Laman

Sabtu, 02 Maret 2019

TT C 1c HAKIKAT PENDIDIKAN (QS AT-TAUBAH, 9:122)

HAKIKAT PENDIDIKAN
(QS AT-TAUBAH, 9:122)
Safitri Rizki Amalia
NIM. (2418041)
Kelas : C

JURUSAN PIAUD
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN  
IAIN PEKALONGAN
2019






KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahim...

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah, taufik, dan inayahnya kepada kita semua. Sehingga kami bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan ridhonya. Syukur Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan rencana. Makalah ini kami beri judul Hakikat Pendidikan(QSAT-TAUBAH, 9:122) dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah tafsir tarbawi.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Revolusi Akbar Nabi Muhammad SAW.Selanjutnya saya mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Muhammad Hufron, MSI selaku dosen pengajar mata kuliah tafsir tarbawi, yang telah membimbing kami. Dan kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini hingga selesai. saya mohon ma’af yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan didalamnya. Saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis umumnya dan khususnya bagi pembaca.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat terimakasih.



Pekalongan28 Februari 2019

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
  A. Latar Belakang.................................................................................................1
     
  B. Rumusan Masalah..............................................................................................2

 C. Tujuan Penulisan...............................................................................................2


BAB II PEMBAHASAN
  
 A. Definisi tentang Hakikat Pendidikan Dalam QS.At-Taubah,9:122..................3

 B. Bunyi QS. At-Taubah, 9:122 dan terjemahannya dan juga penafsirannya......4

 C. Nilai-Nilai Pendidikan yang terkandung dalam QS.At-Taubah, 9:122...........7

 D.  Asbabun Nuzul dalam QS. At-Taubah, 9:122..................................................8
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................9

B. Saran........................................................................................................................9


DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................iv

                                                           BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
    
      Banyak orang yang salah mengartikan akan suatu ayat yang terdapat dalamAl-Qur’an, sehingga orang bisa saja mengartikan berbagai ayat dalam Al-Qur’an dengan tidak melihat berbagai sumber termasuk tafris-tafsir yang sudah ada. Banyak sekali buku-buku atau tafsir-tafsir yang seharusnya kita gali untuk mengkaji berbagai ayat. Salah satunya adalah tafsir al-Maraghi. Al-Qur’an bukanlah kitab suci yang siap pakai dalam arti berbagai konsep yang dikemukakan al-Qur’an tersebut, tidak langsung dapat dihubungkan dengan berbagai masalah yang dihadapi manusia. Ajaran Al-Qur’an tampil dalam sifatnya yang global, ringkas dan general sehingga untuk dapat memehami ajaran Al-Qur’an tentang berbagai masalah tersebut, mau tidak mau seseorang harus melalui jalur tafsir sebagimana yang dilakukan oleh para ulama.
.
Surat at-Taubah terdiri atas 129 ayat termasuk golongan surat-surat Madaniyyah. Surat ini dinamakan at-Taubah yang berarti pengampunan berhubung kata at-Taubah berulang kali disebut dalam surat ini. Dinamakan juga dengan Baraah yang berarti berlepas diri yang di sini maksudnya pernyataan pemutusan perhubungan, disebabkan kebanyakan pokok pembicaraannya tentang pernyataan pemutusan perjanjian damai dengan kaum musyrikin. Disamping kedua nama yang masyhur itu ada lagi beberapa nama yang lain yang merupakan sifat dari surat ini.  Berlainan dengan surat-surat yang lain, maka pada permulaan surat ini tidak terdapat basmalah, karena surat ini adalah pernyataan perang dengan arti bahwa segenap kaum muslimin dikerahkan untuk memerangi seluruh kaum musyrikin, sedangkan basmalah bernafaskan perdamaian dan cinta kasih Allah. Surat ini diturunkan sesudah Nabi Muhammad S.A.W. kembali dari peperangan Tabuk yang terjadi pada tahun 9 H. Pengumuman ini disampaikan oleh Saidina 'Ali . pada musim haji tahun itu juga
Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang menyangkut perjuangan. Yakni, hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya, bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada Allah SWT dan menegakkan sendi-sendi Islam.
Karena perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak disyariatkan kecuali untuk jadi benteng dan pagar dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik. Surat at-Taubah merupakan akhir surat yang diturunkan, setelah itu Nabi wafat dan belum menjelaskan letaknya. Adapun ceritany menyerupai cerita yang ada pada Surat Al-Anfal. Sesungguhnya Nabi  memerintahkan untuk meletakkan Surat ini sesudah Surat al-Anfalitu karena adanya wahyu. Dan menghilangksn bismillahirahmanirrahiimpada awal Surat ini juga wahyu.

Alasan Penulis Membuat judul makalah ini adalah karena kita sebagai pelajar dan calon pendidik harus mengetahui apa itu pendidikan dan hakikat pendidikan itu sendiri dengan kita tau hal tersebut maka kita akan menjadi seorang pendidik yang mampu memiliki sifat profesional dalam bidang pendidikan.











B. RUMUSAN MASALAH
     1. Apa Definisi dan penjelasan tentang hakikat pendidikan itu? 
     2. Bagaimana bunyi Qs. At-Taubah, 9:122 dan terjemahannya?
     3. Bagaimana Penafsiran dalam QS. At-Taubah, 9:122 ?
     4. Bagaimana Nilai-Nilai Pendidikan dalam QS. At-Taubah, 9:122?
     5. Bagaimana Asbabun Nuzul dalam QS. At-Taubah, 9:122?

C. TUJUAN PENULISAN
      1. Untuk Mengetahui Apa itu Definisi tentang hakikat pendidikan itu!
      2. Untuk Mengetahui bunyi QS. At-Taubah,9:122 dan terjemahnnya!
      3. Untuk Mengetahui Penafsiran dalam QS. At-Taubah, 9:122!
      4. Untuk Mengetahui Nilai-Nilai Pendidikan QS. At-Taubah, 9:122!
      5. Untuk Mengetahui Asbabun Nuzul dalam QS. At-Taubah, 9:122
















BAB 1
PEMBAHASAN
 A.DEFINISI HAKIKAT PENDIDIKAN
           Hakikat Pendidikan islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah(kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. [1]
           Al-Qur’an dan sunnah Rasul merupakan sumber ajaran islam, maka pendidikan islam pada hakikatnnya tidak boleh lepas dari kedua sumber tersebut. Dalam kedua sumber tersebut pendidikan lebih dikenal dengan istilah-istilah yang pengertiaannya terkait dengan pendidikan yaitu at-Tarbiyah.
         Pendidikan atau at-tarbiyah menurut pandangan islam adalah bagian dari tugas manusia sebagai khalifah allah di bumi. Allah adalah Rabb al-Alamin juga Rabb al-Nas. Tuhan adalah yang mendidik makhluk alamiah dan juga yang mendidikm manusia.[2]  Sebagai khalifah Allah, manusia mendapat kuasa dan limpahan wewenang dari allah  untuk melaksanakan pendidikan  terhadap alam seisinya dan manusia, oleh karenannya dalam konteks masalah ini manusialah yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan tersebut.
         Pendidikan secara teoritas mengandung pengertian memberi makan kepada jiwa  seseorang sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah.[3] Pendidikan bila ingin diarahkan kepada pertumbuhan yang sesuai dengan ajaran islam, maka harus berproses melalui kelembagaan maupun melalui sistem kurikuler yang berpedoman pada syari’at islam.
         Syariat Islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau diajarkan saja, tetapi harus didik melalui proses pendidikan.[4] Dari satu segi, kita melihat bahwa pendidikan islam itu banyak ditujukan kepada kebaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain Di sisi lain, pendidikan islam tidak hanya bersifat teoritas saja tapi juga praktis. Ajaran islam juga tidak memisahkan antara iman dan amal sholeh.
B. BUNYI QS. AT-TAUBAH, 9:122 DAN TERJEMAHAANNYA
Surat At-Taubah (9) ayat 122
وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ ١٢٢
     Artinya :
            Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.[5]

Penafsiran Dalam QS.At-Taubah, 9;122
                        Anjuran yang demikian gencar, pahala yang demikian besar bagi yang berjihad, serta kecaman yang sebelumnya ditujukan kepada yang enggan, menjadikan kaum beriman berduyun-duyun dan dengan penuh semangat maju ke medan juang. Ini tidak pada tempatnya karena ada area perjuangan lain yang harus dipikul. Ulama yang menyatakan bahwa ketika Rasul saw. tiba kembali di Madinah, beliau mengutus pasukan yang terdiri dari beberapa orang ke beberapa daerah. Hal ini banyak sekali yang ingin terlibat dalam pasukan kecil itu sehingga jika diperturutkan, tidak akan tinggal di Madinah bersama Rasul kecuali beberapa gelintir orang saja. Maka dalam hal ini ayat ini menuntun kaum muslimin untuk membagi tugas dengan menyatakan : Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin yang selama ini dianjurkan agar bergegas menuju medan perang pergi semua ke medan perang sehingga tidak tersedia lagi yang melaksanakan  tugas-tugas yang lain. Jika memang tidak ada panggilan yang bersifat mobilisasi umum, maka mengapa tidak pergi dari setiap golongan, yakni kelompok besar, di antara mereka beberapa orang dari golongan itu untuk bersungguh-sungguh memperdalam pengetahuan tentang agama sehingga mereka dapat memperoleh manfaat untuk diri mereka dan untuk orang lain dan juga untuk memberi peringataan kepada kaum mereka yang menjadikan anggota pasukan yang ditugaskan oleh Rasul saw. itu apabila nanti setelah selesainya tugas, mereka, yakni anggota pasukan itu, telah kembali kepada mereka yang memperdalam pengetahuan itu supaya mereka yang jauh dari Rasul saw. karena tugasnya dapat berhati-hati dan menjaga diri mereka.[6]
                         Menurut al-Biqa’i sebagaimana dikutip Quraish menyatakan bahwa kata thaaifah dapat berarti satu atau dua orang. Sementara ulama yang lain tidak menentukan jumlah tertentu, namun yang jelas ia lebih kecil dari firqah yang bermakna sekelompok manusia yang berbeda dengan kelompok yang lain. Karena itu, satu suku atau bangsa, masing-masing dapat dinamai dengan firqah. Sedangkan kata liyatafaqqahuu terambil dari kata fiqh, yakni pengetahuan yang mendalam menyangkut hal-hal yang sulit dan tersembunyi. Bukan hanya sekadar pengetahuan. Penambahan huruf taa pada kata tersebut mengandung makna kesungguhan upaya, yang dengan keberhasilan upaya itu para pelaku menjadi pakar-pakar dalam bidangnya. Demikianlah kata-kata tersebut mengundang kaum muslimin untuk menjadi pakar-pakar pengetahuan. Sementara kata fiqh bukan terbatas pada apa yang diistilahkan dalam disiplin ilmu agama dengan ilmu fiqh, yakni pengetahuan tentang hukum-hukum agama islam yang bersifat praktis dan yang diperoleh melalui penalaran terhadap dalil-dalil yang terperinci. Tetapi, kata itu mencakup segala macam pengetahuan mendalam.[7] 

Analisa :
                           Orang-orang yang beriman tidak wajib pergi semua untuk berjihad dan meninggalkan negeri mereka dalam keadaan kosong. Tapi harus tetap ada yang tinggal disana dan satu kelompok lagi yang keluar menuntut ilmu yang bermanfaat. Apabila mereka kembali ke kampung halaman, mereka wajib mengajarkan ilmu yang diperoleh kepada kaumnya yang tidak ikut menuntut ilmu. Mereka harus memberikan pemahaman kepada kaumnya tentang agama Allah SWT, memperingatkan mereka akan bahaya maksiat dan melanggar perintah-Nya. Menyerukan supaya mereka bertakwa kepada Tuhan mereka dengan mengamalkan kitab-Nya dan sunnah Nabi SAW.

Ø  PENAFSIRAN KATA-KATA  SULIT:
نفر – Nafara                :   berangkat perang
لولا  – Laula                : Kata-kata yang berarti anjuran dan dorongan melakukan sesuatu yang disebutkan sesudah kata-kata tersebut, apabila itu terjadi dimasa yang akan datang. Tapi Laula juga berarti kecemasan atas meninggalkan perbuatan yang disebutkan sesudaah kata itu, apabila merupakan hal yang telah lewat. Apabila hal yang dimaksud merupakan perkara yang mungkin dialami, maka bias saja ”Laula”, itu berarti perintah mengerjakannya.
الفرقة  - Al- Firqah     : kelompok besar
الطائفة – At- Ta’ifah   : kelompok kecil
تفقه – Tafaqqaha       : berusaha keras untuk mendalami dan memahami suatu perkara dengan susah payah untuk memperolehnya.
انذره – Anzarahu       : menakut-nakuti dia.
حذره – Hazirahu       : berhati-hati terhadapnya. (al-Maragi, 192:84)[8]
..


  
   

           D. NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM QS. At-TAUBAH, 9:122
         Surat At-Taubah Ayat 122 Merupakan ayat yang menjelaskan tentang pentingnya menuntut ilmu agama . Nilai pendidikan yang terkandung dalam ayat itu adalah sebagai berikut:
1.      Kewajiban mendalami agama dan kesiapan untuk mengajarkannya
Maksudnya , tidaklah patut bagi orang – orang mukmin dan juga tidak dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap urusan perang yang keluar menuju medan perjuangan karena menuntut ilmu itu merupakan suatu kewajiban sehingga menuntut ilmu mempunyai derajat yang sangat tinggi . sehingga di sejajarkan dengan orang yang perang di jalan allah swt .
2.      Hasil dari pembelajaran itu tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi diharapkan mampu untuk menyampaikan terhadap orang lain.[9]
           
   


  E. Asbabun Nuzul Dalam QS. At-Taubah, 9:122
Tersebutlah pada saat itu ada orang-orang yang tidak berangkat ke medan perang, mereka berada di daerah Badui (pedalaman) karena sibuk mengajarkan agama kepada kaumnya. Maka orang-orang munafik memberikan komentarnya : “Sungguh masih ada orang-orang yang tertinggal di daerah-daerah pedalaman, maka celakalah orang-orang pedalaman itu.” Kemudian turunlah firman-Nya yang mengatakan : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”(Q.S. At-Taubah : 122).
Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan pula hadits lainnya melalui Abdullah Ibnu Ubaid Ibnu Umair yang menceritakan, bahwa mengingat keinginan kaum Mukminin yang sangat besar terhadap masalah jihad, disebutkan bahwa : bila Rasululla mengirimkan Sariyyahnya, maka mereka semuanya berangkat, dan mereka meninggalkan Rasul di Madinah bersama dengan orang-orang yang lemah. Maka turunlah firman Allah SWT, yaitu Q.S. At-Taubah : 122
Tersebutlah pada saat itu ada orang-orang yang tidak berangkat ke medan perang, mereka berada di daerah Badui (pedalaman) karena sibuk mengajarkan agama kepada kaumnya. Maka orang-orang munafik memberikan komentarnya : “Sungguh masih ada orang-orang yang tertinggal di daerah-daerah pedalaman, maka celakalah orang-orang pedalaman itu.” Kemudian turunlah firman-Nya yang mengatakan : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”(Q.S. At-Taubah : 122)


3.      Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan pula hadits lainnya melalui Abdullah Ibnu Ubaid Ibnu Umair yang menceritakan, bahwa mengingat keinginan kaum Mukminin yang sangat besar terhadap masalah jihad, disebutkan bahwa : bila Rasululla mengirimkan Sariyyahnya, maka mereka semuanya berangkat, dan mereka meninggalkan Rasul di Madinah bersama dengan orang-orang yang lemah. Maka turunlah firman Allah SWT, yaitu Q.S. At-Taubah : 122[10]




BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang menyangkut perjuangan, yaitu hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan menegakan sendi-sendi Islam. Karena perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak di syari’atkan kecuali untuk jadi benteng dan pagar dari da’wah tersebut agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik.

B.     SARAN

Banyak sekali apa yang belum tertuliskan mengenai penafsiran ayat-ayat tersebut. Untuk itu penyusun mengharapkan kepada siapa saja yang membaca untuk lebih lagi secara mendalam mencari sumber-sumber atau kitab-kitab tafsir selain yang penyusun cantumkan. Mungkin akan berbeda antara kitab tafsir yang satu dengan yang lainnya semoga makalah ini bermanfaat amin.










DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. 2012. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Shihab, M Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta : Lentera Hati.
Listiawati Dr. 2017.Tafsir Ayat – Ayat Pendidikan : PT Kharisma Putra Utama.
Hamka Dr. 1999. Tafsir Al-Azhar Juz X. Jakarta : Pustaka Panjima.
Al-Qur’an dan terjemahnya (Wakaf dari pelayan dari tanah Suci Raja Fahd bin Abdul Azizi Al-Su’ud, (Jeddah, 1996)













BIOGRAFI



Nama : Safitri Rizki Amalia
Nim : 2418041
Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Hobi : Berenang
Alamat : Perum Griya Kajen Indah Desa Gandarum Kec. Kajen Kab. Pekalongan Rt 04 Rw 012 No. 161
Riwayat Pendidikan : Tk Aisyiyah Muhammadiyah
                                       SDN 02 Pekiringan Alit
                                       SMP N 03 Kajen
                                       SMK MA’ARIEF NU Kajen




           [1] M. Arifin ,  Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritas Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner (Jakarta:Bumi Aksara, 1991),hlm.32
           [2] Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta:Bumi Aksara, 1995), hlm.147
           [3]  M.Arifin, Ilmu Pendidikan, hlm.32
             [4] Zakiyah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Bumi Aksara, 1995), hlm.147
             [5]  QS, at-Taubah (9): 122, hlm.166-167
            [6]  Quraish Shihab, jilid V, 288, Hlm. 168
              [7]  Ahmad Mustafa al-Maraghiy, jilid IV, 48. Hlm. 168-169
               [8] Abudin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 168
               [9] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakata Lentera Hati, 2012), hlm. 187
          [10]  Al-Qur’an dan Terjemahnya (Wakaf dari Pelayan Dua Tanah Suci Raja Fahd bin Abduk Al-Su’ud, (Jeddah, 1996), hlm.302

Tidak ada komentar:

Posting Komentar