Laman

Sabtu, 24 Maret 2012

H6-33. Suswati


MAKALAH
        ASTRONOMI

Disusun guna memenuhi tugas:
    Mata kuliah           :  Hadits Tarbawi II
    Dosen pengampu   :  Muhammad Ghufron, M.Ag
    Kelas                       :  H

                                                                                                                          





Disusun Oleh :
SUSWATI  :  2021110358

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012

BAB I
PENDAHULUAN

            Segala sesuatu yang ada dalam jagat raya ini semuanya tidak lain adalah ciptaan Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT dalam menciptakan sesuatu semuanya pasti ada manfaatnya, dari lautan yang membentang luas, gunung-gunung yang menjulang tinggi, hingga sesuatu yang sangat kecilpun seperti nyamuk semuanya Allah ciptakan pasti ada manfaatnya. Itulah salah satu bukti kekuasaan Allah SWT.
            Dalam makalah ini saya akan membahas mengenai salah satu hadits dari ibnu abi aufa tentang salah satu bentuk ciptaan Allah SWT yaitu tentang keberadaan benda-benda langit. Selain itu dalam makalah ini juga akan dibahas mengenai biografi perowi hadist tersebut, mufrodat, nilai tarbawinya,dll.

















BAB II
PEMBAHASAN

A. Materi Hadits
عن بن ابي اوفى قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( ان خياعباد الله الدينيراعون الشمس والقمر والنجوم والاظلة لدكراله عزوجل) تفرد به عبد الجباربن العلاءباسناده هكداوهوثقة[1]


B. Terjemah Hadits
             Dari ibni Abi Aufa berkata, Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya sebaik-baik hamba Allah yaitu orang-orang yang meneliti, mengamati matahari, rembulan, bintang, dan awan (mengintai masuknya wakyu) untuk mengingat Allah ( karena untuk berdzikir kepada Allah)”.


C. Mufrodat ( Penggalan Kata)
خيار             = Terbaik                                                      
عبادالله           = Hamba Allah
يراعون         = Orang-orang yang meneliti
الشمس         = Matahari
القمر            = Bulan          
النجوم          = Bintang
الاظلة           = Awan
لدكرالله           = Untuk mengingat Allah

D. Biografi Perawi
            Ibnu Abi Aufa adalah Abdullah[2]. Nama lengkapnya Abdullah bin Abu Aufa Al-Islami dijuluki dengan Abu Muawiyah, Shahabat yang ikut dalam perdamaian Hudaibiyah dan peristiwa-peristiwa lainnya ini berdomisili di kota Madinah sampai Rasulullah wafat, setelah itu beliau pindah ke kota Kuffah. Dialah shahabat yang terakhir meninggal disana.[3]


E. Keterangan Hadits
            Sohibul Burhan berkata, didalam menjaga beberapa perkara itu ada dhohir dan batin. Adapun yang dhohir ialah melihat dengan panca indra mata didalam terbitnya, tengahnya, terbenamnya, berubahnya. Ketika kamu berangan-angan maka ia akan mengingat Allah dan mensucikannya serta mengagungkannya dengan nyata, apalagi ketika Allah menerbitkannya atas rahasia nafilahnya ( matahari dan lain-lain) dan pekerjaannya, setengah dari condong pada ( matahari dan lain-lain) yang menujukan beberapa hukum Qudrat azali didalam penciptaan yang tertib atas beberapa sebab. Seorang laki-laki datang kepada ku, dia berkata “saya menghendaki keluar untuk berdagang, adahal bulan ini akhir dari bulan Qomariah”, kemudian Sohibul burhan berkat : “kamu menghendaki jika Allah melebur daganganmu? Hadapkanlah bulan dengan keluar.” Al-khakim berkata: sohih. Adzahibi mengakuinya, Al-haitsami berkata: “Para perawi Thobroni semuanya kuat hapalannya, al-mandziri berkata: hadits itu diriwayatkan Ibnu Syahih.[4]
Keberadaan benda-benda langit misalnya seperti matahari dan bulan mempunyai banyak manfaat diantaranya yaitu sebagai penentu waktu dalam Islam:
1.Matahari sebagai penentu awal waktu shalat
            Dalam waktu pelaksanaan shalat perlu ada ketegasan lebih lanjut untuk memudahkan orang muslim mengerjakan kewajiban shalat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya pada saat awal waktu Maghrib, matahari benar-benar sudah masuk di ufuk sebelah barat, dan mega merah mulai kelihatan,dll.[5]
2.Bulan sebagai penetap awal bulan Qomariyah (Hisab)
            Hisab adalah penetapan awal bulan Qamariyah yang didasarkan pada perhitungan peredaran bulan mengelilingi bumi. Sistem ini dipergunakan untuk menetapkan awal bulan jauh sebelumnya, sebab tidak tergantung pada terlihatnya hilal pada saat matahari terbenam menjelang masuknya bulan baru.[6]



F. Kandungan Aspek Tarbawi
            Dari hadits di atas aspek tarbawi yang terkandung adalah:
  1. Segala sesuatu yang Allah ciptakan pasti ada manfaatnya.
  2. Orang yang berakal adalah orang-orang yang senantiasa menggunakan akalnya untuk    memikirkan hasil ciptaan Allah.
  3. Dengan selalu merenungi keajaiban alam maka kita akan selalu ingat kepada zat penciptanya yaitu Allah SWT, dan tentunya dengan demikian akan meningkatkan ketakwaan kita kepada-Nya.
  4. Hamba Allah yang terbaik adalah orang-orang yang senantiasa mentafakuri alam.












BAB III
PENUTUP

            Matahari, bulan, bintang, dan ciptaan-ciptaan Allah lainnya sesungguhnya adalah sesuatu yang harus dijadikan bahan renungan bagi kita semua, karena pada dasarnya hanyalah orang-orang berakal yang mau menggunakan akalnya untuk memikirkan hal-hal yang demikian, sehingga dengan seperti itu akan meningkatkan ketakwaan kita kepada zat penciptanya, sesungguhnya orang-orang terbaik disisi Allah lah yang mau merenungkan segala ciptaan Allah.
            Dari penjelasan makalah di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hadits yang saya bahas mengandung nilai tarbawi yang pada intinya semakin sering seseorang memikirkan/ merenungkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya, maka akan semakin meningkat ketakwaannya terhadap Allah SWT.
















DAFTAR PUSTAKA
                       
Ahmad,Syehabuddin bin Ali bin Khajar al-Askolani. 1995. al kitab Tahdibuttahdib jilid   X. Tanpa kota: Darul fikri.
Muslih,M.Husein. 2008. Matahari,Ka’bah dan Bulan. Tanpa kota: Tanpa penerbit.
Tanpa nama pengarang. 1938. Al kitab Faidlul Qadir juz X no.2268. Tanpa kota: Muktabah Mashor.
Abihumaid.wordpress.com/2011/01/21/abdullah-bin-abu-aufa-wafat-86-h/






[1] Al kitab faidlul qadir juz 2 no.2.268,(Muktabah mashor,1938),hal.579
[2] Syehabuddin ahmad bin ali bin khajar al-askolani,al kitab Tahdibuttahdib jilid X,(Darul fikri,1995),hal.320
[3] Abihumaid.wordpress.com/2011/01/21/abdullah-bin-abu-aufa-wafat-86-h/
[4] Al kitab faidlul qadir,loc.cit.,
[5] M.Muslih Husein,Matahari,Ka’bah dan Bulan,(2008),hal.1-3
[6] M.Muslih Husein,op.cit.,hal.28

8 komentar:

  1. Dewi ana (2021110370)

    1. bagaimana dengan orang yang hanya memikirkan (mentafakuri) alam tanpa timbul adanya rasa syukur kepada Allah SWT, apakah itu termasuk hamba allah yang terbaik?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum termasuk hamba yang baik, karena dalam ket.hadits diatas yang dimaksud hamba yang baik adalah hamba yang mengunakan akalnya untuk mentafakuri alam sehingga bisa membuat dia lebih mengingat Allah,Ketika seseorang itu hanya mentafakuri alam tetapi tidak membuat dia lebih mengingat Allah maka sesuguhnya mungkin orang tersebut belum mendapat hidayah dari Allah, inilah yang disebut sebagai ilmu yang bermanfaat, karena banyak orang yang berkat ilmunya itu bisa lebih mendekatkan diri padda Allah,tetapi banyak juga seseorang dengan ilmunya itu malah membuat dia Jauh dari Allah.

      Hapus
  2. Keberadaan benda-benda langit misalnya seperti matahari dan bulan mempunyai banyak manfaat diantaranya yaitu sebagai penentu waktu dalam Islam, apakah manfaatnya cuma terletak pada hal itu saja ???
    tolong paparkan lebih jauh sesuai kemampuan anda, mengenai manfaat benda2 langit bagi ilmu pengetahuan islam !!!!!!!!!!!!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. masih banyak lagi manfaat lain benda-benda langit selain sebagai penentu waktu islam, diantaranya yaitu misalnya matahari, selain sebagai penentu waktu islam,dan tentunya disamping sebagai pusat peredarn, matahari jg merupakan sumber energi kehidupan, panas matahari menghangatkan bumi dan membentuk iklim, cahaya matahari dpt menerangi bumi juga dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis, tanpa matahari tumbuhan tidak akan bisa berfotosintesis dan tentunya tumbuhan tidak akan bisa tumbuh dan berkembang, sehingga akan berdampak pada kelanjutan kehidupan makhluk hidup,karena makanan hewan adalah tumbuhan,dan makanan manusia adalah tumbuhan dan hewan. Selain itu matahari juga berfungsi sebagai pembangkit listrik tenaga matahari, intinya diantara manfaat benda2 langit spt matahari dan bulan adalah ikut berperan dalam tumbuh suburnya kehidupan di muka bumi, satu hari saja misalkan Allah meredupkan matahari dan bulan maka psti keseimbangan dibumi akan terganggu, kehidupan akan terganggu.

      Hapus
  3. Dalam sebuah tindakan pasti ada tahapan2nya.dari itu menurut panjenengan tahapan2 yang seharusnya dilakukan untuk orang yang hendak mentafakuri ciptaan allah itu bagaimana?

    Muhammad Rizqon (2021110369)

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya langkah-langkahnya adalah yang pertama kita mengamati dulu ciptaan-ciptaan Allah, kemudian memikirkannya,merenungkannya,lalu mengambil khikmahnya, dengan demikian kita akan merasakan ternyata begitu besar nikmat yang Allah berikan kpd kita,dan kita akan sadar ternyata begitu besar pula kekuasaan Allah dalam menciptakan alam ini, dengan demikian seharusnya kita lebih mendekatkan diri pada Allah.

      Hapus
  4. farah dibha (2021110357)
    bgmn jika hny dg mengamati matahari, bulan, bintang, dsb TANPA menelitinya kita sudah mengingat Allah (dzikir kpd-Nya)? apakah sudah bisa dikatakan sbg seorang hamba yg baik?

    BalasHapus
  5. menurut saya sudah bisa dikatakan sebagai hamba Allah yang baik, karena yang dipermasalahkan disini bukan bagaimana caranya dia mentafakuri alam, tapi yg dipermasalahkan adalah hasil/manfaat apa yg dia peroleh setelah mentafakuri alam,apakah dia bisa lebih mengingat Allah atau tidak, jadi walupun dia hanya mengamati saja tapi sudah bisa mentfakuri alam dan dengan itu dia bisa lebih mengingat Allah maka maka dalam keterangan hadits diatas orang tersebut sudah bisa disebut sebagai hamba Allah yg baik.

    BalasHapus