Laman

Rabu, 28 November 2018

TT D L4 METODE PENDIDIKAN SPESIAL "METODE DIALOGIS"


 METODE PENDIDIKAN SPESIAL
"METODE DIALOGIS" 
QS. ASH-SHAFFAT AYAT 102 
Ana Faikhana Nadia 
NIM. (2117287) 
Kelas: D 

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN 
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN 
2018 







BAB I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Semakin berkembangnya dunia dari tahun-ketahun mengakibatkan banyak perubahan dalam diri dunia islam. Baik dari segi agama, pendidikan, politik dan seterusnya. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia melalui kegiatan pengajaran.
Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya. Metode mengajar dalam pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan proses belajar mengajar bergantung pada cara mengajar pendidik tersebut. Jika cara mengajar sipendidik baik menurut siswa, maka siswa akan lebih tekun, rajin dan bersemangat, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur kata, sopan santun dan gaya hidupnya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi metode dan dialog?
2.      Bagaimana dalil tentang metode dialog?
3.      Bagaimana pengaplikasian metode dialog dalam kehidupan?
4.      Apa saja aspek-aspek tarbawinya?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi metode dan dialog.
2.      Untuk mengetahui dalil tentang metode dialog.
3.      Untuk mengetahui pengaplikasian metode dialog dalam kehidupan.
4.      Untuk mengetahui apa saja aspek-aspek tarbawinya.






BAB II
Pembahasan
A.    Pengertian metode dialog
Kata metode berasal dari bahasa latin methodos yang berarti jalan yang harus dilalui. Dalam kamus bahasa indonesia kontemporer disebutkan bahwa metode merupakan cara yang teratur dan ilmiah dalam mencapai maksud untuk memperoleh ilmu atau juga merupakan cara mendekati, mengamati, menganalisis dan menjelaskan suatu fenomena dengan menggunakan landasan teori.[1]
Menurut Al-Nahlawi (2001: 206), dialog adalah percakapan dua orang atau lebih, melalui tanya jawab, mengenai satu tema atau tujuan. Mereka berdiskusi tentang permasalahan tertentu, kadang diperoleh hasil, kadang satu sama lain tidak puas. Namun pendengar tetap mendapat pelajaran.[2]
Dapat disimpulkan bahwa metode dialog adalah metode yang disajikan dalam bentuk dialog atau percakapan antara dua orang ahli atau lebih berdasarkan argumentasi-argumentasi yang bisa di pertanggung jawabkan secara ilmiah.[3]
B.     Dalil tentang metode dialog
QS. Ash-Shaffat ayat 102
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡيَ قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ   ٱلصَّٰبِرِينَ
Artinya :
Maka tatkala ia telah mencapai usia berusaha bersamanya, ia berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!”Ia menjawab: “Hai bapakku, laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; engkau akan mendapatiku insya Allah termasuk para penyabar.”


Tafsir Al-Azhar
Anak yang sudah dapat berjalan bersama ayahnya iyalah diantara usia 10 dengan 15 tahun. Keadaan itu di tonjolkan dalam ayat ini, untuk menunjukkan betapa bertumpah nya kasih Ibrahim kepada anak itu. dikala anak berusia sekitar 10 sampai 15 tahun, memanglah seorang ayah bangga sekali jika dapat berjalan bersama anaknya itu.
 Suatu waktu di bawah lah ismail oleh ibrahim berjalan bersama-sama. Di tengah jalan “Berkatalah dia:”sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwasanya aku menyembelih engkau. Dengan kata-kata yang halus mendalami ayah berkata kepada si anak yaitu ayah yang telah tua, berusia lebih dari 90 tahun. Dan anak yang dihadapi adalah anak yang ber puluh tahun lamanya ditunggu-tunggu dan sangat diharapkan. Dalam pertanyaan ini tuhan telah membayangkan kepada kita bagaimana seorang manusia yang terjadi dari daerah dan daging, sebab itu merasa juga sedih dan rawan tetapi tidak sedikit juga ragu atau bimbang bahwa dia adalah nabi.
Disuruhnya anaknya memikirkan mimpinya itu dan kemudian diharap nya anaknya menyatakan pendapat. Tentu Ismail sejak dari mulai tumbuh akal telah mendengar, baik dari ibunya sendiri Hajar atau dari orang lain di sekelilingnya, khadam-khadam dan orang-orang yang mengelilingi ayahnya, sebab ayahnya pun seorang yang mampu, telah di dengarnya jua siapa ayahnya. Tentu sudah di dengarnya bagaimana ayah itu bersedia dibakar malahan dengan tidak merasa ragu sedikit pun dimasuki nya api yang sedang menyala itu, karena dia yakin bahwa pendirian yang dipertahankan adalah benar. Demikian pula mata-mata rantai dari percobaan hidup yang dihadapi oleh ayahnya, semuanya tentu sudah diketahuinya. Dan tentu sudah di dengarnya juga bahwasanya mimpi ayahnya bukanlah semata-mata apa yang disebut rasian, yaitu khayalan kacau tak tentu ujung pangkal yang dialami orang sedang tidur. Oleh sebab itu tidaklah lama Ismail merenungkan dan tidaklah lama dia tertegun buat mengeluarkan pendapat.
Berkata dia: yaitu ismail “Ya ayahku! berbuatlah apa yang diperintahkan kepada engkau. Akan engkau dapati aku insya Allah termasuk orang yang sabar.[4]

C.    Aplikasi dalam kehidupan
1.      Mengarahkan anak pada jalan yang diridhoi Allah.
2.      Mendidik melalui pembiasaan anak untuk melakukan kebaikan.
3.      Mengajarkan pelajaran tauhid kepada anak
4.      Mengajarkan kasih sayang dan menghormati
D.    Aspek Tarbawi
1.      Memberikan masukan kepada guru atau orang tua tentang bagaimana melakukan interaksi pendidikan terhadap anaknya sesuai dengan tuntunan di dalam Al-Qur’an.
2.      Cara dialog akan melatih berargumentasi, kesabaran dan ketangguhan sehingga akan ditemukan kesamaan persepsi tentang visi misi pendidikan.
3.      Terciptanya interaksi pendidikan yang harmonis.[5]













BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Metode dialog adalah metode yang disajikan dalam bentuk dialog atau percakapan antara dua orang ahli atau lebih berdasarkan argumentasi-argumentasi yang bisa di pertanggung jawabkan secara ilmiah.
Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan metode dialog dalam belajar mengajar perspektif al_Qur’an salah satunya terdapat pada surat Ash-Shaffat ayat 102, menerangkan metode dialog dengan dialog antara nabi Ibrahim dan nabi Ismail.























Daftar Pustaka
Liliweri. Alo. 2011. Komunikasi serba ada serba makna, (Jakarta: Kencana)

https://www.duniapembelajaran.com/2014/12/metode-dialog-hiwar-dalam-islam.html?m=1

Malik. Abdul. 2005. Tafsir Al-Azhar,( Jakarta: Pustaka Panjimas)

Suprihatiningrum. Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media)





















BIODATA


Nama                           : Ana Faikhana Nadia
Nim                             : 2117287
Tempat, Tanggal Lahir : Batang, 22 Juli 1999
Alamat                        : Dk. Kebonwaru, Ds. Pujut, RT/RW 05/01, Kecamatan. Tersono, Kabupaten. Batang
Fakultas/Jurusan          : FTIK/PAI
Status                          : Mahasiswa IAIN Pekalongan
Riwayat Pendidikan   :
-          TK Siwi Bhakti Kebumen
-          SDN Pujut 02
-          SMP Pondok Modern Selamat Kendal
-          SMA Pondok Modern Selamat Kendal


[1] Alo Liliweri, Komunikasi serba ada serba makna, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm 106
[2] https://www.duniapembelajaran.com/2014/12/metode-dialog-hiwar-dalam-islam.html?m=1
[3] Opcit, hlm 108
[4] Abdul Malik, Tafsir Al-Azhar,( Jakarta: Pustaka Panjimas, 2005), hlm 143
[5] Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi, (Jogjakarta: Ar-ruz Media, 2013), hlm 24-26

Tidak ada komentar:

Posting Komentar