalam memahami suatu konsep yang abstrak, ini terjadi karena perumpamaan itu mengambil benda sebagai contoh konkrit dalam Al-Quran.
2)      Mempengaruhi emosi yang sejalan dengan konsep yang diumpamakan dan untuk mengembangkan aneka perasaan ketuhanan.
3)      Membina akal untuk terbiasa berfikir secara valid pada analogis melalui penyebutan premis-premis.
4)      Mampu mencipatan motivasi yang menggerakkan aspek emosi dan mental manusia.























                                                            BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Kata amtsal adalah bentuk jama’ dari kata mitsal. Bentuk tersebut diungkapkan sebanyak sembilan belas kali dalam berbagai ayat dan surat. Sedangkan bentuk-bentuk lain diungkapkan sebanyak 146 kali dalam berbagai ayat dan surat. Secara etimologi kata matsal, mitsal dan matsil berarti sama dengan syabah, syibah dan syabih. Kata matsal juga dipergunakan untuk menunjukan arti keadaan, sifat dan kisah yang mengagumkan. Hal ini dapat dilihat dalam ayat-ayat al Qur’an antara lain: Qur’an surat al Baqarah ayat 17.
       Kata matsal dalam ayat ini dapat berarti keadaan, dimana dalam ayat ini kata matsal dipinjam untuk makna yang sesuai dengan keadaan orang-orang munafiq yang tidak dapat menerima petunjuk yang datangnya dari Allah; Qur’an surat al Fath ayat 29, Kata matsal dalam ayat ini dapat berarti kisah atau cerita yang mengagumkan.











BIODATA PRIBADI



Nama : Naila Sakinah
Tempat, tanggal lahir : Pemalang, 16 September 1999
Alamat : Jl. Agung, No. 47 B, Cokrah, Mulyoharjo, Pemalang.
Motto Hidup : Tinggalkan Apa Yang Membuatmu Ragu-ragu
Riwayat Pendidikan:
-          TK Muslimat 3 Kebondalem Pemalang
-          SD Al Irsyad Al Islamiyah Pemalang
-          MTs Negeri Pemalang
-          SMA Negeri 2 Pemalang








DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Fu’ad Abd. Baqi,al Mu’jam al Mufahras Li al Fazh al Qur’anal Karim, (Kairo : Dar al Kutub, t.t.)
Badaruddin bin Abdullah al Zarkasyi,Al Burhan fi Ulum al Qur’an, j.i., (Beirut Dar al Fikr, 1988)
Al Zamakhsyariy,Tafsir al Kasysyaf, j.ii.,(Kairo : Dar Al Llai, t.t.)
Ibn Al Qayyim, A’lan al Munaqqi’in, j.i, (Beirut : Dar al Kutub al Ilaiyah, 1993)
Jalaluddin al Suyuthiy, al Itqan fi Ulum al Qur’an,j.ii., (Beirut : Dar al Fikr, t.t.)
Muhammad Bakar Ismail, Dirasat fi Ulum al Qur’an, (Kairo : Dar al Manar,1991)




[1] Muhammad Fu’ad Abd. Baqi,al Mu’jam al Mufahras Li al Fazh al Qur’anal Karim, (Kairo : Dar al Kutub, t.t.)
[2] Badaruddin bin Abdullah al Zarkasyi,Al Burhan fi Ulum al Qur’an, j.i., (Beirut Dar al Fikr, 1988), hal. 574
[3] Al Zamakhsyariy,Tafsir al Kasysyaf, j.ii.,(Kairo : Dar Al Llai, t.t.), hal. 281

[4] Ibn Al Qayyim, A’lan al Munaqqi’in, j.i, (Beirut : Dar al Kutub al Ilaiyah, 1993),hal. 116
[5] Jalaluddin al Suyuthiy, al Itqan fi Ulum al Qur’an,j.ii., (Beirut : Dar al Fikr, t.t.),hal. 131
[6] Muhammad Bakar Ismail, Dirasat fi Ulum al Qur’an, (Kairo : Dar al Manar,1991), hal. 344


Tidak ada komentar:

Posting Komentar