Laman

Rabu, 07 November 2018

TT D J2 OBYEK PENDIDIKAN INDIRECT (ORANG AWAM OBYEK PENDIDIKAN)


OBYEK PENDIDIKAN INDIRECT
 (ORANG AWAM OBYEK PENDIDIKAN)
QS. AN-NISA’ 4:17
Ulya Laili Arofatul Amin
NIM. 2117294
Kelas D

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018


KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini yang berjudul Karakteristik Orang Berilmu dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
            Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
            Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. 


Pekalongan,09 November 2018

Penyusun











BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Salah satu rukun iman dalam agama islam adalah iman kepada kitab-kitab Allah SWT. Kitab yang dimaksud adalah kitab yang diturunkan kepada Rasulullah SAW yaitu Al-Qur’an melalui malaikat Jibril. Diturunkannya Al-Qur’an ke muka bumi ini tentunya sebagai pedoman hidup bagi umat muslim khususnya menuju arah atau jalan yang benar demi mendapatkan ridha Allah SWT. Tentunya untuk mendapatkan ridha-Nya kita harus memahami kandungan Al-Qur’an serta mengamalkannya.
Cara yang tepat untuk memahami kandungan al-quran adalah dengan menggunakan ilmu tafsir, melalui penafsiran ini kita akan lebih mudah memahami dan mengamalkannya. Dalam makalah ini akan membahas objek pendidikan “indirect” yang terkandung dalam QS An-Nisa’ ayat 17.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa hakikat orang awam?
2.      Bagaiman dalil orang awam sebagai objek pendidikan?
3.      Bagaiman membangun negeri secara bersama-sama?
C.    Tujuan
1.         Untuk mengetahui hakikat orang awam
2.          Untuk mengetahui dalil orang awam sebagai objek pendidikan
3.          Untuk mengetahui membangun negeri secara bersama-sama











BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Orang Awam
Dalam buku Enseklopedia Indonesia disebutkan bahwa istilah “kaum awam” berasal dari bahasa arab yang menunjuk pada orang biasa bukan ahli, yang dibedakan dengan “kaum khawas” yang berarti kaum ulama, cendekiawan dan ilmuwan. Tetapi disebutkan bahwa yang termasuk golongan kaum khawas ini hanya bagian terkecil dari masyarakat, sedangkan bagian terbesar terdiri dari kaum awam. [1]  Ali bin Abi Thalib r.a pernah berkata kepada Kumail bin Ziyad
 “ Manusia ada tiga (golongan): Alim rabbani (ulama), penuntut ilmu yang ada diatas jalan keselamatan, dan orang awam yang ,mengikuti setiap orang yang berteriak, condong sesuai arah angin, tidak menerangi diri dengan cahaya ilmu dan tidak berpegangan yang kuat.”
Golongan orang awam, mereka bukan orang alim atau yang berusaha menjadi alim. Keadaan mereka seperti yang disifatkan, orang-orang yang dungu, mengikuti setiap orang yang berteriak yang artinya setiap ada yang mengajak pada sesuatu maka dia akan mengikutinya tanpa mempertimbangkan baik buruk ataupun salah benarnya. Beliau juga menyebutkan dua sebab mengapa orang awam seperti itu, yaitu karena tidak berusaha menyinari hatinya dengan cahaya ilmu, dan yang kedua karena tidak mau bertanya pada orang yang berilmu.[2]
B.     Dalil
Q.S An-Nisa’ 4:17
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى الَّلهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السّوْءَ بِجَهَالَةٍ ثٌمّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ فَاؤُلَئِكَ يَتُوْبُ اللهُ عَلَيْهِمْ وَكَاَن اللهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
Artinya : “Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
Tafsirannya : terlanjur berbuat jahat karena kebodohan. Artinya ada juga orang yang tahu bahwa itu adalah perbuatan jahat, tetapi karena sangat keras dorongan hawa nafsu tidaklah tertahan lagi. Misalnya karena sangat marah lalu memukul orang, setelah diberi nasehat tetap tidak mempan, karena hidup belum banyak pengalaman, masih seumpama bodoh. Demi setelah terlanjur berbuat salah timbullah sesal mendalam sehingga kesalahan tersebut menambah pengetahuan dan menghilangkan kebodohannya lalu lekas bertaubat.[3]
C.    Bersama-sama membangun negeri
Allah SWT menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling mengenal. Semua manusia sama disisi Allah SWT, kelebihannya hanya pada orang-orang yang bertaqwa, sifat-sifat orang-orang yang sebenar-benarnya beriman. Dalam bukunya buya hamka mencatat enam perkara penting guna mencegah kerusakan masyarakat yang juga berarti mencegah keruntuhan sebuah negara, yaitu
1.      Dilarang suatu kaum mencela kaum lainnya
2.      Jangan kamu memfitnah dirimu
3.      Jangan memilih gelar -gelar yang buruk
4.      Singkirkan prasangka buruk
5.      Prasangka dan kehadiran juru kabar bermuka dua
6.      Jangan suka membicarakan aib dan cela saudaramu dibelakang.[4]
Adapun keuntungan yang akan kita dapat dengan bersama-sama membangun negeri diantaranya yaitu kita dapat merasakan kesejahteraan, merasakan kemakmuran dan juga merasakan keadilan.






BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Golongan orang awam, mereka bukan orang alim atau yang berusaha menjadi alim. Keadaan mereka seperti yang disifatkan, orang-orang yang dungu, mengikuti setiap orang yang berteriak yang artinya setiap ada yang mengajak pada sesuatu maka dia akan mengikutinya tanpa mempertimbangkan baik buruk ataupun salah benarnya. terlanjur berbuat jahat karena kebodohan. Artinya ada juga orang yang tahu bahwa itu adalah perbuatan jahat, tetapi karena sangat keras dorongan hawa nafsu tidaklah tertahan lagi. Demi setelah terlanjur berbuat salah timbullah sesal mendalam sehingga kesalahan tersebut menambah pengetahuan dan menghilangkan kebodohannya lalu lekas bertaubat. Allah SWT menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling mengenal. Semua manusia sama disisi Allah SWT, kelebihannya hanya pada orang-orang yang bertaqwa, sifat-sifat orang-orang yang sebenar-benarnya beriman. Adapun keuntungan yang akan kita dapat dengan bersama-sama membangun negeri diantaranya yaitu kita dapat merasakan kesejahteraan, merasakan kemakmuran dan juga merasakan keadilan.















DAFTAR PUSTAKA
Hamka. Tafsir Al-Azhar juz 4. Jakarta: pustaka panjimas.1983
https://www.slideshare.net /NadaSilitonganada/penayataan-allah                                   
http://quran-sunnah.net /2016/05/3-jenis-manusia-menolak-menjadi-orang-awam/#sthash.8hnanrHS.dpbs
https://m.hidayatullah.com /2016/01/29/membangun-stabilitas-negara-menurut-al-qur’an.html
diakses pada 8 november 2018, 16:32


[1] https://www.slideshare.net /NadaSilitonganada/penayataan-allah
[2] http://quran-sunnah.net /2016/05/3-jenis-manusia-menolak-menjadi-orang-awam/#sthash.8hnanrHS.dpbs
[3] Hamka, Tafsir Al-Azhar juz 4, (Jakarta: pustaka panjimas,1983) hlm.378
[4] https://m.hidayatullah.com /2016/01/29/membangun-stabilitas-negara-menurut-al-qur’an.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar