Laman

Sabtu, 17 Maret 2012

B6-32 Naila Qonita: PERINTAH UNTUK MENGAMATI ALAM SEMESTA


MAKALAH
PERINTAH UNTUK MENGAMATI ALAM SEMESTA

Disusun untuk memenuhi tugas:
                        Mata kuliah                 : Hadits Tarbawi II
                        Dosen pengampu        : Muhammad Hufron, M.S.I




 
                                                                      









Oleh :
                                                Nama   : Naila Qonita
                                                NIM    : 2021110076
                                                Kelas   : B


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2012


PENDAHULUAN

Manusia sudah tidak asing lagi dengan yang namanya alam semesta. Alam semesta, merupakan suatu ruangan atau selungkup dengan bumi yang datar sebagai lantainya dan langit beserta bintang sebagai atapnya.
Apa yang ada di antara bumi dan langit, seperti udara, hujan, gunung, sungai, dan sebagainya itu adalah ciptaan Allah SWT.
Dan dalam makalah ini saya akan mencoba menjelaskan tentang perintah untuk mengamati alam raya, dan juga untuk menyadari bahwa Allah itu Maha Esa.

















PEMBAHASAN
A. Materi Hadits
عن ابي  ذر رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلي الله عليه وسلم : تفكّر فى خلق الله ولا تفكّرو فى الله فتهلكوا
B. Terjemah Hadits
Dari Abu Dzar ra. berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Berpikirlah kamu sekalian tentang yang di ciptakan Allah (makhluk-Nya Allah) dan janganlah kamu sekalian  memikirkan tentang dzat Allah, niscaya kamu sekalian akan binasa/celaka”.
C. Mufrodat
berfikirlah                                   :
تفكّروا
pada ciptaan Allah                      :
فى خلق الله
hancurlah                                    :
فتهلكوا

D. Biografi Abu Dzar
Nama lengkapnya yang mashur ialah Jundub bin Junadah Al Ghifari dan terkenal dengan kuniahnya Abu Dzar.
Abu Dzar berasal dari suku Ghifar, Bani Ghifar adalah qabilah Arab suku badui yang tinggal di pegunungan yang jauh dari peradaban orang-orang kota. Lebih-lebih lagi suku ini terkenal sebagai gerombolan perampok yang senang berperang dan menumpahkan darah serta pemberani. Bani Ghifar terkenal juga sebagai suku yang tahan menghadapi penderitaan dan kekurangan serta kelaparan.[1]
Ia memeluk Islam dengan sukarela, ia salah satu sahabat yang terdahulu dalam memeluk Islam. Ia mendatangi Nabi Muhammad langsung ke Mekkah untuk menyatakan keislamannya.
Abu Dzar, sosok pria pemberani yang bila meyakini kebenaran sesuatu perkara, dia tidak akan peduli menyatakan keyakinannya di hadapan siapapun meskipun harus menghadapi resiko seberat apapun. Dan apa yang dihadapinya, tidak menciutkan nyalinya untuk mengulang proklamasi keimanannya di depan Ka’bah menantang para dedengkot kafir Quraisy.
Dia dikenal sangat setia kepada Rasulullah. Kesetiaan itu misalnya dibuktikan sosok sederhana ini dalam satu perjalanan pasukan Muslim menuju medan Perang Tabuk melawan kekaisaran Bizantium. Karena keledainya lemah, ia rela berjalan kaki seraya memikul bawaannya. Saat itu sedang terjadi puncak musim panas yang sangat menyayat.
Dia keletihan dan roboh di hadapan Nabi SAW. Namun Rasulullah heran kantong airnya masih penuh. Setelah ditanya mengapa dia tidak minum airnya, tokoh yang juga kerap mengkritik penguasa semena-mena ini mengatakan, "Di perjalanan saya temukan mata air.
Setelah wafatnya Rasulullah SAW. Abu Dzar cenderung menyendiri. Tampak benar kesedihan pada wajahnya. Dia adalah orang yang keras, tegas, pemberani, dan sangat kuat berpegang dengan segenap ajaran Nabi Muhammad SAW disamping kebenciannya kepada segala bentuk kebid’ahan (yakni segala penyimpangan dari ajaran Nabi SAW). Dia adalah orang yang penyayang terhadap orang-orang lemah dari kalangan faqir dan miskin. Abu Dzar Al Ghifary, sahabat setia Rasulullah itu, mengabdikan sepanjang hidupnya untuk Islam.[2]

E. KETERANGAN HADITS                                     
 (تفكروا في خلق الله )  artinya “Berpikirlah kamu sekalian tentang yang di ciptakan Allah (makhluk-Nya Allah).
Maksudnya adalah bahwa kita sebagai makhluk Allah dianjurkan untuk berfikir tentang makhluk-makhluk Allah yang diketahui oleh hamba-hamba Allah secara global, bukan secara terperinci seperti langit dengan bintang-bintangnya, bumi dengan apa yang ada di dalamnya seperti gunung, sungai, hewan dan tumbuhan, laut, dan sebagainya, dan apa yang ada di antara bumi dan langit, seperti udara, hujan, dan lain sebagainya.
Ciptaan-ciptaan-Nya dapat memberikan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya, menunjukkan atas keagungan dan kebesaran Allah.
( ولا تفكروا في الله فتهلكوا ) artinya “dan janganlah kamu sekalian  memikirkan tentang dzat Allah, niscaya kamu sekalian akan binasa/celaka”.
            Menurut Ibnu Arobi, kemampuan akal manusia itu sangat terbatas.[3]

F. ASPEK TARBAWI
Aspek Tarbawi dari hadits ke 32 ini adalah, bahwa kita sebagai manusia di perintahkan untuk berpikir tentang segala sesuatu yang telah Allah ciptakan. Kita juga harus sadar bahwa Allah itu maha Agung.
Dan juga kita harus bisa berpikir tentang makhluk-makhluk Allah, seperti langit-langit,  bintang-bintang, perubahan dan perputaranya dalam terbit dan terbenamnya, dan bumi terdapat sesuatu di dalamnya dari gunung-gunungnya, sungai dan lautnya, hewan dan tumbuh-tumbuhannya dan diantara keduanya, mendung, hujan, petir dan halilintar. Itu semua menunjukan atas keagungan dan kebesaran Allah, dan yang terperinci itu panjang.
Sebagai manusia seharusnya kita tidak memikirkan akan Dzat Allah, karena akal manusia itu sangatlah terbatas dan tidak akan sampai jika untuk memikirkan dzat Allah.
PENUTUP

Alam semesta atau jagat raya adalah suatu ruangan yang maha besar yang di dalamnya terdapat berbagai macam peristiwa yang dapat diungkapkan manusia maupun yang tidak dapat diungkap oleh manusia.
Dalam makalah ini sudah di jelaskan, bahwa kita sebagai makhluk Allah harus bisa berpikir bahwa Allah itu yang menciptakan alam semesta ini beserta seluruh isinya. Allah itu Maha Esa, dan karena ciptaan-ciptaanNya itu yang menunjukkan keagungan Allah.


DAFTAR PUSTAKA

Imam Nawawi. 2003. Faidhul Qodir. Juz 3. Mesir. Maktabah



15 komentar:

  1. siti maskanah
    2021110069
    kelas B
    bagaimana cara mengamati alam semesta ini agar timbul kesadaran tentang keagungan Allah dan menjadikan kita sebagai makhluk yang selalu bersyukur??????????

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih untuk pertanyaanya,,
      menurut saya, cara yang dapat kita lakukan adalah dengan berfikirtentang apa yang telah Allah ciptakan. Dengan adanya keindahan alam baik berupa sesuatu yang dapat kita lihat seperi pantai, pegunungan, langit, bintang, bulan, dll. semua keindahan tersebut mampukah manusia menciptakannya?tentu saja bukan manusia yang menciptakan.
      Dengan keyakinan semua hal - hal tersebut di ciptakan oleh Allah , maka kita akan tahu betapa Allah Maha Agung.
      Dan udara yang sehari-hari kita hirup untuk kelangsungan hidup kita itu juga merupakan ciptaan Allah yang harus kita syukuri, karena tanpa udara kita tidak dapat bertahan hidup.

      Hapus
  2. kelas ; b
    nim : 2021110057
    nama : tri istiani

    assalamualaikum. .
    yang dimaksud mengamati disini itu yang seperti apa, apa hanya berpikir atau melakukan tindakan lain seperti melakukan penelitian atau sejenisnya, dan tolong jelaskan manfaat apa saja yang kita peroleh dari kita mengamati ciptaan Allah selain meningkatkan taqwa kita,
    thanx nae. .

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalam ....
      terima kasih juga mbk,dan saya akan menjawabnya ...
      Yang dimaksud mengamati disini adalah merasakan, menikmati, sehingga kita berfikir dan merenung tentang ciptaan Allah, apabila kita masih belum percaya tentang keagungan Allah. Maka bisa di buktikan dengan penelitian.

      Banyak penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli tentang alam semesta.
      Mengapa panas matahari tidak membakar bumi, mengapa meteor-meteor tidak langsung jatuh ke bumi dalam ukuran yang sebenarnya. Dan setelah diteliti, ternyata Allah telah menciptakan lapisan atmosfer untuk menyelamatkan bumi dari sinar matahari secaralangsung dan melebur meteor-meteor menjadi butiran-butiran kecil, sehingga selamatlah bumi dari bencana.

      Selain hal tersebut, Allah juga telah menciptakan manusia yang jumlahnya teramat sangat banyak, tetapi antara satu manusia dengan manusia lainnya tak ada yang sama persis, semuanya berbeda.

      Dari hal tersebut tentunya kita akan semakin yakin bahwa tidak ada yang lebih Agung dari Allah SWT.

      Hapus
  3. Assalamualaikum…
    Saiful Bahri
    2021110052
    B
    Mb Nela,,
    Apa sebabnya kalau berfikir tentang Dzat Allah SWT kita akan binasa/celaka, tolong jelaskan?
    Kemudian, dalam judul anda “perintah untuk mengamati alam semesta” bagaimana dengan seseorang yang tuna netra dalam mengamati hal tersebut agar muncul juga rasa keAgungan/kebesaran Allah SWT atas alam semesta dan dapat menambah keimanan dia?
    Hehe..
    Terima Kasih,, =)

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalam mz Bahry ...
      begini mas,,
      Mengapa kita akan celaka jika memikirkan Dzat Allah?
      Karena dengan memikirkan Dzat Allah kita tidak akan mampu mengungkapnya, karena Allah merupakan Dzat yang tidak dapat di deteksi oleh nalar manusia atau teknologi secanggih apapun tidak akan pernah dapat mengungkapnya. Sehingga apabila kita mengungkapnya atau memikirkan tentang Dzat Allah, kita akan membuang waktu yang sangat sia - sia, karena sampai kapan pun kita tak akan mampu.

      => Seorang tuna netra bukan berarti tidak dapat mengamati alam semesta, karena pengamatan tidak hanya dilakukan oleh mata saja, tetapi bisa dilakukan oleh indra yang lain seperti pendengaran, penciuman, perasaan, dll.
      Orang yang tuna netra bisa menikmati indahnya alam melalui pendengaran, mendengarkan kicau burung, nyanyian. Bisa juga melalui penciuman, wangi bunga, menghirup udara, dll.

      Hapus
  4. Assalamualaikum….

    Nama : M. Labib
    Kelas :B
    Nim : 2021110053


    Melihat tema makalah anda, “ Perintah untuk mengamati alam semesta”, masih bersifat umum. Bagaimanakah jika ada pemahaman seperti ini: Mengamati kondisi social masyarakat kemudian mencari solusi problem yang muncul. Apakah hal ini (pemahaman tersebut) masih relevan dengan materi hadits?

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalam . . .
      langsung saja...

      Tergantung dari segi mana kita memahaminya, kalau hanya bersifat umum, hal tersebut masih relevan saja, karena alam semesta mencakup apa yang ada di antara bumi dan langit, jadi kondisi sosial masih termasuk.

      Tetapi kalau masalah solusi untuk problem di dalam masyarakat tentunya masih banyak komponen-komponen dari hadits-hadits lain yang mungkin lebih fokus atau lebih menerangkan tentang hubungan sosial kemasyarakatan.

      Hapus
  5. assalamualaikum....

    nama: shilfiana (2021110054)
    kelas: B

    apakah tujuan mendasar yang mengharuskan kita untuk mengamati alam semesta? apakah ada jaminan bahwa dengan kita mengamati alam sekitar maka akan menambah rasa kebersyukuran kita kepada Allah?

    bagaimana tanggapan anda tentang banyaknya bencana-bencana alam yang disebabkan oleh manusia akibat tidak bisa menjaga keseimbangan alam, padahal sebenarnya mereka tahu dan sadar bahwa alam ini diciptakan untuk kesejahteraan umat manusia?

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalam . . .
      terimakasih mbk shilfy buat pertanyaannya,,

      **Tujuan mendasarnya adalah untuk menguatkan keimanan dan kepercayaan bahwa Allah Maha Agung dan tak ada yang dapat menyamai keAgunganNya.
      **Jika kita mengamati dan berfikir jernih tentang apa yang telah di ciptakan, pasti akan bertambah rasa syukur kita kepada ALlah, tetapi jika pengamatan tersebut di dasari oleh emosi dan kekurang percayaan, mungkin akan terjadi rasa mengeluh dan menghujat.

      **Kalau bicara masalah bencana alam yang disebabkan oleh manusia, menurut pendapat saya ; Para pelaku atau orang-orang yang tidak bisa menjaga keseimbangan alam, bukannya tidak sadar atau tidak mau tahu, tetapi mereka sudah tertutup mata hatinya akan manfaat dari keseimbangan alam.
      Selain itu, kurangnya rasa iman menyebabkan mereka hanya memikirkan kesenangan diri sendiri yang tanpa disadari dapat merusak dan menyebabkan bencana alam.

      Hapus
    2. nama : aini lailatul munawaroh
      kelas : B
      nim :2021110060

      pertanyaan saya
      bagaimana setiap hari kita selalu termotivasi untuk bertafakkur ttg kebesaran Allah karena sebagian besar manusia yang dpikirkanhany kehidupan duniawi saja...

      terimakasih..

      Hapus
    3. Terima kasih pertanyaannya mbak,,
      Agar kita selalu termotivasi yaitu dengan cara mendekatkan diri kepada Allah, meski itu tergantung dari kadar keimanan masing - masing individu, tapi setidaknya kita bisa melatih sedikit demi sedikit melalui rasa mensyukuri apa yang Allah ciptakan untuk kita.

      Hapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. nama : nisfi romzanah
    kelas :b
    nim : 2021110061

    pada makalah di jelaskan bahwa kita disuruh utk berfikir(mengamati)alam raya agar bisa meningkatkan ketakwaan kita kpd Allah
    yang ingin saya tanyakan......
    bagaimana tanggapan anda mengenai jika ada seseorang yang berhasil melakukan pengamatan alam raya bukannya lebih meningkatkan ketakwaannya kepada Allah akan tetapi justru menambah sifat kesombongannya???

    mkacieh.............

    BalasHapus
  8. maaf baru sempet jawab di blog,,

    Hadits yang telah dijelaskan dalam makalah ini juga untuk mengukur kadar keimanan kita.
    Melalui ciptaannya kita diharapkan dapat menemukan keAgungan Sang Khaliq, sehingga dapat menambah keimanan dan ketaqwaan, tetapi jika setelah berhasil melakukan pengamatan justru malah menambah kesombongan, berarti kadar keimanan orang tersebut masih rendah.

    BalasHapus