Laman

Rabu, 15 Februari 2012

makalah 1 hadits 4 : Teladan pemimpin rumah Tangga

MAKALAH

TELADAN DARI PEMIMPIN RUMAH TANGGA

Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu: Muhammad Ghufron M.S.I













Disusun Oleh:
Mokh. Makhrom
(202109440)

Kelas: H


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Tarbiyah yang dengan kata lain pendidikan adalah hal yang penting dalam proses pembentukan kepribadian atau perubahan sikap, tingkah laku seseorang atau pun kelompok orang dalam rangkah mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Lingkungan keluarga merupakan salah satu faktor terpenting dalam proses pembentukan kepribadian dan tingkah laku anak-anak, dalam hal ini perlakuan orang tua mempunyai peran penting, dimana seorang ayah selaku pemimpin rumah tangga selakaligus sebagai teladan bagi anak-anak dan seorang ibu juga mempunyai peran untuk mengasuh dan mendidik anak.
Kepribadian kedua orang tua sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung akan masuk dalam pribadi tingkah laku seorang anak yang condong selalu meniru apa yang dilakukan orang tua.
 dalam makalah kali ini kami coba mengungkap mengenai teladan dari pemimpin rumah tangga. Mengutip hadist dari Sunan Darimi Kitab Fadooilil Qur’an bab menghatamkan Al-Qur’an
















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hadits
عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ قَالَ كَانَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ إِذَا أَشْفَى عَلَى خَتْمِ الْقُرْآنِ بِاللَّيْلِ بَقَّى مِنْهُ شَيْئًا حَتَّى يُصْبِحَ فَيَجْمَعَ أَهْلَهُ فَيَخْتِمَهُ مَعَهُمْ

B.     Terjemahan Hadist
“Dari Tsabit Al Bunani ia berkata: Apabila Anas Bin Malik hampir menghatamkan Al-Qura’an di malam hari, ia menyisahkan sedikit dari Al- Qur’an hingga waktu pagi, lalu ia mengumpulkan keluarganya, kemudian ia menghatamkan Al-Qur’an bersama mereka”.[1]

C.    Mufrodath Penggalan Perkalimat
عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ                             :  Dari Tsabit Al Bunani
قَالَ                                                : berkata
كَانَ                                                : Ada
أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ                                 :  Anas Bin Malik
إِذَا                                                 : Apabila atau ketika
أَشْفَى عَلَى خَتْمِ الْقُرْآنِ                    : hambir menghatapkan Al Qur’an
بِاللَّيْل                                             : di malam hari
بِاللَّيْلِ بَقَّى مِنْهُ شَيْئًا                        : Menyisahkan sedikit dari Al Qur’an
حَتَّى يُصْبِحَ                                    : Hingga waktu pagi
فَيَجْمَعَ                                           : Lalu ia mengumpulkan
أَهْلَهُ                                               : Keluarganya
فَيَخْتِمَهُ                                          : Kemudian ia menghatamkan Al-Qur’an
مَعَهُمْ                                             : Bersama mereka (keluarga)

D.    Biografi Perawi
Tsabit Al Bunani nama lengkap beliau adalah Tsabit bin Aslam Al Bunani Al Bashri Abu Ahmad. Beliau selalu menyerahkan diri kepada Allah SWT, selalu rindu dengan shalat dan sujud dihadapan Allah SWT sehingga beliau tidak lagi memiliki keinginan apapun dari materi dunia. Tiada yang dijadikan sebagai tujuan hidupnya kecuali shalat, dzikir, dan menyebarkan hadits Nabi SWA beliau Tsabit al bunani banyak meriwayatkan hadits dari Anas. Dalam hidupnya beliau menyanti berguru kepada sahabat mulia Anas bin Malik selama empat puluh tahun, selain itu beliau juga perna berguru kepada Malik bin Dinar orang yang berilmu, alim, zuhud dan wara’. Beliau wafat pada tahun 127 Hijriyah.[2]
Anas bin Malik nama lengkap beliau Anas bin Malik bin Nadzor bin Dhomdom bin Zaid bin Harom bin jumdub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin An Najjar, Abu Hamzah Al Ansori Al khazraji. Beliau kerabat Rasulullah SAW dan biliau sebagai murridnya dan sahabat yang terahir meninggal dunia. Biliau Anas bin Malik lahir dari seorang ibu Ummu Sulaim Malikah binti Milhan bin Kholid bin Ziad bin Harom. Ayah beliau Abi Tholhah Zaid bin Sahl Al Snsori, Anas dilahirkan ketika Rasul datang ke madinah, Anas berumur 10 tahun dan ketika Rasul wafat Anas bin Malik berusia 20 tahun jadi Anas bin Malik lahir 10 tahun tahun hijriyah bertepatan tahun 612 masehi. Guru beliau adalah Rasulullah, Anas bin Malik wafat ketika berusia 107 tahun, para ahli sejarah selisih dalam  menentukan wafat beliau ada yang mengatakan wafat pada tahun 90, 91, 92 dan ada pula yang mengatakan tahun 93 dari semua itu inilah yang paling mashur menurut jumhur Imam Ahmad berkata Anas bin Malik wafat bersamaan pada hari Jumat tahun 93.[3]

E.     Keterangan Hadits
Hadits ini menerangkan kebiasaan dari sahabat Anas bin Malik ketika ia hendak mengkhatamkan Al-qur’an, ia  menyisahkan sedikit dari Al-qur’an yang dibaca, lalu mengajak semua keluarganya untuk berdoa besama karena waktu mengatamkan Al-qur’an adalah waktu yang mustajab untuk berdoa mengharap rahmat dan berkah kepada Allah SWT, dengan mengumpulkan semua keluarganya akan membawa keberkahan bagi keluarga.[4]

F.     Kandungan Aspek Tarbawi
1)      Pendidikan dalam rumah tangga, dalam hal ini kedua orang tua sebagai pendidik hendaknya mendidik anak  dengan mengajak kebiasaan yang bersifat mulia baik dan mendidik.
2)      Pendidik (guru atau orang tua) harus menjadi tauladan atau panutan bagi peserta didik dengan mencerminkan kepribadian yang mulia.
3)      Pendidik dalam rumah tangga (orang tua) melatih diri dan anak-anaknya (pesrta didik) untuk senang tiasa membaca Al-Qur’an
4)      Dalam rumah tangga pemimpin (ayah) harus mengatur waktu dan menentukan atau menghususkan waktu tertentu untuk membaca Al-Qur’an besama keluarga.







BAB II
PENUTUP

Menghatamkan Al-quran merupakan sifat Rasulullah SAW, para Sahabat dan orang-orang mukmin yang bertaqwa kepada Allah SAW, sayogyanya kita juga memposisikan Al-Qur’an seprti mereka yang senang tiasa membaca dan memnghatamkan Al-Qur’an.
Dalam lingkungan keluarga Anak sebagai anugrah titipan Allah SWT yang kelak akan kembali kepadaNya dan orang tua akan dimintai pertanggung jawaban dalam mendidik anak-anaknya, jadi Kunci keberhasilan dari seseorang anak adalah bagaimana orang tua mengemas anak tersebut dengan mengajari kebiasaan membaca Al-Qur’an dan membekali keimanan saat usia dini karena keimanan merupakan landasan yang kokoh bagi kepribadian anak, dengan itu kehidupnya akan dilengkapi dengan sistem, tatanan, hukum dan keharmonisan.
Setelah itu orang tua mendidik anak-anaknya melalui pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal, disinilah anak akan mengubah kepribadian nya yang akan lebih dewasa dan religious. Kelak pun orang tua akan menerima kebahagiaan dari keberhasilan dari anak-anak mereka. Dengan kata lain ditangan kedua orang tualah anak mau dibawa kemana,,? Itu yang perlu diketahui setiap orang tua.











DAFTAR PUSTAKA

ad-Darimi, tt. Kitab Fadhoilil Qur’an bab. Mengkhatamkan Qur’an.
Sa’ad, Ibnu. Tt.  at Thabaqat  jilid VII.


[1] Sunan ad-Darimi, Kitab Fadhoilil Qur’an bab. Mengkhatamkan Qur’an, tt. no. hadits. 3338.
[2] Ibnu Sa’ad, at Thabaqat  jilid VII, tt. h. 233.