METODE PENDIDIKAN SPESIAL
"METODE PERUMPAMAAN"
QS. Ibrahim 4:24-25
Naila Sakinah
NIM. (2117298)
Kelas B
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN
ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah,
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq, hidayah dan
inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Metode
Perumpamaan”. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, sahabatnya, keluarganya, serta segala umat-Nya hingga yaumil akhir.
Makalah
ini disusun guna menambah wawasan pengetahuan secara detail. membahas tentang
masalah yang menjadi pokok bahasan. Makalah ini disajikan sebagai bahan materi
dalam diskusi mata kuliah Tafsir Tarbawi.
Terimakasih
kepada Bapak Muhammad Hufron selaku dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah
membimbing kami dalam Tholabul ilmi, yang senantiasa kami nanti-nantikan
petuah-petuahnya.
Penulis
telah berupaya menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya, meskipun tidak
komprehensif. Penulis menyadari bahwa kemampuan dalam penulisan makalah ini
jauh dari kata sempurna, penulis sudah berusaha dan mencoba mengembangkan dari
beberapa referensi mengenai materi tersebut. Apabila dalam penulisan makalah
ini ada kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisan dan pembahasannya, maka
penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca.
Akhir
kata, semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Amin
Yaa Robbal ‘Alamin.
Pekalongan,
20 November 2018
DAFTAR ISI
Daftar isi........................................................................................................ iii
Bab I Pendahuluan........................................................................................
1
A. Latar Belakang ............................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................... 1
Bab II Pembahasan......................................................................................... 2
A. Hakikat Metode Perumpamaan......................................................... 2
B. Dalil dan Tafsir Metode Peumpamaan.............................................. 4
C. Implementasi Metode Perumpamaan dalam
Pendidikan.................. 7
Bab III Penutup.............................................................................................. 8
Kesimpulan .................................................................................................... 8
Biodata Pribadi............................................................................................... 9
Daftar Pustaka.............................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kata amtsal adalah bentuk jama’ dari
kata mitsal. Bentuk tersebut diungkapkan sebanyak sembilan belas kali dalam
berbagai ayat dan surat. Sedangkan bentuk-bentuk lain diungkapkan sebanyak 146
kali dalam berbagai ayat dan surat. Secara etimologi kata matsal, mitsal dan matsil
berarti sama dengan syabah, syibah dan syabih. Kata matsal juga dipergunakan
untuk menunjukan arti keadaan, sifat dan kisah yang mengagumkan. Hal ini dapat
dilihat dalam ayat-ayat al Qur’an antara lain: Qur’an surat al Baqarah ayat 17.
Kata
matsal dalam ayat ini dapat berarti keadaan, dimana dalam ayat ini kata matsal
dipinjam untuk makna yang sesuai dengan keadaan orang-orang munafiq yang tidak
dapat menerima petunjuk yang datangnya dari Allah; Qur’an surat al Fath ayat
29, Kata matsal dalam ayat ini dapat berarti kisah atau cerita yang
mengagumkan.
Dalam kaitan ini al Zamakhsyary
mengisyaratkan, setidaknya ada dua makna dari kata matsal tersebut, yaitu :
Pertama: matsal pada dasarnya dapat berarti al mitsal dan al nadhir yang berarti
serupa atau sebanding. Kedua: matsal termasuk isti’arah yakni kata pinjaman
yangberguna untuk menunjuk kepada keadaan sesuatu, sifat dan kisah, jika
ketiganya dianggap penting dan mempunyai keanehan.
B. Rumusan masalah
a. Apa hakikat Metode Perumpamaan?
b. Apa Dalil dan Tafsir Metode Perumpamaan?
c. Apa
implementasi Metode Perumpamaan?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui hakikat Metode
Perumpamaan
b. Untuk mengetahui Dalil dan Tafsir Metode Perumpamaan
c. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Metode Perumpamaan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Metode Perumpamaan
Kata amtsal adalah bentuk jama’ dari
kata mitsal. Bentuk tersebut diungkapkan sebanyak sembilan belas kali dalam
berbagai ayat dan surat. Sedangkan bentuk-bentuk lain diungkapkan sebanyak 146
kali dalam berbagai ayat dan surat.[1] Secara
etimologi kata matsal, mitsal dan matsil berarti sama dengan syabah, syibah dan
syabih. Kata matsal juga dipergunakan untuk menunjukan arti keadaan, sifat dan
kisah yang mengagumkan. Hal ini dapat dilihat dalam ayat-ayat al Qur’an antara
lain: Qur’an surat al Baqarah ayat 17.
Kata
matsal dalam ayat ini dapat berarti keadaan, dimana dalam ayat ini kata matsal
dipinjam untuk makna yang sesuai dengan keadaan orang-orang munafiq yang tidak
dapat menerima petunjuk yang datangnya dari Allah; Qur’an surat al Fath ayat
29, Kata matsal dalam ayat ini dapat berarti kisah atau cerita yang
mengagumkan.[2]
Dalam
kaitan ini al Zamakhsyary mengisyaratkan, setidaknya ada dua makna dari kata
matsal tersebut, yaitu : Pertama: matsal pada dasarnya dapat berarti al mitsal
dan al nadhir yang berarti serupa atau sebanding. Kedua: matsal termasuk
isti’arah yakni kata pinjaman yangberguna untuk menunjuk kepada keadaan
sesuatu, sifat dan kisah, jika ketiganya dianggap penting dan mempunyai
keanehan.[3]
Sedangkan
pendapat yang lain mengatakan, bahwa kata matsal sering disebut oleh al Qur’an
yang dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu:
1. Matsal yang menunjuk kepada makna sibih (serupa,
sepadan, sama). Hal ini seperti firman Allah surat al Baqarah ayat 228 yang artinya:
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibanya menurut cara
yang ma’ruf.”
2.
Matsal yang
menunjuk kepada makna nadlir (padanan). Firman Allah dalam surat al Jumu’ah
ayat 5 yang artinya: “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan Taurat, kemudian
tidak memikulnya seperti keledai yang membawa kitab yang tebal.”
3.
Matsal yang
menunjuk kepada makna mau’idzah (peringatan atau pelajaran). Firman Allah dalam
surat Ibrahim ayat 25 yang artinya: “Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk
manusia, supaya mereka itu selalu ingat.”
Sementara
itu, batasan pengertian amtsal al Qur’an secara terminologi sebagaimana
dikemukakan para ahli antara lain sebagai berikut :
Menurut
Ibn Al Qayyim, amtsal adalah menyerupakan dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya,
dan mendekatkan sesuatu yang bersifat abstrak dengan yang bersifat indrawi atau
mendekatkan salah satu dari dua yang kongkrit atas yang lainya dan menganggap
yang satu sebagai yang lain.[4]
Al
Suyuthiy mendefinisikan, amtsal adalah mendeskripsikan makna dengan gambaran
yang kongkrit karena lebih mengesankan di hati, seperti menyerupakan yang samar
dengan yang nampak, yang gaib dengan yang hadir.[5]
Berdasarkan definisi-definisi yang
telah dipaparkan di atas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa amtsal al Qur’an
adalah membuat perumpamaan-perumpamaan mengenai keadaan sesuatu dengan sesuatu
yang lainya baik dengan menggunakan kalimat metaforis (isti’arah), dengan cara
anthrofomorphism (tasybih) atau dengan cara lainya. Dengan
demikian, jika diperhatikan secara seksama, bahwasannya perumpamaan-perumpamaan
di dalam al Qur’an menggunakan bentuk yang beragam, yang kira-kira denganya
dapat diperoleh pelajaran dan nasihat serta dapat ditangkap dan difahami oleh
akal sehat.Baik yang berkaitan dengan masalah metafisika, seperti gambaran
keindahan syurga, sikap orang-orang kafir dalam menghadapi petunjuk dan
lain-lain.[6]
B.
Tafsir dan
Dalil Metode Perumpamaan QS. Ibrahim : 24-25
أَلَم تَرَ كَيفَ
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصلُها ثابِتٌ
وَفَرعُها فِى السَّماءِ ۞
تُؤتى أُكُلَها كُلَّ حينٍ بِإِذنِ رَبِّها ۗ
وَيَضرِبُ اللَّهُ الأَمثالَ لِلنّاسِ لَعَلَّهُم يَتَذَكَّرو
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah
membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh
dan cabangnya (menjulang) ke langit, (QS. 14:24) pohon itu memberikan buahnya
pada setiap musim dengan seizin Rabbnya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan
itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (QS. 14:25) (QS. Ibrahim: 24-25)
-
Tafsir Ibnu Katsir
Ali bin Abi
Thalhah berkata dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan kalimat yang baik
ialah ucapan Lailaha Illallah. Dan bahwa orang mukmin diumpamakan sebagai pohon
yang baik, yang selalu tidak terputus-putus amalnya, pada waktu pagi, sore,
atau malam bahkan pada tiap saat ada amal sholehnya yang naik keatas.
Diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu Umar yang bercerita; bahwa Rasulullah pada
suatu ketika bertanya kepada kita yang berada disekelilingnya Beritahulah aku
tentang sebuah pohon yang sifat-sifatnya menyerupai keadaan orang-orang muslim,
yang tidak rontok daun-daunnya pada musim panas maupun musim dingin dan
memberikan (menghasilkan) buahnya tiap waktu seizin tuhannya. itulah pohon
kurma, Rasulullah menjawab sendiri pertanyaannya.
Aspek Kandungan
Pendidikan Allah akan meneguhkan iman orang-orang yang beriman pada masa
hidupnya. Kemudian Allah jugaakan meneguhkan iman mereka sesudah mati, yaitu
didalam kubur yang merupakan tempat persinggahan pertama di akhirat.
Mendekatkan makna
pada pemahaman. Merangsang kesan dan pesan yang berkaitan dengan makna yang
tersirat dalam perumpamaan tersebut, yang menggugah dan menumbuhkan berbagai perasaan
ketuhanan. Mendidik akal supaya berpikir logis dan menggunakan qiyas
(silogisme) yang logis dan sehat. Perumpamaan merupakan motif yang menggerakkan
perasaan menghidupkan naluri, yang selanjutnya menggugah kehendak dan mendorong
seseorang untuk melakukan amal yang baik dan menjauhi segala kemungkaran
-
Tafsir Al-Mishbah
Ayat
ini mengajak siapa pun yang dapat melihat, yakni merenung dan memperhatikan,
dengan masyarakat: tidakkah kamu melihat, yakni memperhatikan bagaimana Allah
telah membuat perumpamaan kalimat yang baik?. Kalimat itu seperti pohon yang
baik, akarnya teguh menghunjam ke bawah sehingga tidak dapat di robohkan oleh
angin dan cabangnya tinggi menjulang ke langit, yakni ke atas. Ia memberikan
buahnya pada setiap waktu, yakni musim dengan seizin Tuhannya sehingga tidak
ada satu kekuatan yang dapat menghalangi pertumbuhan dan hasilnya yang
memuaskan. Demikian Allah membuat perumpamaan-perumpamaan, yakni memberi contoh
dan perumpamaan untuk manusia supaya dengan demikian makna-makna abstrak dapat
ditangkap melalui hal-hal konkret sehingga mereka selalu ingat.
Sementara ulama membahas pohon apakah yang dimaksud
sebagai perumpamaan kalimat yang baik itu. Ada yang berpendapat bahwa ia adalah
pohon kurma. Berdasarkan satu riwayat yang menyatakan (Abdullah) putra Umar ra.
Berkata bahwa suatu ketika kami berada di sekeliling Rasul SAW. Lalu beliau
bersabda: Beritahulah aku tentang sebuah pohon yang serupa dengan orang muslim!
Putra Umar berkata: Terlintas dalam benakku bahwa pohon itu adalah pohon kurma,
tetapi aku lihat Abu Bakar dan Umar tidak berbicara, maka aku segan berbicara.
Dan seketika Rasul SAW. Tidak mendengar jawaban dari hadirin, beliau bersabda:
Pohon itu adalah pohon kurma. Setelah selesai pertemuan dengan Rasul SAW. Itu
aku berkata kepada (ayahku) Umar: Wahai Ayahku! Demi Allah telah
terlintas dalam benakku bahwa yang dimaksud adalah pohon kurma. Beliau berkata:
Mengapa engkau tidak menyampaikannya? Aku menjawab: Aku tidak melihat seorang
pun berbicara, maka aku pun segan berbicara. Umar ra. berkata: Seandainya
engkau menyampaikannya maka sungguh itu lebih kusukai dari ini dan itu (HR. Bukhari,
Muslim, at-Tirmidzi dan lain-lain).
Ulama juga berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud
dengan kalimat yang baik, ada yang berpendapat bahwa ia adalah kalimat Tauhid,
atau iman, bahkan ada memahaminya menunjuk kepada pribadi seorang mukmin. Iman
terhunjam kedalam hatinya, seperti terhunjamnya akar pohon, cabangnya menjulang
ke atas, yakni amal-amalnya di terima oleh Allah, buahnya, yakni ganjaran Ilahi
pun bertambah setiap saat. ThahitIbnAsyur memahaminya dalam arti Al-Quran dan
petunjuk-petunjuknya. Thabathabai memahaminya dalam arti kepercayaan yang haq.
Makna-makna di atas semuanya dapat bertemu. Agaknya secara sigkat kita dapat
menyatakan bahwa ia adalah Kalimat Tauhid.
Kalimat
Tauhid adalah pusat yang berkeliling di sekitarnya kesatuan-kesatuan yang tidak
boleh di lepaskan dari pusat itu, seperti planet-planet tata surya yang
berkeliling di sekitar tata surya. Kesatuan-kesatuan itu antara lain, kesatuan
alam raya, kesatuan dunia dan akhirat, kesatuan natural dan supra natural,
kesatuan ilmu, kesatuan sumber agama-agama samawi, kesatuan kamanusiaan,
kesatuan umat, kesatuan kepribadian manusia dan lain-lain.
-
Tafsir Al-Maraghi
Allah
mengumpamakan kalimat yang baik itu dengan pohon yang baik, berbuah, indah
dipandang, harum baunya, tertancap kokoh didalam tanah, yang karenanya tidak
mudah tumbang dan cabang-cabangnya menjulang tinggi ke udara. Keadaan ini
menunjukkan kepada kokohnya pokok, kuatnya akar, dan jauhnya pohon dari
benda-benda busuk yang ada di dalam tanah serta kotoran bangunan. Maka pohon
itu mendatangkan buahnya yang bersih dari segala kotoran, dan berbuah pada
setiap musim dengan perintah serta izin penciptanya. Jika seluruh sifat
tersebut dimiliki oleh pohon ini, maka akan banyak manusia yang menyukainya.
Allah
mengumpamakan kalimat iman dengan sebuah pohon yang akarnya tetap kokoh di
dalam tanah dan cabang-cabangnya menjulang tinggi ke udara, sedang pohon itu
berbuah pada setiap musim. Hal ini disebabkan apabila hidayah telah bersemayam
didalamqalbu, seakan sebuah pohon yang berbuah pada setiap musim, karena
buahnya tidak pernah terputus. Setiap qalbu menerima dari qalbu serupa dan
mengambil dengan cepat, lebih cepat daripada kobaran api pada kayu bakar yang
kering.
Orang-orang
yang berjiwa luhur dan para pemikir besar adalah orang-orang yang memiliki
kalimat yang baik, ilmu mereka memberikan nikmat dan rezeki kepada umat mereka
didunia. Ilmu mereka tetap kokoh didalam hati mereka, sedang cabang-cabangnya
menjalar ke alam-alam tertinggi atau alam terendah, dan pada setiap masa
memberikan buahnya kepada putra-putra bangsa mereka atau putra bangsa
lain. Orang-orang mukmin menggunakannya sebagai penunjuk jalan. Sungguh
perumpamaan mereka seperti pohon kurma yang tetap tertanam, sedang
cabang-cabangnya menjulang tinggi, disamping ia selalu berbuah dan manusia
memakannya dimusim panas atau musin dingin.
C.
Implementasi Metode Perumpamaan dalam Pendidikan
1)
Memberikan kemudahan dalam memahami suatu konsep yang abstrak, ini
terjadi karena perumpamaan itu mengambil benda sebagai contoh konkrit dalam
Al-Quran.
2)
Mempengaruhi emosi yang sejalan dengan konsep yang diumpamakan dan
untuk mengembangkan aneka perasaan ketuhanan.
3)
Membina akal untuk terbiasa berfikir secara valid pada analogis
melalui penyebutan premis-premis.
4)
Mampu mencipatan motivasi yang menggerakkan aspek emosi dan mental
manusia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kata
amtsal adalah bentuk jama’ dari kata mitsal. Bentuk tersebut diungkapkan
sebanyak sembilan belas kali dalam berbagai ayat dan surat. Sedangkan
bentuk-bentuk lain diungkapkan sebanyak 146 kali dalam berbagai ayat dan surat.
Secara etimologi kata matsal, mitsal dan matsil berarti sama dengan syabah,
syibah dan syabih. Kata matsal juga dipergunakan untuk menunjukan arti keadaan,
sifat dan kisah yang mengagumkan. Hal ini dapat dilihat dalam ayat-ayat al
Qur’an antara lain: Qur’an surat al Baqarah ayat 17.
Kata matsal dalam ayat ini dapat berarti
keadaan, dimana dalam ayat ini kata matsal dipinjam untuk makna yang sesuai
dengan keadaan orang-orang munafiq yang tidak dapat menerima petunjuk yang
datangnya dari Allah; Qur’an surat al Fath ayat 29, Kata matsal dalam ayat ini
dapat berarti kisah atau cerita yang mengagumkan.
BIODATA PRIBADI
Nama : Naila Sakinah
Tempat, tanggal lahir : Pemalang, 16
September 1999
Alamat : Jl. Agung, No. 47 B,
Cokrah, Mulyoharjo, Pemalang.
Motto Hidup : Tinggalkan Apa Yang
Membuatmu Ragu-ragu
Riwayat Pendidikan:
-
TK Muslimat 3 Kebondalem Pemalang
-
SD Al Irsyad Al Islamiyah Pemalang
-
MTs Negeri Pemalang
-
SMA Negeri 2 Pemalang
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Fu’ad Abd. Baqi,al Mu’jam al Mufahras Li al Fazh al Qur’anal
Karim, (Kairo : Dar al Kutub, t.t.)
Badaruddin bin Abdullah al Zarkasyi,Al Burhan fi Ulum al Qur’an,
j.i., (Beirut Dar al Fikr, 1988)
Al Zamakhsyariy,Tafsir al Kasysyaf, j.ii.,(Kairo : Dar Al Llai,
t.t.)
Ibn Al Qayyim, A’lan al Munaqqi’in, j.i, (Beirut : Dar al Kutub al
Ilaiyah, 1993)
Jalaluddin al Suyuthiy, al Itqan fi Ulum al Qur’an,j.ii., (Beirut :
Dar al Fikr, t.t.)
Muhammad Bakar Ismail, Dirasat fi Ulum al Qur’an, (Kairo : Dar al
Manar,1991)
[1] Muhammad Fu’ad Abd. Baqi,al
Mu’jam al Mufahras Li al Fazh al Qur’anal Karim, (Kairo : Dar al Kutub,
t.t.)
[2] Badaruddin bin Abdullah al Zarkasyi,Al
Burhan fi Ulum al Qur’an, j.i., (Beirut Dar al Fikr, 1988), hal. 574
Tidak ada komentar:
Posting Komentar