Laman

Rabu, 15 Februari 2012

makalah 1 hadits 2-3 proporsional dalam mendidik


Makalah
Proporsional Dalam Mendidik


                                           Mata Kuliah                      : Hadist Tarbawi II
                                           Dosen Pengampu            : Muhammad Ghufron, M.S.I

                                                                       







Disusun Oleh:
Mutohirin
202109436



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN PEKALONGAN
2012




PENDAHULUAN


Dalam makalah ini kami akan mempresentasikan makalah kami yaitu “proporsional dalam mendidik”,orang tua merupakan sumber pendidikan bagi anak,proses belajar anak sangat tergantung bagaimana orang tua itu membentuk karakter anak,supaya sesuai dengan apa yang di perintahkan allah serta sesuai pula dengan hadits nabi.di sinilah peran orang tua dalam mendidik anak sangat di butuhkan bagi perkembangan anak.
Pendidikan sejak dini sangat di butuhkan anak untuk bisa mengoptimalkan kemampuan intelengensi maupun religius anak,Oleh karena itu,peran keluarga sangatlah signifikan dalam perkembangan anak.   





























PEMBAHASAN
A.    Materi   Hadits
عن عمر و بن شعيب عن أبيه عن جده قال: قال رسو ل االه صلى الله عليه وسلم (مرواأبناءكم با الصلا ة لسبع سنين واضربوهم عليها لعشرين وفرقوابينهم فى المضاجع وإذاانكح احدكم عبده أوأجيره فلا ينظرن إلى شيئ من عورته فإن ما أسفل من سرته إلى ركبته من عورته) (رواه أحمد فى المسند المكتثرين من الصحابة)

B.     Makna Hadits
              Artinya:”Dari amru bin syu’aib dari bapaknya dari kakeknya berkata,bahwa rasulullah saw bersabda:suruhlah anak-anak kalian untuk mengerjakan sholat sejak mereka berusia tujuh tahun.dan pukullah mereka jika melalaikannya,ketika mereka berusia sepuluh tahun,dan pisahkanlah tempat tidur mereka,dan ketika salah satu di antara kamu menikahi budak atau pelayanmu,maka janganlah melihat sesuatu dari auratnya,maka sungguh aurat itu berada di bawah fusar sampai lutunya.’’
   (Hr.ahmad,musnad mukasirin min shahabah )

C.  Mufrodhat
SURUHLAH
مروا
PUKULLAH MEREKA
واضربوهم
DAN PISAHKANLAH
وفرقوا
TEMPAT TIDUR
المضاجع
PELAYAN
أوأجيره
FUSAR
أسفل
  LUTUTNYA

ركبته


D. Biografi perawi
عمرو بن سعيب بن عبدالله بن عمرو بن العاص القرش السهمى, أبو أبرهم, ويقول أبو عبدالله المدنى, ويقول: الطائفى
Nama lengkapnya adalah amr bin syu’aib bin muhammad bin abdillah bin amru bin ash-al quraisy ash-shami,beliau berasaldari thoif,beliau merupakan generasi ke empat,beliau berguru kepada ayahnya,adapun muridnya antara lain atha’,umar bin dinnar,dll.beliau meninggal pada tahun 118 H .[1]

E. Keterangan hadist
Hadist ini menerangkan,bahwa rasulullah menyuruh kepada kita,khususnya orang tua untuk memerintakan anaknya agar mengerjakan sholat ketika berumur tujuh tahun,dan memukulnya apabila membangkang di dalam mengerjakan sholat ketika berumur sepuluh tahun,hukuman memukul yang di maksud adalah dengan cara yang di terapkan dalam islam,dan ini di lakukan pada tahap terakhir,setelah nasihat dan memberitahu nya,tata cara yang tertib ini menunjukan bahwa pendidik tidak boleh menggunakan yang lebih keras jika yang lebih ringan sudah bermanfaat. Sebab, pukulan adalah hukuman yang paling berat ,tidak boleh menggunakannya  kecuali jika dengan jalan lainsudah tidak bisa.perlu di ketahui pula bahwa rasulullah sama sekali belum pernah memukul seorang pun dari istrinya.[2]
Hal lain adalah untuk menumbuhkan kedisiplinan,yaitu disiplin ibadah baru  bisa di dirikan di tengah keluarga,disiplin yang di tanamkan dari kecil oleh orang tua akan meninggalkan bekas yang lama,hingga nantinya anak tidak mudah tergoda meninggalkan perintah-perintah allah swt.[3]

F. Aspek tarbawi
-Pendidik hendaknya mengetahui kapan anak didik itu akan menerima pelajaran dengan baik.
-Pendidik hendaknya senantiasa memberikan informasi positif terhadap anak.
-Pendidik hendaknya senantiasa memberikan nasihat yang baik terhadap anak didik.
-pendidik boleh memukul anak didik,tapi di haruskan memukul di artikan yang mendidik bagi anak,bukan menyakiti.   

























A. Hadist
عن بن عباس رضى الله عنهما قال:أن النبيى صلى الله عليه وسلم أمر بتعليق السوط فى البيت (رواه البخارى فى الأدب المفرد, باب تعليق السوط فى البيت)
B. Makna
Artinya:”Dari ibnu abbas r.a berkata:”sesungguhnya nabi saw menyuruh untuk menggantung cemeti di dalam rumah”

C. Mufrodat
أمر = menyuruh
بتعليق = menggantung
السوط = cemeti
فى البيت = di dalam rumah

D.Biografi  Perawi 
Nama aslinya adalah abdullah bin abbas bin abdul mutholib bin hasyim bin abdul manaf,beliau adalah anak dari paman rasulullah,beliau lahir sebelum tahun 3 H,beliau di doakan oleh rasulullah agar di beri kepahaman mengenai alquran,sehingga ia mempunyai pengetahuan yang luas dan umar berkata:ibnu abbas merupakan salah satu orang yang banyak meriwayatkan hadist sejumlah1660,beliau wafat di kota thaif pada tahun 68 H,beliau merupakan salah satu dari sekian banyak sahabat nabi dan merupakan salah satu sahabat yang ahli dalam ilmu fiqih.[4]

E. Keterangan Hadits
Hadits tersebut menerangkan bahwa perintah Rasulullah kepada kita untuk menggantungkan cemeti di dalam rumah, hadits tersebut bukan bermaksud agar orang tua saling memukul anggota keluarganya akan tetapi maksudnya adalah sekedar untuk membuat rasa takut terhadap ancaman tersebut, sehingga mereka bisa atay mampu meninggalkan perbuatan-perbuatan yang bersifat buruk atau terrcela.

F. Aspek Tarbawi
1. Pendidik hendaknya bersifat tegas terhadap anak didik
2. pendidik hendaknya mempunyai sifat yang berani dalam mengambil keputusan.
3. pendidik hendaknya dapat membuat anak didik merasa nyaman dalam menerima pelajaran.


























DAFTAR PUSTAKA

Hajar al Asqolani, Ibnu. Tahdibud Tahdib juz VI.,
Nasih Ulwan, Abdullah. 1994. Tarbiyatul Aulad fil Islam cet. III,. Beirut: Darus Salam.
Ilyas, Yunahar. 2004. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI).
Dieb al-Bugha, Musthofa & Syaikh Muhyidin Mistu al-Wati. 2008.  Syarah Hadits Arba’in Imam Namawi. Jakarta: Al-Kautsar.


























PENUTUP

Demikianlah pembahasan makalah ini, yaitu mengenai proporsional dalam mendidik anak supaya mempunyai nilai relligius yang kokoh dan intelegensi yang berlandaskan pada nilai-nilai keTuhanan. Semoga bermanfaat.































 α

Daerah penerimaan H0
Daerah penerimaan H0
Batas daerah penolakam H0
Luasnya = α

penolakam H0
(krisi) H0
0




[1] Ibnu Hajar al Asqolani, Tahdibud Tahdib juz VI., h. 159.
[2] Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam cet. III, (Beirut: Darus Salam, 1994), h. 321.
[3] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI), 2004), h. 180.
[4] Musthofa Dieb al-Bugha & Syaikh Muhyidin Mistu al-Wati, Syarah Hadits Arba’in Imam Namawi, (Jakarta: Al-Kautsar, 2008),