Laman

Rabu, 28 November 2018

TT E L3 METODE PENDIDIKAN SPESIAL "METODE TANYA JAWAB"


METODE PENDIDIKAN SPESIAL
"METODE TANYA JAWAB"
Farkhatuttadzkiroh
NIM. (2117065)
Kelas : E 

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018






KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat serta karunia-Nya sehingga dapat menyusun makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi. Kemudian, tidak lupa shalawat serta salam kita ucapkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya di hari akhir nanti. Amin.
Yang terhormat Muhammad Hufron, M.S.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi dan teman- teman kelas E yang saya sayangi serta telah mendukung kami dalam pembuatan makalah ini. Pembuatan makalah ini, selain bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliahTafsir Tarbawi , tetapi juga sekaligus menjawab beberapa pertanyaan dari permasalahan yang kami angkat, dengan materi yang kami bahas yaitu, Metode Tanya Jawab.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya mohon maaf apabila ada salah-salah kata dan pembahasan yang kurang jelas dalam makalah ini. Semoga makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat sebagai media pemahaman dalam proses pembelajaran.
Pekalongan, November 2018
Penyusun


Daftar Isi




 

BAB I

PENDAHULUAN

Metode pendidikan atau lebih operasionalnya, metode mengajar adalah cara-cara praktis dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Dengan kata lain, cara guru untuk menyampaikan informasi kepada peserta didiknya, sebagai rentetan kegiatan terarah bagi guru yang menyebabkan timbulnya proses belajar pada peserta didik. Jadi, metode mengajar adalah cara-cara yang digunakan guru dalam penyampaian materi ajar kepada muridnya didalam kelas.
Peranan metode pendidikan berasal dari kenyataan yang menunjukkan bahwa materi kurikulum pendidikan islam tidak mungkin akan tepat diajarkan, melainkan diberikan dengan cara khusus. Ketidak tepatan dalam penerapan metode ini kiranya akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga yang tidak perlu. Tanggung jawab yang dipercayakan kepada guru untuk mencapai tujuan yang luas akan dapat berhasil guna sebaik-baiknya berdasarkan ketentuan-ketentuan umum yang telah di gariskan sesuai dengan yang telah direncanakan secara optimal
Kunci pembentukan karakter dalam proses pendidikan menurut Al-Quran menunjukkan, bahwa manusia itu lahir dengan fitrah yang baik. Kepercayaan akan adanya fitrah yang baik ini akan mempengaruhi implikasi-implikasi praktis bagi metode-metode yang seharusnya diterapkan dalam proses belajar mengajar.
1.      Apa pengertian dari metode tanya jawab?
2.      Bagaimana dalil mengenai metode tanya jawab?
3.      Bagaimana tafsir surat Al-Baqarah ayat 189?
4.      Bagaimana aplikasi surat Al-Baqarah ayat 189 dalam kehidupan?
5.      Bagaimana aspek tarbawi dalam surat al-Baqarah ayat 189?
1.      Untuk mengetahui arti dari metode Tanya jawab
2.      Mengetahui dalil mengenai metode tanya jawab
3.      Untuk mnegetahui tafsir Al-Baqarah ayat 189
4.      Untuk mengetahui aplikasi surat Al-Baqarah ayat 189 dalam kehidupan
5.      Untuk mengetahui aspek tarbawi dalam surat al-Baqarah ayat 189.

















BAB II

 PEMBAHASAN

Para ahli telah memberikan padangannya tentang konsep metode tanya jawab. Yusuf memberikan pendapatnya bahwa metode tanya jawab merupakan suatu cara untuk menyampaikan atau menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab oleh siswa atau sebaliknya. Olehnya dalam penerapannya, guru dan siswa harus terlibat dalam aktifitas bertanya dan memberikan respon atas pertanyaan-pertanyaan yang ada.[1]
Metode belajar mempunyai kelemahan dan kekurangan masing-masing. Metode ceramah misalnya, mempunyai kelemahan, diantaranya menjauhkan dan kurang merangsang daya berpikir peserta didik. Untuk menutupi kelemahan tersebut diperlukan metode tanya jawab. Peserta didik yang kurang memperhatikan pelajaran melalui metode ceramah akan berhati-hati terhadap pelajaran yang disajikan dengan metode tanya jawab, sebab setiap peserta didik sewaktu-waktu akan mendapat giliran menjawab pertannyaan guru. Metode inipun tetap saja mempunyai kelemahan, yaitu tidak dapat dilakukan kepada setiap peserta didik secara keseluruhan dan tidak dapat memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta didik di dalam kelas.
Metode Tanya jawab sering dilakukan oleh Rasulullah SAW. Ketika memberikan pengajaran Kepada para sahabatnya.[2] Semua pertanyaan diambil dari kehidupan para sahabat secara umum dan tidak menafikan beberapa pertanyaan mereka yang lain seperti man abaa? dan aina abaa? termasuk juga pertanyaan tentang hilal, sejak ia berbentuk sabit kemudian menyempurna dan pada akhirnya kembali seperti sediakala. Keseluruhan Tanya jawab dalam ayat-ayat al-quran, dari pertanyaan terdahulu hingga pertanyaan terakhir, adalah dilengkapi dengan tujuan yang sangat mirip yang diekspresikan dalam langkah terahir dalam pertanyaan. Hal ini bertujuan membantu manusia untuk menemukan kebenaran.[3]
يَسْأَلُوْنَكَ عَنِ اْلأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ  لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ وَلَيْسَ الْبِرُّبِأَنْ تَأْتُوْا اْلبُيُوْتَ مِنْ ظُهُوْرِهَاوَلَكِنَّ اْلبِرَّمَنِ اتَّقَى وَأْتُوْا اْلبُيُوْتَ مِنْ اَبْوَابِهَاوَااتَّقُوَّاللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
“Meraka bertanya kepada engkau dari hal bulan sabit. Katakanlah: Dia itu adalah waktu-waktu yang ditentukan untuk manusia dan (untuk) haji. Dan tidaklah kebajikan itu, bahwa kamu masuk ke rumah kamu dari belakangnya, tetapi yang kebajikan ialah takwalah kepada Allah, supaya kamu beroleh kejayaan”.
Paling penting untuk diperhatikan adalah bahwa Allah menjawab dengan menjelaskan manfaat hilal bagi agama maupun kehidupan dunia. Allah dalam hal ini tidak menjawab inti pertanyaan mereka karena pada saat itu para sahabat belum mengetahui perubahan yang terjadi pada bulan. Maka kita dapatkan jawaban yang termaktub bukan tentang pertanyaan mereka, melainkan manfaat yang ada padanya, yaitu menunjukkan waktu-waktu ibadah dan muamalah mereka, khususnya dalam ibadah haji. Kemudian memberi peringatan akan perbuatan mereka saat masih berada dalam fase jahiliyah, yaitu seusai menunaikan ibadah haji, mereka memasuki rumah melalui pintu belakang, bukan pintu depan. Dan mengingatkan mereka bahwa perbuatan yang demikian itu tidak termasuk kebajikan, namun kebajikan adalah apa yang dilakukan oleh orang-orang yang takwa.
Pada interpretasi lain tentang ayat ini yang mungkin lebih mendekati kebenaran. Yaitu pertanyaan mereka atas perubahan bulan, tidak berkaitan dengan keperluan mereka yang sebenarnya sehingga tidak memberi faedah apa-apa. Oleh karena itu mereka diperumpamakan seperti orang yang masuk ke rumah tidak melalui pintunya, maka sebaiknya mereka bertanya tentang apa yang benar-benar menjadi keepentingan mereka.[4]
Tafsir Al-maraghi
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hikmah berbeda-bedanya bentuk hilal dan faedahnya. Kemudian rasulullah menjawab, hilal itu adalah tanda-tanda bagi umat manusia di dalam menentukan urusan dunia mereka. Dengan hilal tersebut mereka mengetahui waktu mana yang paling tepat untuk melakukan cocok tanam atau berdagang. Begitupula mereka dapat menentukan saat-saat kontrak perdagangan melalui hilal ini. Disamping itu hilal merupakan tanda-tanda waktu ibadah. Dengan melihat hilal ini mereka bisa menentukan awal bulan Ramadhan dan saat berakhirnya kewajiban puasa. Terutama sekali hilal ini di pakai untuk menentukan waktu haji. Hal ini untuk menentukan apakah haji dilakukan secara ada’ (tepat pada waktunya) atau qada’ (diluar waktu dan tidak sah melakukannya). Maka hal ini tidak mungkin bisa dimanfaatkan jika hilal itu tetap pada bentuknya.
Menentukan waktu melalui hilal sangat mudah bagi orang-orang yang mengetahui masalah hitungan maupun yang tidak mengetahui, bahkan sangat mudah dipakai oleh orang kampong maupun kota. Sedang mengetahui waktu dengan matahari (sanah syamsiyah), hanya akan dimengerti oleh orang-orang yang pandai dalam ilmu hitung (ilmu falak). Dan merekapun masih sangat sulit menghitung secara tepat, kecuali jika ilmu pengetahuan telah bertambah maju.  Dan ini masih membutuhkan waktu yang panjang.[5]
Tafsir Al-Azhar
Mereka bertanya kepada engkau dari hal bulan sabit. Katakanlah: dia itu adalah waktu-waktu yang ditentukan untuk manusia dan (untuk) haji.” (pangkal ayat 189). Mereka menanyakan mengapa bulan begitu, bukan menanyakan apa faedah yang kita ambil dari keadaan bulan yang demikian. Beliau berikan jawaban yang sesuai dengan kewajiban beliau sebagai rasul. Maka beliau katakanlah bahwasannya bulan terbit dengan keadaan yang demikian itu membawa hikmat yang penting sekali bagi kita. Dengan bulan demikian manusia dapat menentukan iddah perempuan setelah bercerai, menentukan berapa purnama perempuan telah mengandung. Dan dengan dia dapat ditentukan waktu puasa, sampai kepada waktu hari raya dan mengeluarkan zakat sekali setahun, sampai kepada waktu mengerjakan haji.
Kemudian datanglah sambungan ayat: “dan tidaklah kebajikan itu bahwa kamu masuk kerumah dari belakangnya, tetapi yang kebajikan ialah barang siapa yang takwa.” Menurut penafsiran dari penaafsir abu sebelumnya, yaitu kalua hendak masuk kedalam rumahmu janganlah dari pintu belakang.  Maksudnya kalua hendak menanyakan sesuatu hal kepada seseorang hendaklah pilih soal yang pantas dijawab oleh orang itu. Kalua hendak menanyakan mengapa bulan mulanya laksana sabit, lama-lama penuh dan akhirnya kecil sebagai sabit lagi, janganlah hal itu ditanyakan kepada Nabi. Tetapi tanyakanlah kepada ahli falak. Samalah halnya bertanya begitu sebagai masuk rumah dari pintu belakang. Tetapi kalua ditanyakan kepada Nabi apa hikmat yang dapat diambil dari peredaran bulan demikian, akan dapatlah dijawab oleh Nabi menurut yang selayaknya dan yang sepadan dengan beliau. Selanjutnya tuhan bersabda: “dan datanglah ke rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan takwalah kepada Allah, supaya kamu beroleh kejayaan.” (ujung ayat 189).[6]
Tafsir Al-Misbah
            mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit, mengapa bulan pada mulanya terlihat seperti sabit, kecil, tetapi dari malam ke malam ia membesar hingga mencapai purnama, kemudian mengecil dan mengecil lagi sampai hilang dari pandangan? Kaatakanlah, bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia. Waktu dalam penggunaan Al-quran adalah batas akhir pulang untuk menyelesaikan suatu aktivitas. Ia adalah kadar tertentu dari satu masa. Dengan keadaan bulan seperti itu manusia dapat mengetahui dan merancang aktivitasnya sehingga dapat terlaksana sesuai dengan masa penyelesaian (waktu) yang tersedia, tidak terlambat apabilaterabaikan dengan berlakunya waktu; dan juga untuk waktu pelaksanaanibadah haji.
Kembali kepada pertanyaan sahabat nabi diatas, al-Quran tidak menjawab sesuai dengan harapan mereka, tetapi memberi jawaban lain yang lebih sesuai dengan kepentingan mereka. Hal serupa banyak terjadi dengan tujuan mengingatkan penanya bahwa ada yang lebih wajar ditanyakan daripada yang telah diajukan. Memang al-Quran mendidik manusia, dan salah satu bentuk pendidikannya adalah mengarahkab mereka melalui jawaban-jawabannya.
Allah menegaskan bahwa, bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan ialah kebajikan orang yang bertakwa, atau kebajikan adalah siapa yang menghindar dari kebiasaan dan pertanyaan ynag serupa dengan yang ditanyakan diatas dan dalam kondisi yang serupa pula. Karena itu masuklah ke rumah-rumah itu dari pintunya. Bertakwalah kepada Allah, laksana tuntunan-Nya sepanjang kemampuan kamu dan jauhi larangaan-Nya agar kamu beruntung.[7]
Ilmu sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena ilmu adalah pedoman hidup umat manusia. Kita tidak dapat melakukan sesuatu tanpa adanya ilmu, dengan adanya ilmu kita dapat mengetahui sesuatu yang tadinya belum kita ketahui. Dalam menuntut ilmu kita diharuskan menanyakan apa yang belum kita pahami, karena jika kita berusaha menafsirkan sendiri, maka kita mungkin saja tersesat dalam menuntut ilmu. Dalam menanyakan sesuatu harus ada tata cara dalam bertanya maupun menjawab.  Orang yang berilmu, insyaallah akan selamat di dunia dan di akhirat. kewajiban bagi setiap muslim untuk menuntut ilmu agama, yang dengannya ilmu agama dapat membimbing seseorang keluar dari kebodohan, ilmu membimbing seseorang mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan ilmu yang benar tersebut seseorang akan mendapatkan tuntunan untuk menempuh jalannya menuju surge Allah ta’ala.
1.      Ilmu adalah pedoman hidup manusia.
2.      Dengan menuntut ilmu yang kita akan menambah wawasan dan akan mendapatkan manfaat.
3.      Dalam menuntut ilmu hendaknya bertanya apabila belum paham.
4.      Menuntut ilmu adalah sarana untuk beribadah kepada Allah.
5.      Jika orang yang berilmu hendaklah ilmu tersebut diamalkan kepada semua orang.
6.      Setelah menuntut ilmu hendaknya tawakal kepada Allah dan harus selalu optimis.










BAB III
PENUTUP
metode tanya jawab merupakan suatu cara untuk menyampaikan atau menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab oleh siswa atau sebaliknya. Olehnya dalam penerapannya, guru dan siswa harus terlibat dalam aktifitas bertanya dan memberikan respon atas pertanyaan-pertanyaan yang ada.
Dalil metode tanya jawab yang tercantum dalam Al-Baqarah ayat 189 yang di dalamnya Allah menjawab dengan menjelaskan manfaat hilal bagi agama maupun kehidupan dunia
Demikianlah makalah ini saya susun. penulis menyadari dalam penulisaan makalah ini terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diperlukan untuk menyempurnakan makalah ini dan makalah yang akan penulis buat selanjutnya. Semoga bermanfaat bagi pembacanya.











DAFTAR PUSTAKA


Abdullah, Abdurrahman Saleh. 1994. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an. Jakarta:PT Rineka Cipta.
Basrudin, Ratman, dan Yusdin gagaramusu. Penerapan Metode Tanya Jawab Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam Di Kelas IV SDN Fatufiyah Kecamatan Bahodopi.  Jurnal Kreatif Taduloko Online. 1(1): 216.

Gojali, Nanang. 2013. Tafsir Hadis Tentang Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Hamka. 2004. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Mushthafa al-maraghi, Ahmad. 1993. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Shihab, M. Quraish . 2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.
Qardhawi, Yusuf. 1998. Al-Quran Berbicara tentang Akal dan Ilmu pengetahuan. Jakarta: Gema Insani Press.









BIODATA PENULIS:

Nama                           : Farkhatuttadzkiroh
NIM                            : 2117065
Alamat                        : RT 04/RW 04 Desa Sidorejo, Comal, Pemalang
Riwayat Pendidikan   :
a.       RA Mahadul Muta’allimin
b.      MI Mahadul Muta’allimin
c.       MTs Mahadul Muta’allimin
d.      SMA N 1 COMAL



[1] Basrudin, Ratman, dan Yusdin gagaramusu, “Penerapan Metode Tanya Jawab Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam Di Kelas IV SDN Fatufiyah Kecamatan Bahodopi”, Jurnal Kreatif Taduloko Online vol. 1 No. 1, hlm., 216.
[2] Nanang Gojali, Tafsir Hadis Tentang Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), hlm., 237.
[3] Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, (Jakarta:PT Rineka Cipta,1994) hlm., 215.
[4] Yusuf Qardhawi, Al-Quran Berbicara tentang Akal dan Ilmu pengetahuan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hlm., 246-247.
[5] Ahmad Mushthafa al-maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1993), hlm., 146.
[6] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2004), hlm., 148-150.
[7] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm., 417-418.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar